konflik Palestina vs Israel
Perbatasan Rafah Dibuka, Korban Terluka dan Warga Asing Tinggalkan Gaza Menuju Mesir
Warga yang terluka menjadi rombongan pertama yang dibawa keluar meninggalkan Gaza untuk mendapatkan perawatan medis darurat di Mesir pada hari Rabu,
PROHABA.CO - Perbatasan Rafah yang menghubungkan Gaza dan Mesir akhirnya dibuka untuk pertama kalinya sejak perang meletus pada 7 Oktober 2023.
Ratusan warga Gaza dan warga asing yang terluka berbondong-bondong memasuki perbatasan dengan Mesir pada hari Rabu (1/11/2023).
Ini terjadi di saat perang dahsyat antara Hamas dan Israel telah berlangsung selama lebih dari tiga minggu.
Warga yang terluka menjadi rombongan pertama yang dibawa keluar meninggalkan Gaza untuk mendapatkan perawatan medis darurat di Mesir pada hari Rabu, alarabiya.net melaporkan.
Ratusan pemegang paspor asing juga mulai meninggalkan wilayah yang dilanda perang tersebut.
Wartawan AFP melihat barisan 40 ambulans berwarna putih berjalan melalui perbatasan Rafah.
Sementara itu, kerumunan keluarga asing dan berkewarganegaraan ganda berkumpul di dekatnya, berharap untuk meninggalkan kondisi bencana di Gaza.
Setidaknya dua anak terlihat di dalam ambulans, salah satunya dengan perban besar melilit perutnya.
Warga negara Yordania Saleh Hussein mengatakan dia menerima kabar pada tengah malam bahwa dirinya masuk dalam daftar untuk dievakuasi.
Baca juga: Jaringan Internet dan Telepon Kembali Dimatikan Sepenuhnya di Gaza
“Kami menghadapi banyak masalah di Gaza, yang paling kecil adalah kekurangan air dan pemadaman listrik.
Ada masalah yang lebih besar seperti pemboman.
Kami takut. Banyak keluarga yang menjadi martir,” katanya kepada AFP.
Gambar-gambar AFPTV menunjukkan orang-orang berjuang untuk membawa harta benda mereka, bergegas melewati perbatasan Rafah yang dijaga ketat menuju Mesir.
Mesir diperkirakan akan menerima setidaknya 400 pemegang paspor asing dan 90 orang yang terluka dan sakit paling parah.
Kelompok pertama yang sebagian besar terdiri dari perempuan dan anak-anak telah tiba di Mesir, kata seorang pejabat kepada AFP yang tidak mau disebutkan namanya.
"Sudah cukup. Kami sudah cukup menanggung penghinaan,” kata warga Gaza Rafik al-Hilou, yang menemani kerabatnya termasuk anak-anak berusia satu dan empat tahun yang berharap bisa menyeberang ke Mesir.
“Kami kekurangan kebutuhan manusia yang paling mendasar."
"Tidak ada internet, tidak ada telepon, tidak ada alat komunikasi, bahkan air pun tidak."
"Selama empat hari terakhir, kami belum bisa memberi makan sepotong roti pun kepada anak ini. Apa yang kamu tunggu?"
Israel tanpa henti menggempur Gaza sebagai pembalasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.
8.796 orang Palestina tewas dalam pemboman Israel, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak gencatan senjata dan berjanji untuk melanjutkan perang sampai mencapai kemenangan terhadap Hamas.
Baca juga: AS Tolak Seruan Dunia agar Hamas-Israel Gencatan Senjata di Gaza, Sebut Bukan Jawaban Tepat
Baca juga: Usai Posting Aaliyah Massaid Gelendotan ke Thariq Halilintar, Sarah Tumiwa Ngaku Diserang Netizen
"Tidak ada harapan di Gaza"
Pembukaan perbatasan sementara dengan Mesir memberikan secercah harapan dalam krisis kemanusiaan di Gaza yang disebut oleh PBB dan lembaga bantuan lainnya sebagai “peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya.”
Serangan Israel memicu kecaman dari Qatar, Arab Saudi, dan juga di Bolivia, yang memutus hubungan diplomatik sebagai bentuk protesnya.
Situasi di Gaza masih memprihatinkan, warga kekurangan makanan, bahan bakar dan obat-obatan untuk 2,4 juta penduduk, menurut kelompok bantuan.
Penduduk Palestina mengatakan kepada AFP bahwa mereka telah dievakuasi dari Gaza utara, seperti yang diminta oleh Israel, namun masih dalam ancaman.
“Kami diberitahu untuk mengungsi dari Kota Gaza menuju wilayah tengah Jalur Gaza di luar lembah, jadi kami menuju ke sana.
Setelah 20 hari, kami dibombardir.
Tiga anak kami kehilangan nyawa dan kami semua terluka,” kata Amin al-Aqluk kepada AFP.
“Tidak ada harapan di Jalur Gaza. Di sini sudah tidak aman lagi.
Ketika perbatasan dibuka, semua orang akan pergi dan beremigrasi.
Kita menghadapi kematian setiap hari, 24 jam sehari.”
Para pejabat Israel mengatakan 70 truk bantuan memasuki Gaza dari Mesir pada hari Selasa (31/10/2023), salah satu arus harian terbesar yang pernah ada.
Namun jumlah itu masih jauh lebih sedikit dari jumlah yang dibutuhkan oleh kelompok kemanusiaan.
Khawatir pasokan yang masuk ke Gaza akan dialihkan ke Hamas, atau pengiriman bantuan akan menyelundupkan senjata, personel keamanan Israel melakukan pemeriksaan ketat yang memperlambat aliran bantuan.
(Tribunnews.com)
Baca juga: Lawan Pasukan Darat Israel di Gaza, Hamas Tembakkan Rudal Anti-Tank
Baca juga: Bolivia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel, Dinilai Lakukan Kejahatan Kemanusiaan di Gaza
Baca juga: Dua Rumah Sakit di Gaza Tempat 64.000 Warga Palestina Berlindung Dibombardir Tentara Israel
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Orang-orang yang Terluka dan Warga Asing Tinggalkan Gaza Menuju Mesir Melalui Perbatasan Rafah,
Prohaba.co
Konflik Palestina vs Israel
Perbatasan Rafah Dibuka
Perbatasan Rafah
Mesir
Gaza
Israel
Hamas
Perang
Badai Pasir dan Kebakaran Landa Israel, Aktivitas Lumpuh Kualitas Udara Anjlok |
![]() |
---|
Kebakaran Hutan Hebat di Israel, Minta Bantuan Internasional |
![]() |
---|
Israel Melakukan Pengusiran Paksa, Warga Pengungsi Di Tepi Barat Menghadapi Ketidakjelasan kehidupan |
![]() |
---|
Donald Trump Sebut Warga Palestina Tak Punya Hak Kembali ke Gaza, Rencana Kirim Pasukan ke Gaza |
![]() |
---|
Hamas Bebaskan 3 Sandera, Israel Lepaskan 90 Tahanan Palestina, Ini Daftarnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.