Senyawa Alga Cokelat untuk Antivirus SARS-CoV-2

Covid- 19 sebagai penyakit baru masih terus menjadi objek studi para ilmuwan dunia, tak terkecuali di Indonesia.Para peneliti di Universitas Gadjah...

Editor: Muliadi Gani
FOTO: SHUTTERSTOCK
ILUSTRASI alga coklat. Peneliti UGM menemukan senyawa yang dimiliki alga ini bersifat antivirus yang dapat menjadi potensi antivirus yang dapat menghambat replikasi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. 

Studi ini dilakukan dengan pemilihan metode molecular docking.

Metode ini melakukan prediksi efektivitas interaksi molekul secara komputasi.

Langkah tersebut, menurut peneliti, dapat mengurangi risiko kegagalan dan biaya yang diperlukan dalam penelitian bisa lebih sedikit.

Lebih lanjut Mumu mengatakan bahwa alga cokelat sebagai antivirus ini, keberadaannya cukup melimpah di Indonesia.

Baca juga: Peneliti Temukan Senyawa yang Bisa Kurangi Infeksi Covid-19

Tanaman ini pun telah diidentifikasi sebagai sumber senyawa bioaktif yang beragam dan memiliki potensi yang baik dalam bidang farmasi, serta biomedis.

Alga jenis ini banyak diteliti karena efek medisinal dari komponen aktifnya yang meliputi carotenoid, fucoidan, dan phlorotannin.

Setelah melakukan pengelompokkan beberapa senyawa aktif dari bahan tersebut sesuai dengan potensi inhibisi.

Diperoleh tiga kandidat, yaitu eckol, 2-phloroeckol, dan dieckol yang digunakan dalam proses interaksi dengan protein target menggunakan metode molecular docking.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi molecular docking molekul berhasil dilakukan dalam menghambat protein virus target 3CLPro SARS-CoV-2 dengan ligan kandidat yang meliputi eckol, 2-phloroeckol, dan dieckol menunjukkan afi nitas tinggi terhadap binding pocket 3CLprotease SARS-CoV-2.

Free binding energy minimum yang diperoleh dari hasil redocking meliputi, -3,15 kkal/mol, -4,80, dan -6,94 kkal/mol.

Dieckol memiliki free binding energy minimum, yaitu -6,94 kkal/mol, sehingga dapat dijadikan sebagai obat yang memiliki kesesuian dengan obat antivirus dan antimalaria yang ada.

"Dieckol memiliki aktivitas inhibisi yang sangat baik, bukan hanya itu kami pun melakukan analisis dengan melakukan penyesuaian ikatan yang terlibat dengan obat antiviral dan anti malaria yang ada," imbuh Mumu.

Ia menambahkan bahwa terjadi kemiripan yang merepresentasikan bahwa senyawa aktif tersebut dapat diteliti lebih lanjut dengan melakukan uji preklinis dalam memantau aktivitas inhibisi atau aktivitas penghambat replikasi virus. (kompas.com)

Baca juga: Setelah Varian Delta, Beta dan Alpha, WHO Akan Gunakan Rasi Bintang Untuk Namai Varian Covid-19

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved