Raja Kripto Pendiri FTX Kehilangan Rp 500 Triliun dalam Hitungan Hari
Hidup Sam Bankman-Fried sang “Raja Kripto,” pendiri FTX (bursa mata uang kripto), berubah drastis hanya dalam waktu kurang dari delapan hari ...
Saya bermain League," katanya.
Sejak kerajaan mata uang kripto milik laki-laki berusia 30 tahun itu runtuh secara dramatis minggu lalu, anekdot lain tentang permainannya muncul kembali di dunia maya.
Dalam unggahan blog raksasa modal ventura Sequoia Capital, diceritakan bahwa Bankman-Fried sedang bermain League of Legends dengan sangat bersemangat, saat tengah melakukan panggilan video yang sangat penting dengan tim investasi mereka.
Namun, itu tampaknya sama sekali tidak membuat mereka kehilangan minat.
Grup itu tetap saja melanjutkan investasi senilai 210 juta dolar AS (sekitar Rp3,26 triliun) di perusahaan FTX milik Bankman-Fried.
Pekan ini, Sequoia Capital menghapus unggahan blog itu dan sekarang mereka mengumumkan investasi di FTX sebagai kerugian.
Baca juga: Ratu Kripto Buronan FBI Kabur, Bawa Uang Hampir Rp60 Triliun
Perusahaan itu bukan satu-satunya investor yang kehilangan banyak uang sejak kerajaan kripto senilai 32 miliar dolar AS (sekitar Rp496,97 triliun) milik Bankman-Fried runtuh.
FTX memiliki sekitar 1,2 juta pengguna terdaftar yang menggunakan bursa itu untuk membeli token mata uang kripto seperti Bitcoin dan ribuan token lainnya.
Kini, banyak dari pedagang besar hingga penggemar kripto biasa yang bertanya-tanya, apakah mereka akan mendapatkan kembali uang mereka yang terperangkap di dompet digital FTX.
Itu adalah periode kejatuhannya yang memusingkan.
Namun, kesuksesan Bankman-Fried juga punya kisah dramatisnya sendiri tentang risiko, penghargaan, dan sebuah beanbag.
Awal mula miliarder muda Bankman-Fried berkuliah di Massachusetts Institute of Technology (MIT), sebuah universitas riset AS bergengsi, tempat dia belajar fisika dan matematika.
Namun, sarjana muda yang cerdas itu mengatakan bahwa pelajaran-pelajaran yang dia dapat di asrama siswalah yang membuatnya menjadi kaya.
Dalam sebuah wawancara Radio BBC bulan lalu, dia ingat terseret dalam gerakan "altruisme yang efektif".
Altruisme yang efektif adalah komunitas orang-orang yang "mencoba mencari tahu hal-hal praktis apa yang dapat dilakukan dalam hidup untuk memberikan dampak positif sebanyak mungkin bagi dunia," katanya.