1. Tanaman rimbun meningkat pesat
Periode hujan lebat tahun 2024 yang disebabkan El Nino diyakini menaikkan risiko kebakaran pada musim dingin ini.
"Hujan sering dianggap sebagai pemadam kebakaran. Apabila hujan terjadi saat kebakaran berlangsung, maka itu adalah hal yang buruk bagi api," kata Rory Hadden, peneliti ilmu kebakaran di Universitas Edinburgh.
Di sisi lain, curah hujan tinggi dapat menyebabkan tanaman tumbuh dengan cepat.
Kondisi ini justru menjadi bumerang ketika musim kering berlangsung karena tanaman rimbun bisa membuat kebakaran hutan semakin intens.
"Ketika memasuki periode cuaca yang lebih kering, vegetasi mengering dengan sangat cepat dan jumlahnya lebih banyak. Ibaratnya seperti menimbun bahan yang mudah terbakar," papar Hadden.
Terpisah, ilmuwan kebakaran hutan, Maria Lucia Ferreira Barbosa, dari Pusat Ekologi & Hidrologi Inggris menyebutkan, periode cuaca basah pada 2024 yang diikuti oleh periode lebih kering menghasilkan kondisi sempurna bagi penyebaran kebakaran hutan.
Peralihan kondisi cuaca dari sangat basah menjadi sangat kering dikenal sebagai ‘cambukan hidro-iklim.’
Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa risiko cambukan hidro-iklim sudah meningkat 31-66 persen secara global sejak pertengahan abad Ke-20.
2. Angin Santa Ana
Tiupan angin yang kuat turut mendorong kobaran api kian menjadi.
Angin kencang menggerakkan api dari lereng gunung di sebelah barat Los Angeles bergerak cepat.
Api merambat melalui vegetasi yang sudah mengering, kemudian menghabisi kawasan Pacific Palisades di dekat Santa Monica.
Kondisi angin yang panas dan kering menghilangkan kelembapan pada tanaman.
"Ada tiga faktor utama dalam setiap kebakaran hutan: pemicunya, bahan yang mudah terbakar, dan oksigen," ujar Haddan.