Berita Aceh Timur

Seram, Selalu Dengar Raungan Harimau, Petani Tak Berani ke Kebun

"Hingga hari ini, petani tak berani ke kebun. Pasalnya, harimau masih berkeliaran di kawasan kebun warga. Setiap malam warga mendengar harimau meraung

Penulis: Redaksi | Editor: Fadil Mufty
Foto: Kiriman Warga
FOTO BEBERAPA BULAN YANG LALU -- Pawang Jauhari sedang melakukan prosesi pengusiran harimau di hutan kawasan Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur. Jauhari sendiri adalah anak almarhum Kek Sarwani Sabi (83), pawang harimau terkenal asal Desa Blang Sibatong, Kecamatan Bubon, Aceh Barat. 

PROHABA.CO -- Setelah 3 ekor kambing warga Dusun Krueng Baung, Gampong Peunaron Lama, Kecamatan Peunaron, Kabupaten Aceh Timur, ditemukan mati dik andangnya karena dimangsa harimau, Selasa (21/2/2023) lalu.

Lalu sehari kemudian Rabu (22/02/2023), ditemukan seekor anak harimau mati karena diracun tak jauh dari lokasi bangkai kambing sebelumnya.

Hingga Kamis (2/3/2023) hari ini, harimau masih berkeliaran di daerah kawasan perkebunan warga di daerah itu.

"Hingga hari ini, petani tak berani ke kebun. Pasalnya, harimau masih berkeliaran di kawasan kebun warga. Setiap malam warga mendengar harimau meraung. Harimau itu diperkirakan induk anak harimau yang mati," kata Samsul Bahri, Keuchik Gampong Peunaron Lama, kepada Serambinews.com, Kamis (2/3/2023).

Baca juga: Ayah dan Anak Diserang Harimau di Aceh Selatan

Karena harimau masih berkeliaran di kawasan perkebunan warga, sehingga saat ini petani tak berani ke ladang sehingga banyak petani yang tidak bisa memanen hasil kebunnya.

Ladang warga di daerah ini jaraknya dengan kawasan hutan sekitar 10 Km. 

Selama ini, kawanan harimau sering ke luar masuk ke perkebunan warga.

"Sudah sering masuk ke perkebunan warga. Masuk pertama kali waktu itu  memangsa sapi, ada juga pernah warga yang dicakar harimau, masuk kali ini memangsa kambing warga," ungkap Samsul Bahri.

Baca juga: Anak Kek Sarwani Halau Harimau di Aceh Timur

Dari semua kasus harimau masuk ke perkebunan warga di Krueng Baung ini, jelas Samsul Bahri, semuanya sudah pernah dilaporkan ke BKSDA.

Akan tetapi, tidak ada tindakan penanganan lebih lanjut.

"Karena itu, saya mewakili masyarakat saya meminta kepada pihak terkait baik BKSDA maupun Lembaga yang menangani satwa untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak petani, sehingga warga tidak lagi berkonflik dengan satwa dilindungi tersebut," pinta Samsul Bahri. (Seni Hendri)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved