Pilpres 2024

PDI-P Merasa Ditinggalkan oleh Jokowi, Upaya Membangun Narasi Terzalimi

PDI Perjuangan masih menjaga diri untuk tidak mengambil posisi politik berkonfrontasi secara terbuka

Penulis: Muhammad Aulia Ichsan | Editor: Muliadi Gani
Istimewa
Presiden Jokowi berjalan beriringan dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menuju lokasi acara perayaan HUT PDIP ke-50 PDIP di JIExpo, Jakarta, Selasa (10/1/2023). 

PROHABA.CO - Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro, berasumsi bahwa PDI Perjuangan sedang mengimplementasikan strategi politik dengan merancang cerita bahwa mereka telah diabaikan oleh Presiden Joko Widodo.

Harapannya adalah masyarakat akan merasa simpati dan terus mendukung PDI-P, bukan mendukung Jokowi dan keluarganya.

“Dengan mengatakan Presiden Joko Widodo telah meninggalkan PDI-P, tampak seolah PDI-P hendak membangun persepsi mereka terzalimi dari sikap Jokowi dan keluarga,” kata Bawono, Selasa (31/10/2023) di kutip dari Kompas.com.

Bagaimanapun, Bawono menilai kritik yang dilontarkan PDI-P kepada Jokowi dan keluarganya belum mencapai tingkat yang signifikan.

Partai tersebut tampaknya enggan menghadapi presiden secara terbuka meskipun mereka merasa kecewa.

Bawono mencatat bahwa PDI-P berisiko kehilangan dukungan elektoral jika mereka secara terbuka melawan Jokowi.

Baca juga: Presiden Kumpulkan Penjabat Kepala Daerah Se-Indonesia di Istana Negara, Ini Pesan Jokowi

Sebagian besar pendukung besar partai banteng juga merupakan penggemar setia mantan Wali Kota Surakarta tersebut.

Hasil survei Indikator Politik Indonesia pada periode 16-20 Oktober menunjukkan bahwa 24,9 persen responden memilih PDI-P karena mereka menyaksikan sosok Jokowi.

“PDI Perjuangan masih menjaga diri untuk tidak mengambil posisi politik berkonfrontasi secara terbuka,” ungkapnya.


PDI-P mempunyai opsi untuk mengambil pendekatan yang lebih tegas, misalnya dengan menarik menteri-menterinya dari Kabinet Indonesia Maju yang dipimpin oleh Jokowi.

Namun, menurut penilaian Bawono, tindakan tersebut berpotensi menjadi bumerang bagi PDI-P.

Partai yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri itu mungkin kehilangan dukungan elektoralnya jika mereka menjauh dari Jokowi.

Baca juga: Luhut Pandjaitan: Prabowo-Gibran, Pasangan Pembawa Harapan bagi Indonesia Maju

“PDI-P berhitung betul apabila melakukan respons keras atau katakanlah konfrontasi secara terbuka terhadap keluarga Jokowi pasca deklarasi Gibran sebagai pendamping Prabowo, mereka berpotensi akan kehilangan pemilih yang memiliki simpati atau rasa kedisukaan terhadap Jokowi,” ujarnya.

Diketahui bahwa ketegangan politik antara PDI-P dan Jokowi semakin meningkat belakangan ini. PDI-P merasa ditinggal pergi oleh Jokowi.

Karena presiden memberikan restu kepada putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, yang juga merupakan kader partai, untuk menjadi wakil calon presiden (cawapres) pendamping bakal calon presiden (capres) dari Koalisi Indonesia Maju, Prabowo Subianto.

“PDI Perjuangan saat ini dalam suasana sedih, luka hati yang perih, dan berpasrah pada Tuhan dan rakyat Indonesia atas apa yang terjadi saat ini,” kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto melalui keterangan tertulis kepada awak media, Minggu (29/10/2023).

Baca juga: GAWAT, Massa Laskar PDIP dan GPK Militan Bentrok

Meskipun demikian, Hasto menyatakan bahwa Jokowi telah mendapatkan dukungan yang sangat kuat dari basis massa dan para pendukung setia PDI-P.

Dukungan ini telah meraih jabatan sebagai Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga menjadi Presiden dalam dua periode berturut-turut.

“Ketika DPP partai bertemu dengan jajaran anak ranting dan ranting sebagai struktur partai paling bawah, banyak yang tidak percaya bahwa ini bisa terjadi,” kata Hasto.

“Kami begitu mencintai dan memberikan privilese yang begitu besar kepada Presiden Jokowi dan keluarga, namun kami ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar pranata kebaikan dan konstitusi,” imbuh dia.

Baca juga: Cak Imin Percaya Diri Raih Dukungan Terbesar di Jawa Timur

PDI-P juga mengkritik sikap Gibran.

Wali Kota Surakarta tersebut dianggap sebagai keputusan partai yang tidak mendukung Ganjar Pranowo dan Mahfud MD sebagai calon presiden dan calon wakil presiden Pemilu 2024.

Karena tindakan ini, Gibran dianggap telah keluar dari lingkaran PDI-P, meskipun partai tersebut tidak secara resmi mencabut perlindungannya.

(Penulis adalah mahasiswa Internship dari Universitas Malikussaleh Aceh Utara)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved