Tahukah Anda

Konsumsi Gula Berlebih di Masa Kecil Berdampak Seumur Hidup, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Editor: Muliadi Gani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi gula pasir - Konsumsi Gula Berlebih di Masa Kecil Berdampak Seumur Hidup

PROHABA.CO -  Konsumsi gula berlebih saat kecil dapat berdampak penuh pada hidup Anda.

Saat ini, ada banyak orang tua yang mengetahui bahwa terlalu banyak gula bisa berdampak buruk bagi kesehatan anak. 

Tak hanya itu, kandungan gula pada susu untuk anak juga perlu diperhatikan, terutama susu kemasan yang mengandung berbagai jenis perasa buatan.

Oleh karena itu, orang tua sebaiknya memberikan susu rendah gula untuk menghindari efek buruk kelebihan gula pada anak.

Pada dasarnya, gula merupakan salah satu sumber energi yang dibutuhkan tubuh. 

Orang tua sering kali menyadari bahwa terlalu banyak gula bisa berdampak buruk bagi kesehatan anak mereka. 

Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa efek negatifnya bisa bertahan hingga dewasa.  

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Science menemukan bahwa anak yang mengonsumsi gula tambahan dalam jumlah besar lebih rentan mengalami tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2 di kemudian hari.  

Hasil dari penelitian ini dan lainnya menegaskan bahwa konsumsi gula yang aman jauh lebih rendah dibandingkan jumlah yang dikonsumsi oleh banyak anak saat ini. 

Memengaruhi seumur hidup

Gula memang ada secara alami dalam makanan seperti buah-buahan. Namun, banyak makanan olahan juga mengandung gula tambahan dalam jumlah besar.

Rata-rata anak di Amerika Serikat mengonsumsi sekitar 17 sendok teh gula tambahan setiap hari, yang setara dengan hampir 300 kalori.  

Angka ini jauh di atas batas rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu kurang dari 5 persen dari total asupan kalori harian.

Untuk anak di bawah usia dua tahun, disarankan untuk tidak mengonsumsi gula tambahan sama sekali.

Menurut Tadeja Gracner, ilmuwan dari University of Southern California yang ikut menulis penelitian ini, kebiasaan makan manis sejak kecil dapat memengaruhi preferensi rasa seumur hidup.

“Jika seorang anak sering mengonsumsi makanan manis di usia dini, kemungkinan besar mereka akan lebih menyukai makanan manis hingga dewasa,” katanya. 

Baca juga: 6 Bahan Herbal Ini Bantu Turunkan Kadar Gula Darah , Cocok untuk Penderita Diabetes

Dampak batasi gula

Untuk memahami dampak jangka panjang konsumsi gula pada anak, para peneliti menganalisis data dari Inggris selama masa Perang Dunia II.

Pada masa itu, Pemerintah Inggris memberlakukan pembatasan ketat terhadap gula dan permen hingga tahun 1953, jauh setelah efek kesehatan akibat perang seharusnya telah mereda.

Para peneliti membandingkan anakanak yang lahir tepat sebelum pembatasan gula dicabut dengan mereka yang lahir setelahnya.

Sejak kebijakan pembatasan dihapus, konsumsi gula di Inggris meningkat dua kali lipat, yang berarti kelompok anak yang lahir setelahnya kemungkinan besar mengonsumsi lebih banyak gula sejak kecil.  

Dengan menganalisis data kesehatan dari lebih dari 60.000 individu di Inggris, penelitian ini menemukan bahwa anakanak yang lahir di masa pembatasan memiliki risiko 35 % lebih rendah terkena diabetes tipe 2 dan 20 % lebih rendah mengalami tekanan darah tinggi saat dewasa dibandingkan mereka yang lahir setelah pembatasan dicabut.

Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa kondisi pada masa kehamilan dan masa awal kehidupan memiliki dampak besar terhadap kesehatan jangka panjang seseorang. 

Bahaya gula bagi anak

Selain dampak jangka panjang, konsumsi gula berlebih juga langsung memengaruhi kesehatan anak.

Beberapa dampaknya adalah:

- obesitas Sekitar 1 dari 5 anak di AS mengalami obesitas, termasuk 13 % anak usia 2-5 tahun.

   Konsumsi gula berlebihan meningkatkan risiko ini karena makanan tinggi gula biasanya padat kalori, tetapi rendah nutrisi;

 - diabetes tipe 2 Penyakit yang dulunya dikenal sebagai “diabetes orang dewasa” kini banyak ditemukan pada anak-anak.

   Setiap konsumsi minuman manis 8 ons (sekitar 240 ml) per hari meningkatkan resistensi insulin hingga 34 % pada anak laki-laki;

 - masalah hati Studi menunjukkan bahwa mengurangi gula tambahan dalam diet anak selama semblan hari dapat secara signifikan menurunkan kadar lemak hati, yang penting 

   untuk mencegah penyakit hati hingga kanker; 

- gangguan kognitif Studi pada tikus remaja menemukan bahwa konsumsi gula tinggi sejak bayi berpengaruh pada perhatian dan impulsivitas.

  Penelitian lain juga mengaitkan konsumsi tinggi gula dengan gangguan fungsi kognitif pada anak-anak;

- pubertas dini pada anak perempuan Anak perempuan yang terlalu banyak mengonsumsi gula cenderung mengalami menstruasi lebih awal dari teman sebayanya; dan

- kerusakan gigi Konsumsi gula yang tinggi juga berkontribusi pada meningkatnya kasus gigi berlubang pada anak-anak.

Baca juga: 5 Manfaat Bunga Lawang dan Fungsinya untuk Kesehatan,Mengontrol Gula Darah hingga Melawan Sel Kanker

Satu hal yang perlu dikoreksi adalah anggapan bahwa gula membuat anak hiperaktif.

Penelitian sejak tahun 1990-an telah membuktikan bahwa gula tidak menyebabkan hiperaktivitas.

Namun, konsumsi gula tetap dapat menyebabkan masalah perilaku dan kognitif lainnya.

Tidak dibutuhkan banyak gula untuk menimbulkan efek negatif.

Sebuah penelitian menemukan bahwa ketika orang dewasa mengonsumsi 25?ri asupan kalori harian mereka dalam bentuk gula tambahan selama dua minggu, mereka mengalami peningkatan kadar lemak hati dan kolesterol dalam darah.

Namun, dampak negatif ini juga ditemukan pada mereka yang hanya mengonsumsi 10?ri kalori harian dalam bentuk gula tambahan.

Kimber Stanhope, seorang ahli biologi nutrisi dari University of California, Davis yang melakukan penelitian ini mengatakan, “Saya terkejut saat melihat perbedaan signifi kan bahkan pada kelompok yang mengonsumsi gula lebih sedikit.”

Ia percaya bahwa efek serupa juga dapat terjadi pada anak-anak, kecuali bagi mereka yang sangat aktif secara fi sik sehingga dapat menggunakan gula sebagai sumber energi. 

Kurangi konsumsi gula

Mengurangi gula dalam makanan anak bukanlah hal yang mudah karena gula tersembunyi di banyak produk makanan.

Beberapa langkah yang bisa dilakukan orang tua adalah:

- perhatikan label makanan Gula sering disamarkan dengan nama seperti maltosa, dekstrosa, sirup jagung fruktosa tinggi, bahkan konsentrat jus buah yang tampak sehat, tetapi

   sebenarnya tinggi gula;

 - kurangi minuman manis Dua pertiga anak mengonsumsi minuman manis setiap hari.

    Sebisa mungkin ganti dengan air putih atau susu tanpa pemanis;

- sarapan sehat Banyak sereal sarapan mengandung gula tinggi.

  Oatmeal polos dengan tambahan buah segar bisa menjadi alternatif lebih sehat;

- pilih camilan alami Makanan olahan sering kali mengandung gula tinggi.

  Mengutamakan makanan utuh seperti buah dan kacang-kacangan bisa membantu;

- hindari memberi gula sebagai penghibur Memberikan makanan manis sebagai bentuk hiburan atau penghiburan dapat membentuk kebiasaan buruk yang bertahan hingga

   dewasa; dan 

- hati-hati dengan pemanis buatan Pemanis buatan seperti sukralosa juga memiliki dampak negatif, termasuk peningkatan risiko obesitas dan peradangan hati.

Meskipun membatasi gula tambahan bisa jadi sulit, membentuk kebiasaan sehat sejak dini adalah kunci utama.

“Tujuan utama adalah mengajarkan anak untuk memahami kapan dan berapa banyak gula yang boleh dikonsumsi,” ujar Gracner.

Dengan pengawasan yang tepat, anak-anak dapat tumbuh dengan pola makan yang lebih sehat dan terhindar dari berbagai risiko penyakit di masa depan. 

Baca juga: Jus Buah dan Diabetes: Manfaat untuk Hipoglikemia, tapi Waspadai Risiko Lonjakan Gula Darah

Baca juga: Berikut 7 Camilan Tinggi Protein Bagus untuk Penderita Diabetes, Bantu Mengelola Kadar Gula Darah

Baca juga: Kabar Baik, Peneliti Temukan Gula Alami untuk Atasi Rambut Rontok

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Konsumsi Gula Berlebih di Masa Kecil Berdampak Seumur Hidup",