Hambali, Otak Bom Bali 2002, akan Diadili Amerika Serikat,
SOSOK yang disebut sebagai “otak” serangan teror bom di Bali, Oktober 2002, dan beberapa serangan bom lainnya, Hambali, dilaporkan mulai dihadirkan...
Dia angkatan ke-4 dan lulus 1989, dan sempat menjadi instruktur,” kata Nasir Abas, bekas pimpinan Jemaah Islamiyah, kepada BBC News Indonesia, Sabtu (28/8/2021).
Hambali juga dipercaya menjadi salah seorang pimpinan mantiqi (wilayah) satu JI (meliputi Malaysia, Singapura, Thailand Selatan) dan dia dipercaya mewakili JI ke Afghanistan.
Saat itu kelompok Taliban yang berkuasa dan Osama bin Laden diizinkan membuka kamp pelatihan militer di sana.
Di sanalah, menurut Nasir Abbas, yang pernah menjadi pimpinan JI dan menyatakan keluar, Hambali menjadi penghubung JI dan Al-Qaeda serta Taliban.
“Hambali kemudian bertemu Osama bin Laden,” ungkap Nasir.
Pertemuan itu, antara lain, membahas bahwa JI akan kirim anggotanya berlatih militer di kamp-kamp di Afghanistan.
Dalam amatan Al Chaidar, peneliti tentang terorisme, Hambali kemudian memiliki “hubungan khusus” dengan Al Qaeda dan Taliban.
Baca juga: Pria Diburu Polisi Setelah Lakukan Teror Ledakan Petasan di Rumah Mertua Demi Rujuk Dengan Istri
“Hambali memainkan peranan sebagai penghubung paling utama antara Abdullah Sungkar, Abubakar Baasyir dari JI dengan Al Qaeda dan Taliban,” papar Al Chaedar kepada BBC News Indonesia.
Mengapa Hambali yang dipilih, Al Chaidar menganggap karena dia sosok yang paling dipercaya, sudah dikenal, dan memiliki kemampuan berbahasa Arab.
Mantan wakil kepala Badan Intelijen Negara (BIN), As’ad Ali Said mengatakan, “Kami berbicara bahasa Sunda dengan Hambali di Guantanamo, dan dia akui semua perbuatannya.
” Sejumlah perwira BIN dan Mabes Polri pernah bertemu Hambali di penjara Guantanamo yang di bawah kendali militer AS.
Di hadapan Hambali, mereka mengonfirmasi hasil penyelidikan tentang dugaan dirinya, Jemaah Islamiyah, serta Al Qaeda dalam serangkaian serangan bom di awal 2000 hingga 2009.
“Hambali bicara apa adanya, karena tim yang kami kirim pintar bahasa Arab dan juga bahasa Sunda,” kata As’ad Said Ali kepada BBC News Indonesia, Minggu (29/8/2021).
Menurutnya, timnya yang menggunakan “pendekatan budaya”, melakukan konfi rmasi atas hasil penyelidikan sebelumnya yang mengarah pada dugaan keterlibatannya.
“Dia mengakui semua apa yang dilakukannya.
Terang-benderang, dia tidak menutup- nutupi, karena sudah no way ya,” aku As’ad.
Di hadapan Hambali, tim BIN dan Mabes Polri terutama mengonfi rmasi beberapa aksi teror bom yang “tidak diketahui” anggota JI lainnya. (kompas. com)