Berita Viral
30 Tahun Menghilang, Selamat dalam Bencana Tsunami Aceh, kini Muhadi Kembali ke Kampung Halaman
Ketika berada di Aceh dan Tsunami melanda tahun 2004 silam, Muhadi sempat mengabarkan ke pada keluarganya ia selama dari bencana maha dahsyat itu.
PROHABA.CO - Gempa dan tsunami Aceh pada, Minggu 26 Desember 2004, memporak-porandakan sebagain wilayah Tanah Rencong.
Ratusan ribu orang kehilangan nyawa di Aceh hingga Asia Tenggara.
Rumah penduduk dan sejumlah bagunan hancur akibat gempa dan gelombang tsunami.
Banyak kisah sedih termasuk dari orang-orang yang selamat dalam bencana maha dahsyat itu.
Salah satunya, Muhadi (72), warga asal Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur dikira keluarganya sudah meninggal dunia.
Pasalnya, Muhadi sudah puluhan tahun pamit meninggalkan kampung halaman untuk merantau ke Malaysia.
Karena di Malaysia pekerjaan tidak menentu, akhirnya Muhadi memutuskan mencari kerja di Aceh.
Ketika berada di Aceh dan Tsunami melanda tahun 2004 silam, Muhadi kehilangan pekerjaan.
Ia sempat memberi kabar ke keluarganya bahwa ia selamat dari bencana tersebut, pada tahun 2006 silam.
Terakhir, sebelum pulang ke kampung halaman, ia bekerja sebagai buruh pekebunan di Sumetera Utara.
“Saya pamit merantau pada tahun sekitar 1992 kalau tidak salah,” ujar Muhadi.
Baca juga: Pamit pada Istri untuk Merantau, Ternyata Antar Sabu ke Palembang, Kisah Mantan Anggota DPRK Pijay
Disambut Ratusan Warga
Kepulangan Muhadi ke kampung halamannya pada, Selasa (28/6/2022), seperti menemukan bongkahan emas.
Dimana, Muhadi disambut meriah oleh ratusan warga Desa Ngadisoko, Kecamatan Durenan, Trenggalek.
“Selamat datang di rumah, Pak,” teriak salah satu warga di antara kerumunan warga yang memadati sepanjang jalan menuju rumah Muhadi.
Rasa bahagia juga dirasakan warga, ketika Muhadi kembali pulang setelah selama puluhan tahun dinyatakan hilang, bahkan dianggap telah meninggal.
Warga bahkan mengabadikan momen bahagia tersebut, menggunakan telepon genggam.
Sebagian ada yang menayangkan secara langsung di media sosial.
“Alhamdulilah Pak Muhadi kembali dan sehat,” teriak seorang warga histeris.
Di rumah keluarganya, Muhadi di sambut oleh Kapolres Trenggalek, Danramil, Camat Durenan serta perangkat desa.
Ratusan warga yang berada di lokasi, bersorak bahagia ketika Surti (65), istri Muhadi bersama empat anaknya menyambut kedatangan pria tersebut di halaman rumahnya.
Baca juga: Masih Ada Korban Tsunami Mengaku Belum Dapat Rumah, Dilaporkan ke Ombudsman
Secara bergantian, empat anaknya memeluk sosok sang bapak yang selama ini tidak ada kabar sama sekali.
Sedangkan istrinya Muhadi tampak lebih banyak diam, menahan rasa bahagia yang tidak terungkap.
Di dalam rumah, sanak saudara sudah berkumpul dan memberi salam pada Muhadi.
Dan pada saat itu juga, dilangsungkan syukuran atas kembalinya Muhadi bersama keluarga di Trenggalek Jawa timur.
30 Tahun Merantau
Penuturan Muhadi Muhadi menjelaskan, sekitar 30 tahun silam ia pamit kerja merantau ke Malaysia untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya.
Karena di Malaysia pekerjaan tidak menentu, akhirnya memutuskan mencari kerja seadanya di Aceh.
Setelah dari Aceh, Muhadi mengaku bekerja di perkebunan di Sumatera Utara.
Pada awalnya, Muhadi Memiliki gaji yang layak dan mengirim sejumlah uang ke keluarganya di Trenggalek.
Baca juga: Dua Warga Aceh Ditangkap di Sultra Saat Bawa Sabu 2,5 Kg
Seiring berjalan waktu, Muhadi tidak lagi mendapatkan gaji karena dicurangi salah satu staf perkebunan tempat ia bekerja.
Rasa ingin pulang ke kampung halaman selalu tertunda, karena uang tiket tidak kunjung diberikan.
“Saya ingin sekali pulang. Dua kali uang tiket tidak diberikan ke saya,” ujar Muhadi.
Pada percakapannya waktu itu, Muhadi akan mencari pekerjaan baru.
Niat Muhadi sempat dibantah oleh anak pertamanya, agar kembali pulang ke Trenggalek.
“Waktu itu anak saya melarang saya kerja lagi, Anak saya bilang, sudah tidak butuh uang bapak lagi.
Kami ingin bapak pulang saja,” terang Muhadi.
Karena tidak mau pulang ke kampung halaman tanpa membawa hasil.
Muhadi berusaha mencari kerja di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara Sumatera Utara.
Baca juga: Dua Penyelundup TKI ke Malaysia Diringkus
Namun, Muhadi tidak mendapat pekerjaan tetap, dan bekerja seadanya.
“Jangankan untuk pulang, hasil kerja hanya bisa buat makan sehari-hari.
Hasil yang saya dapat dari kerja serabutan hanya cukup untuk hidup,” terang Muhadi.
Mulai saat itu, Muhadi hilang kontak dengan keluarga di Trenggalek.
Ditemukan oleh Polisi Polres Labuhanbatu
Hingga akhirnya keberadaanya di ketahui oleh salah satu anggota Polres Labuhanbatu, dan dipulangkan ke Kampung halaman di Trenggalek.
“Terima kasih kepada Kapolres Labuhanbatu dan Pak Kapolres Trenggalek,” ujar Muhadi dengan nada bahagia.
Kapolres Trenggalek menjelaskan, selama perjalanan dari tempat perantauannya, Muhadi ditemani oleh seorang anggota Polres Labuhanbatu.
Setelah tiba di Bandara Juanda, Muhadi dikawal oleh anggota Polres Trenggalek hingga kampung halaman.
“Semoga kepulangan kembali di Trenggalek, membawa kebahagiaan keluarga,” terang Kapolres Trenggalek AKBP Dwiasi Wiyatputera di halaman rumah keluarga Muhadi.
Baca juga: Gegara Status Facebook, Fajrin Ditikam Teman Sendiri, Pelaku Sembunyi di Rumah Paman
Sedangkan satu anggota Polres Labuhanbatu yang ikut mendampingi Muhadi.
Menjelaskan, pertama kali menemukan Muhadi melalui media sosial pada awal bulan Juni 2022 lalu.
Kemudian anggota Polres Labuhanbatu Aiptu Haris Fadillah mendatangi lokasi sesuai informasi yang ia terima.
Selanjutnya, ia melaporkan ke Kapolres Labuhanbatu dan ditindak lanjut untuk menelusuri keluarganya di kampung halaman.
“Beliau (Muhadi) tinggal di Desa Aek Korsik, Kecamatan Aek Kuo, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara.
Dan lokasinya sangat jauh sekali dan tidak ada sinyal telepon,” ujar Aiptu Haris Fadillah di rumah keluarga Muhadi di Trenggalek.
Dijelaskan, selama di wilayah Labuhanbatu, Sumatera Utara, Muhadi kerja serabutan.
Mulai membuat anyaman bambu, membuat kendang, hingga buruh cangkul.
Di wilayah tersebut, banyak orang tidak mengenal Muhadi.
Namun warga menyebut Muhadi dengan nama lain yakni Wak Cangkol.
Baca juga: Polisi Periksa Nikita Mirzani Terkait Polemik di Serang Banten
“Warga disana tidak ada yang tahu kalau Namanya Muhadi.
Beliau ini lebih dikenal dengan nama Wak Cangkol. Karena sering mencangkul lahan garapan warga,” terang Aiptu Haris.
Tinggal Di Gubuk
Selama puluhan tahun di Labuhanbatu, Muhadi membuat gubuk di samping rumah orang dan tinggal seorang diri.
Jauh dari layak, tempat tinggal Muhadi berbahan bambu dan kayu, dengan lebar sekitar 1x2 meter.
“Tidak tinggal di rumah orang.
Tapi membuat gubuk disamping rumah orang, dengan lebar kurang lebihnya 1x2 meter.
Sempit sekali hanya bisa untuk tidur,” terang Aiptu Haris.
Sebelumnya, Muhadi hilang kontak selama puluhan tahun.
Anak Muhadi sempat mencari, namun hanya sampai di Jambi karena kehabisan uang saku dan kembali pulang.
Dikira Sudah Meninggal Dunia
Karena penantian yang panjang dan tidak ada kabar sama sekali, pihak keluarga sempat mengira Muhadi sudah meninggal dunia.
Belakangan diketahui, Muhadi ditemukan selamat, dan sempat tatap muka melalui saluran panggilan video yang difasilitasi pihak Polres Labuhanbatu dengan Polres Trenggalek.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Puluhan Tahun Hilang Kontak dengan Keluarga, Muhadi Kini Pulang, Kedatangannya Disambut Ratusan Warga