Konflik Palestina vs Israel

Dilanda Kelaparan, Apakah Ini Merupakan Senjata Perang Israel Terhadap Rakyat Sipil di Gaza?

Hanya dua persen makan yang akan dikirimkan telah memasuki Gaza sejak pengepungan total.

Penulis: Luthfi Alfizra | Editor: Muliadi Gani
AFP/SAID KHATIB
Sejumlah anak-anak mencari barang-barang dari puing-puing rumah mereka yang hancur terkena rudal jet tempur Israel di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan, Palestina, Senin (8/8/2022) 

PROHABA.CO, YERUSALEM - Akibat dari diputusnya pasokan air, listrik, dan bahan bakar ke Gaza oleh pihak Israel, kini masyarakat Gaza mengalami kelaparan karena pasokan makanan yang kian menipis jumlahnya.

Melansir dari Aljazeera, organisasi Oxfam menyerukan agar barang-barang penting terutama kebutuhan makanan dapat memasuki Jalur Gaza yang sedang terkepung dan mereka berpendapat bahwa kelaparan ini merupakan senjata perang yang di pakai Israel untuk wilayah tersebut.

Israel telah melakukan pengepungan total di Gaza setelah pasukan perjuangan Hamas melakukan aksi berani mereka di 7 Oktober lalu dan berhasil menewaskan sebanyak lebih 1.400 orang Yahudi Israel.

Tidak cukup hanya di pengepungan, Israel juga terus memborbardir tidak henti-henti di wilayah Gaza dan menyebabkan korban jiwa hingga lebih 6.600 orang warga Palestina.

Para pejabat PBB telih memberikan sinyal waspada akan adanya bencana kemanusiaan di Gaza dan PBB memohon agar Israel mengizinkan lebih banyak truk bantuan yang dapat masuk ke Gaza.

Hingga saat ini kurang lebih 70 truk bantuan telah memasuki wilayah Gaza dan sekitarnya yang sedang dilanda peperangan.

Konvoi truk bantuan kemanusiaan memasuki perbatasan Rafah dari Mesir menuju Jalur Gaza pada Sabtu (21/10/2023). Sebanyak 20 truk gelombang pertama ini membawa bantuan untuk para korban perang Israel-Hamas.
Konvoi truk bantuan kemanusiaan memasuki perbatasan Rafah dari Mesir menuju Jalur Gaza pada Sabtu (21/10/2023). Sebanyak 20 truk gelombang pertama ini membawa bantuan untuk para korban perang Israel-Hamas. ((Mohammed Assad/AFP))

Dalam sebuah wawancara pada Rabu (25/10) Oxfam mengatakan, "hanya dua persen makan yang akan dikirimkan telah memasuki Gaza sejak pengepungan total".

Oxfam menambahkan bahwa untuk mengatasi krisis di wilayah Palestina tersebut, diperlukan sekitar 104 truk sehari untuk mengirimkan makan ke Gaza.

Sally Abi Khalil, direktur regional Oxfam untuk Timur Tengah, berkata, “Situasinya sangat mengerikan, di manakah letak kemanusiaan?

Jutaan warga sipil dihukum secara kolektif di seluruh dunia, dan tidak ada pembenaran untuk menggunakan kelaparan sebagai senjata perang.

Para pemimpin dunia tidak bisa terus berdiam diri dan menonton saja, mereka mempunyai kewajiban untuk bertindak dan bertindak sekarang.”

“Setiap hari, situasinya semakin buruk.

Anak-anak mengalami trauma parah akibat pemboman yang terus-menerus; air minum mereka tercemar atau dijatah, dan dalam waktu dekat keluarga-keluarga mungkin tidak dapat memberi mereka makan juga.

Berapa banyak lagi penderitaan yang akan dialami warga Gaza?” Khalil menambahkan.

Merujuk pada hukum kemanusiaan internasional, yang melarang kelaparan sebagai metode peperangan, Oxfam mengatakan “menjadi sangat jelas bahwa situasi kemanusiaan yang terjadi di Gaza sesuai dengan larangan yang dikutuk dalam resolusi tersebut”.

Baca juga: Keluarga Kepala Biro Aljazeera Gaza Meninggal Akibat Serangan Udara Militer Israel

Baca juga: Konvoi Bantuan Kedua Berhasil Masuk ke Gaza di Tengah Gempuran Israel

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved