Seseorang disebut mengalami hipertensi, jika tekanan darah menunjukkan hasil lebih dari sama dengan 140 mmHg untuk sistol dan/atau lebih dari sama dengan 90 mmHg untuk diastol, pada dua kali pemeriksaan atau lebih.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, setiap peningkatan tekanan darah sebesar 20/10 mmHg akan menggandakan risiko terkena penyakit jantung koroner.
Menurut Riskesdas 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 34,1 persen, meningkat dari 25,8 persen pada 2013.
Ironisnya, diperkirakan hanya sepertiga dari kasus hipertensi yang berhasil terdiagnosis, sisanya tidak diketahui.
Gejala kurang tidur
Mengenali tanda-tanda kurang tidur bisa menjadi langkah awal yang penting untuk mencegahan hipertensi.
Santi menekankan bahwa kebutuhan tidur bisa berbeda bagi setiap individu, tergantung usia, jenis kelamin, aktivitas, genetik, dan kondisi kesehatan.
Namun secara umum, orang dewasa disarankan tidur 7-9 jam per malam.
Beberapa sinyal kurang tidur yang patut diwaspadai meliputi:
- Cepat lelah dan lemas
- Suasana hati mudah berubah, gampang marah
- Sering menguap
- Sulit konsentrasi dan mengingat
- Sulit bangun pagi
- Butuh alarm berulang kali atau dibangunkan orang lain
- Mengantuk saat beraktivitasseperti rapat atau menyetir
- Sering merasa perlu tidur siang
- Lesu atau mengantuk di sore hari
- Tertidur di sofa pada malam hari
- Langsung tertidur dalam 5 menit setelah berbaring
- Ingin tidur lebih lama saat akhir pekan
- Libido menurun
- Pernah mengalami gangguan suasana hati seperti stres, cemas, hingga keinginan bunuh diri
“Orang yang menganggap dirinya mampu beradaptasi terhadap rendahnya durasi dan kualitas tidur, mungkin perlu melakukan refleksi atas beberapa tanda kurang tidur di atas,” tutup Dr Santi. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kurang Tidur Bisa Picu Hipertensi, Ini Penjelasan Dokter",
Update berita lainnya di PROHABA.co dan Google News