Konflik Palestina vs Israel

Anak-anak di Gaza Alami Trauma Berat Karena Serangan Israel yang Seakan Tak Ada Ujungnya

Hampir setiap anak di Jalur Gaza mengalami trauma yang berat dan berlebihan dikarenakan kehancuran yang meluas efek dari serangan tanpa henti.

Penulis: Luthfi Alfizra | Editor: Muliadi Gani
KATA KHATIB/AFP
Warga Palestina berjalan di tengah puing-puing bangunan yang hancur dan rusak di pusat kota Khan Yunis yang dibombardir hebat di Jalur Gaza selatan setelah penembakan Israel semalaman, pada 10 Oktober 2023. 

Sekjen PBB Antonio Guterres juga memperbarui seruan gencatan senjata pada Selasa (25/10) dan mengatakan hukum internasional dilanggar dalam perang antara Israel dan Hamas.

Dia mengatakan warga Palestina “telah menjadi sasaran pendudukan yang menyesakkan selama 56 tahun”, namun keluhan warga Palestina tidak membenarkan serangan Hamas.

Pada saat yang sama, “serangan mengerikan oleh Hamas tidak dapat membenarkan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina”, lanjutnya.

Dengan trauma perang dan pendudukan yang terus-menerus, empat dari lima anak di Gaza hidup dalam depresi, kesedihan dan ketakutan, menurut laporan tahun 2022 oleh Save the Children.

Lebih dari separuh dari mereka bergumul dengan pikiran untuk bunuh diri dan trauma menyaksikan kematian anak-anak lain.

Pekan lalu, sebuah LSM Palestina mengatakan satu anak di Gaza meninggal setiap 15 menit dalam pemboman yang sedang berlangsung oleh Israel.

“Kami menyaksikan genosida secara real time,” kata juru bicara Pertahanan untuk Anak Internasional – Palestina (DCIP) .

Di tengah perang, pendidikan terhenti dan sekolah-sekolah digunakan untuk menampung para pengungsi.

Sekolah dan rumah sakit juga mengalami kerusakan akibat serangan udara yang sedang berlangsung.

Israel memblokade Jalur Gaza setelah serangan Hamas, mencegah masuknya makanan, bahan bakar, dan bantuan reguler.

Pada minggu lalu, beberapa lusin truk yang membawa bantuan telah diizinkan masuk melalui perbatasan Rafah dengan Mesir, namun LSM mengatakan pasokan yang ada tidak mencukupi.

Baca juga: Konvoi Bantuan Kedua Berhasil Masuk ke Gaza di Tengah Gempuran Israel

Kurangnya air yang parah dan mendesak juga menimbulkan dampak buruk bagi anak-anak, kata UNICEF pada Selasa (24/10), seraya mencatat bahwa sebagian besar sistem air telah terkena dampak parah atau tidak dapat beroperasi karena kekurangan bahan bakar dan kerusakan pada infrastruktur penting.

UNICEF mengatakan bahan bakar, yang tidak diizinkan Israel masuk ke Gaza, sangat penting untuk pengoperasian fasilitas penting seperti rumah sakit, pabrik desalinasi, dan stasiun pompa air.

Dikatakan juga bahwa unit perawatan intensif neonatal, yang beberapa di antaranya menampung bayi baru lahir di inkubator, bergantung pada ventilasi mekanis, sehingga pasokan listrik yang tidak terputus menjadi masalah hidup dan mati.

“Tanpa akses kemanusiaan, kematian akibat serangan bisa menjadi puncak gunung es,” kata Khodr.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved