Tahukah Anda

Pertama, Teleskop James Webb Deteksi Air di Komet Langka

Untuk pertama kalinya, teleskop luar angkasa itu mendeteksi keberadaan air di Comet Read, salah satu komet sabuk utama atau komet yang terletak di ...

Editor: Muliadi Gani
NASA/ESA
Ilustrasi Comet Read, komet yang terletak di sabuk asteroid utama antara orbit Mars dan Jupiter 

PROHABA.CO - Berbekal data dari Teleskop Ruang Angkasa James Webb, para ilmuwan berhasil menemukan air pada komet di sabuk asteroid utama.

Astronom menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb untuk mengamati komet langka di Tata Surya kita.

Selain membuat terobosan ilmiah, teleskop rupanya berhasil mengungkap hal lain yang di luar dugaan.

Untuk pertama kalinya, teleskop luar angkasa itu mendeteksi keberadaan air di Comet Read, salah satu komet sabuk utama atau komet yang terletak di sabuk asteroid utama antara orbit Mars dan Jupiter.

Penemuan ini terjadi setelah 15 tahun upaya para astronom menggunakan metode pengamatan yang berbeda.

Asal komet

Mengutip CNN, Selasa (16/5/2023) komet biasanya ada di Sabuk Kuiper dan Awan Oort, daerah es di luar orbit Neptunus yang dapat mengawetkan beberapa bahan beku yang tersisa dari pembentukan Tata Surya.

Komet menjelajah pada orbit panjang berbentuk oval mengelilingi Matahari yang bisa memakan waktu ribuan tahun dan memiliki ekor mengalir yang berkembang saat benda dingin kadangkadang lewat dekat Matahari.

Penampilannya yang kabur dan material ekornya membedakan komet dengan asteroid.

Baca juga: Astronom Berhasil Temukan Komet Terbesar di Tata Surya

Baca juga: Dulu Punya Sungai, Kenapa Mars Kini Jadi Planet Kering dan Panas?

Namun, ada subkelas komet langka yang disebut komet sabuk utama.

Objek tersebut memiliki orbit melingkar mengelilingi Matahari yang secara berkala menunjukkan perilaku seperti komet pada umumnya.

Mengingat lokasinya di Tata Surya bagian adalam yang hangat dan lebih dekat ke Matahari daripada komet pada umumnya, komet sabuk utama diperkirakan tidak akan menyimpan banyak es hingga sekarang.

Namun, temuan terbaru justru menemukan sebaliknya.

Lebih lanjut, temuan ini pun dapat menambah lebih banyak bukti mengenai teori tentang bagaimana air menjadi sumber daya yang melimpah di Bumi pada awal sejarahnya.

Di mana komet dan asteroid kaya air mungkin bertabrakan dengan Bumi purba dan mengirimkan air ke planet.

“Dunia kita yang dipenuhi air, penuh dengan kehidupan, dan unik adalah suatu misteri.

Kita tidak yakin bagaimana semua air ini sampai di sini,” kata Stefanie Milam, wakil ilmuwan proyek James Webb di Goddard Space Flight Center NASA.

Dan memahami sejarah distribusi air di Tata Surya akan membantu untuk memahami sistem planet lain.

Baca juga: Fakta-fakta Planet Jupiter, Planet Terbesar di Tata Surya yang Punya 79 Satelit Bulan

Baca juga: Mengapa Matahari yang Menjadi Pusat Tata Surya, Bukan Bumi?

Komet langka

Komet sabuk utama sendiri pertama kali ditemukan pada tahun 2006 oleh Henry Hsieh, ilmuwan senior di Planetary Science Institute di Tucson, Arizona, Amerika serikat.

Comet Read adalah salah satunya.

Data akurat yang dikumpulkan kemudian membantu para astronom untuk menentukan jejak uap air di sekitar Comet Read tak lama setelah jaraknya dekat dengan Matahari.

“Dengan pengamatan Webb terhadap Comet Read, kami sekarang dapat menunjukkan bahwa es air dari Tata Surya awal dapat terawetkan di sabuk asteroid,” ungkap Michael Kelley, astronom dan ilmuwan riset utama di University of Maryland di College Park.

Hanya saja seiring dengan penemuan ini, munculah teka-teki baru.

Comet Read tidak memiliki karbon dioksida yang dapat dideteksi, yang merupakan bahan penyusun sekitar 10 persen yang diuapkan oleh Matahari di semua komet lainnya.

Ada kemungkinan suhu yang lebih hangat dari sabuk asteroid utama menyebabkan Comet Read kehilangan karbon dioksida dari waktu ke waktu.

“Berada di sabuk asteroid untuk waktu yang lama dapat menyebabkan karbon dioksida menguap lebih mudah daripada es air dan dapat meresap selama miliaran tahun,” papar Kelley.

Selain itu, Comet Read mungkin terbentuk di kantong Tata Surya yang lebih hangat tanpa karbon dioksida.

Tim pun ingin mempelajari lebih lanjut komet sabuk utama lainnya dan membandingkannya dengan data Webb dari Comet Read untuk melihat apakah benda lain tersebut juga kekurangan karbon dioksida atau tidak.

“Namun, sementara itu, sekarang Webb telah mengonfi rmasi ada air di komet dan akan sangat menarik untuk menindaklanjuti penemuan ini dengan misi pengumpulan sampel dan mempelajari hal lainnya lagi,” tambah Milam.

Studi yang merinci temuan ini sudah dipublikasi di jurnal Nature.

(Kompas. com)

Baca juga: Badai Matahari Menerjang Bumi, Sebabkan Kekacauan Sinyal Radio

Baca juga: NASA Perkenalkan Empat Astronaut untuk Misi Lintasi Bulan, Ada Perempuan dan Kulit Hitam

Baca juga: Berlian Heksagonal Misterius Ditemukan, Berasal dari Planet Lain

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved