Efek Vaksin pada Wanita Lebih Buruk Dibanding Pria

Menurut studi yang dilakukan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, perempuan lebih banyak melaporkan efek samping vaksin Covid-19 ...

Editor: Muliadi Gani
zoom-inlihat foto Efek Vaksin pada Wanita Lebih Buruk Dibanding Pria
FOTO: KOMPAS.COM
Presiden Joko Widodo meninjau vaksinasi massal terhadap seniman dan budayawan Yogyakarta, Rabu (10/3/2021).

Riset respons vaksin

Perbedaan efek samping vaksin yang dialami Kendeffy dengan koleganya dirasakan banyak orang di seluruh dunia.

Sabra Klein, seorang ahli mikrobiologi dan imunologi di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health mengaku tidak terkejut dengan temuan ini.

"Perbedaan efek samping vaksin berdasarkan jenis kelamin sepenuhnya konsisten dengan laporan pada masa lalu dari vaksin lain," kata Klein dilansir The Times.

Pada tahun 2013, sebuah studi yang dilakukan para ilmuwan mengungkapkan bahwa wanita dewasa berisiko lebih tinggi terhadap reaksi vaksin pandemi flu 2009 dibandingkan pria.

Studi lain yang meneliti reaksi anafilaksis terhadap vaksin influenza antara tahun 1990 dan 2016 menunjukkan bahwa wanita bertanggung jawab atas sebagian besar efek samping yang merugikan.

Baca juga: Ada Empat Pertanyaan Belum Terjawab soal Vaksin Covid-19

Julianne Gee, petugas medis di Kantor Keamanan Imunisasi CDC mengatakan bahwa secara umum wanita memang memiliki lebih banyak reaksi terhadap berbagai vaksin dibanding pria.

"Ini termasuk vaksin influenza yang diberikan pada orang dewasa dan vaksin lain yang diberikan saat masih bayi seperti vaksin hepatitis B dan vaksin MMR untuk campak, gondok, dan rubella," kata Gee.

Penyebab berbeda

Berkaitan dengan apa yang menyebabkan perbedaan ini, ahli imunologi di Universitas Toronto mengatakan faktor biologi berperan penting.

“Respons imun wanita berbeda dalam banyak hal, dari respons imun laki-laki,” kata Eleanor Fish, ahli imunologi di Universitas Toronto.

Penelitian telah menunjukkan bahwa perempuan menghasilkan lebih banyak–terkadang dua kali lebih banyak--antibodi pelawan infeksi sebagai respons terhadap vaksin untuk influenza, MMR, demam kuning, rabies, serta hepatitis A dan B.

"Perempuan sering meningkat tanggapan yang lebih kuat dari sistem kekebalan yang disebut sel T," kata Ms Gee. "Perbedaan ini sering kali lebih kuat di antara orang dewasa yang lebih muda yang menunjukkan efek biologis.

Mungkin terkait dengan hormon reproduksi," katanya.

Hormon seks, termasuk estrogen, progesteron, dan testosteron juga dapat mengikat permukaan sel kekebalan dan memengaruhi cara kerjanya.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved