Tahukah Anda

Ular Berkaki Empat Memang Ada

Ada atau tidaknya ular berkaki empat sudah lama diperdebatkan, mengingat selama ini umat manusia hanya mengenal ular sebagai reptil melata tanpa kaki.

Editor: Muliadi Gani
FOTO: Julius Csotonyi via Live Science
Spesies dolichosaur (Tetrapodophis amplectus) yang diyakini sebagai ular berkaki empat. Peneliti ungkap fakta baru fosil ular berkaki empat. 

PROHABA.CO - Ada atau tidaknya ular berkaki empat sudah lama diperdebatkan, mengingat selama ini umat manusia hanya mengenal ular sebagai reptil melata tanpa kaki.

Akan tetapi, sebuah fosil zaman prasejarah yang baru ditemukan sempat menghebohkan dunia pada tahun 2015.

Pasalnya, fosil tersebut diklaim sebagai fosil ular berkaki empat.

Baru-baru ini, peneliti mengungkapkan fakta terbaru tentang ular berkaki empat tersebut.

Penemuan fosil ular berkaki empat sempat membuat dunia heboh, sebab spesies tersebut dinilai sebagai ular berkaki empat pertama yang tercatat di dunia sains.

Namun, penelitian terbaru mengungkapkan fakta bahwa sebenarnya fosil sepanjang 19,5 cm itu mungkin hewan yang berbeda dari perkiraan sebelumnya.

Para peneliti menyebut, kemungkinan fosil binatang seukuran pensil itu adalah dolichosaur, yakni kadal laut yang sudah punah.

Dilansir dari Live Science, Sabtu (27/11/2021) hewan itu diyakini hidup selama Periode Kapur atau sekitar 66 juta hingga 145 juta tahun silam.

Sementara, peneliti utama studi Michael Caldwell, seorang profesor di Universitas Alberta, Kanada menjelaskan analisisnya setelah mempelajari sisa-sisa makhluk yang dikenal sebagai Tetrapodophis amplectus.

Baca juga: Ular Welang Sepanjang 1 Meter Ditangkap di Toko Perabot Lhoong

Genus Tetrapodophis amplectus diambil dari bahasa Yunani, yang berarti ular berkaki empat.

Fakta baru lain yang mereka temukan yakni spesimen tersebut tidak memiliki ciri anatomi khas ular. 

Menariknya, studi ini juga mengungkapkan fakta bahwa fosil Tetrapodophis mungkin telah dijual secara ilegal di Brasil.

Di sisi lain, para ilmuwan telah lama mengungkapkan bahwa nenek moyang ular memang memiliki empat kaki.

Hal tersebut dilaporkan dalam dua studi tahun 2016 di jurnal Cell yang meneliti genetika ular, di mana ular kehilangan anggota badan mereka sekitar 150 juta tahun lalu karena mutasi genetik.

Sementara pada penelitian lainnya, menemukan bukti fosil ular berkaki dua.

Kendati demikian, spesies Tetrapodophis, yang penemuannya dipublikasikan di jurnal Science tahun 2015, menjadi satu-satunya fosil ular berkaki empat yang tercatat.

Selain fakta baru fosil ular berkaki empat yang diungkapkan, berdasarkan studi tahun 2015, ketika masih hidup pada 120 juta tahun lalu, spesies ular Tetrapodophis ini menggunakan empat bagian anggota tubuhnya yang masing-masing memiliki lima jari.

Keempat anggota tubuh ular berkaki empat ini tidak digunakan untuk berjalan, melainkan untuk menggenggam pasangan saat kawin dan mencengkeram mangsa saat berburu.

Baca juga: Ular di Kamar Mandi Panikkan Penghuni  Rumah di  Geuceu

Tim peneliti menuturkan, hewan ini merupakan hewan peralihan dari kadal purba menjadi ular modern, dan mungkin berevolusi dari hewan penggali tanah.

Kendati demikian, penjabaran fosil ular berkaki empat tersebut tidak sesuai dengan tim peneliti sekaligus ahli paleontologi dari University of Toronto bernama Caldwell dan rekannya Robert Reisz.

Akhirnya, kedua ahli tersebut pergi ke Jerman, tempat di mana fosil ular berkaki empat berada di Museum Solnhofen untuk melakukan evaluasi mikroskopis mereka terhadap Tetrapodophis.

Fakta baru fosil ular berkaki empat Melalui studi yang dipublikasikan di Journal of Systematic Palaeontology pada 17 November 2021 lalu, tim peneliti menemukan bukti Tetrapodophis lebih mirip kadal daripada ular, terutama di bagian tengkorak.

Caldwell mengatakan, setelah mengevaluasi, sebagian besar tulang tengkorak dihancurkan seperti kulit telur, dengan serpihan tengkorak yang hancur di satu lempengan dan cetakan alami tengkorak di bagian yang sama.

"Satu hal yang benar-benar diabaikan oleh penulis asli adalah padanan tengkoraknya.

Tengkorak dalam cetakan alami di mana kita melihat beberapa bentuk lain kadal-y, bukan ular-y," jelas Caldwell.

Selain itu, para peneliti menemukan bahwa tubuh Tetrapodophis tidak seperti ular.

Misalnya, pada fosil Tetrapodophis yang kurus tidak memiliki zygosphenes dan zygantra yang merupakan sistem di tulang belakang untuk membantu ular merayap.

Baca juga: Ular Terpanjang dan Paling Berbahaya di Dunia

Spesies tersebut pun, memiliki tulang rusuk yang panjang dan lurus, artinya hewan ini adalah perenang, bukan hewan penggali.

"Makhluk penggali cenderung panjang dan berbentuk tabung," sambung Caldwell.

Selanjutnya, salah satu peneliti dari Museum of Comparative Zoology di Universitas Harvard, Tiago Simoses memaparkan bahwa dolichosaurs lebih terkait dengan ular.

Maka, tidak mengherankan jika penulis asli mengira bahwa spesies Tetrapodophis adalah seekor ular.

"Tetrapodophis adalah fosil yang fantastis, menunjukkan kombinasi unik dari fitur yang tidak terlihat pada squamate lainnya (seperti kadal, ular, dan amphisbaenians)," kata Bruno Goncalves Augusta, peneliti di Museum of Zoology University of Soão Paulo yang tidak terlibat dalam penelitian.

Diungkapkan juga oleh salah satu penulis studi di tahun 2015, David Martill, para peneliti asli tetap meyakini interpretasi mereka tentang fosil menunjukkan bahwa hewan itu adalah ular tertua dan paling primitif yang diketahui.

Fosil tersebut diketahui berasal dari Formasi Crato di Brasil, yang sebagian besar digali pada tahun 1970-an hingga beberapa dekade selanjutnya.

Menurut Undang-Undang Tahun 1942, holotipe yakni spesimen pertama yang ditentukan dari spesies baru harus tetap berada di Brasil, sedangkan fosil spesies yang ditemukan setelahnya dapat diekspor sesuai izin.

Peneliti juga menyebut polisi federal di Brasil telah melakukan penyelidikan karena asal Tetrapodophis tidak diketahui.

"Kami akan senang melihat fosil itu dikembalikan ke Brasil, tetapi itu bukan fosil (milik) kami, oleh karena itu bukan keputusan yang kami buat.

Saya tidak masalah jika fosil-fosil ini kembali ke Brasil, asalkan Brasil tidak menghancurkan museumnya," ujar Martill.

Banyak peneliti yang menyetujui ide dikembalikannya fosil Tetrapodophis ke negara pertama kali hewan ini ditemukan. 

Kita tunggu saja realisasinya. (kompas.com)

Baca juga: Tim Ekspedisi ‘Sumur Neraka’ Temukan Ular dan Mutiara Gua

Baca juga: Kebakaran Terjadi di Rumah Pecinta Reptil, 80 Ekor Ular Mati Terpanggang

Baca juga: Penakluk Ular Tangkap 2 Piton Raksasa Sepanjang 9 Meter

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved