Usulan kedua yang ditawarkan Saiful Umar berupa penanganan jangka panjang. Sehingga, konflik manusia dengan buaya bisa diselesaikan secara permanen.
Baca juga: Mayat Wanita Diduga Pengungsi Rohingya Terapung di Tepi Laut
Baca juga: BPOM Temukan Ada Obat Herbal Ilegal Mengandung Deksametason yang Berdampak Pada Ginjal
Untuk penanganan jangka panjang, kata Saiful Umar, pemerintah dapat melakukan kerja sama dengan investor untuk penangkaran buaya di Kabupaten Aceh Singkil.
Konfik antara buaya dengan manusia di Kabupaten Aceh Singkil sebetulnya tak hanya terjadi di laut.
Pencari lokan (kerang sungai) di Sungai Singkil pun kerap bersinggungan dengan populasi buaya.
Maklum, lokasi lokan diyakini sebagai sarang buaya.
Bahkan, tumpukan lokan di dasar sungai dipercaya warga setempat merupakan tempat buaya tidur.
“Atas dasar itu, solusi permanen penanganan konflik manusia dengan buaya di Aceh Singkil, menjadi sebuah keniscayaan.
Mengingat secara kasatmata, populasi buaya sudah sangat banyak,” kata Saiful Umar.
Faktanya memang, buaya dengan mudah ditemukan di sungai yang ada di belakang permukiman penduduk Singkil. (*)
Baca juga: Diterkam Buaya, Seorang Nelayan Aceh Singkil Alami Luka Serius di Kepala dan Kaki
Baca juga: Terkam Nelayan Pulau Banyak, Seekor Buaya Berhasil Ditangkap
Update berita lainnya di PROHABA.co dan Google News