Konflik Palestina vs Israel

WHO: Wabah Penyakit di Gaza Lebih Mematikan Dibandingkan Daripada Bom

PBB: “tidak ada obat-obatan, tidak ada kegiatan vaksinasi, tidak ada akses terhadap air bersih dan kebersihan serta tidak ada makanan.”

Penulis: Luthfi Alfizra | Editor: Muliadi Gani
Mahmud Hams/AFP
Serangan Israel telah menghancurkan sebagian besar lingkungan Gaza, memutus pasokan makanan, air, listrik, dan medis serta memperburuk kondisi warga 

WHO: Penyakit di Gaza Lebih Mematikan Dibandingkan Dengan Bom di Tengah Pengepungan Israel

PROHABA.CO, YERUSALEM - World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa banyak warga Gaza meninggal dunia akibat berbagai macam penyakit.

Hal itu disebabkan oleh hancurnya sistem kesehatan dan rusaknya sanitasi di Jalur Gaza yang terkepung.

Kekurangan bahan bakar dan pasokan mengakibatkan sebagian besar infrastruktur penting di wilayah yang terkepung lumpuh.

Sejak Israel menyerang Gaza pada 7 Oktober lalu, rumah sakit dan fasilitas PBB menjadi target utama serangan yang di lakukan oleh Israel.

Melansir dari Aljazeera pada Rabu (29/11/2023), “pada akhirnya kita akan melihat lebih banyak orang meninggal karena penyakit dibandingkan akibat pemboman jika kita tidak dapat memulihkan sistem kesehatan ini,” kata Margaret Harris, juru bicara WHO, saat berbicara pada sebuah pengarahan di Jenewa pada Selasa (28/11/2023).

Margaret mengatakan bahwa runtuhnya Rumah Sakit Al-Shifa yang terletak di Gaza Utara sebagai sebuah tragedi dan menyuarakan keprihatinan tentang penahanan beberapa staf medisnya oleh pasukan Israek yang mengambil alih kompleks tersebut awal bulan November ini.

Pemandangan sekitar Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza
Pemandangan sekitar Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza (AFP)

Ia juga mengulangi kekhawatirannya mengenai peningkatan wabah penyakit menular di Gaza, khususnya penyakit diare.

Mengutip laporan PBB mengenai kondisi kehidupan para pengungsi di Gaza utara, dia berkata: “tidak ada obat-obatan, tidak ada kegiatan vaksinasi, tidak ada akses terhadap air bersih dan kebersihan serta tidak ada makanan.”

Baca juga: Gencatan Senjata Palestina-Israel Hari Kelima, 30 Orang Warga Palestina Dibebaskan

Wabah Besar Menanti

Kemungkinan akan terjadi lonjakan besar penyakit gastointestinal dan penyakit menular di kalangan penduduk setempat.

Hal itu dikarenakan semua layanan sanitasi utama telah berhenti beroperasi di Gaza.

Lebih dari 44.000 kasus diare dan 70.000 infeksi saluran pernapasan akut yang berhasil di data WHO.

WHO sangat mengkhawatirkan bahwa hujan dan banjir menjelang musim dingin akan memperburuk situasi yang sudah mengerikan.

James Elder, juru bicara badan anak-anak PBB di Gaza, mengatakan kepada wartawan melalui tautan video bahwa rumah sakit penuh dengan anak-anak yang menderita luka perang dan gastroenteritis karena meminum air kotor.

“Mereka tidak memiliki akses terhadap air bersih dan ini melumpuhkan mereka,” katanya.

Jika tidak ada perubahan, “akan semakin banyak orang yang jatuh sakit dan risiko wabah besar akan meningkat secara dramatis”, Richard Brennan, direktur darurat regional WHO untuk wilayah Mediterania Timur, mengatakan kepada Aljazeera awal bulan ini.

Baca juga: Organisasi HAM: Israel Curi Organ Mayat Warga Gaza, Hati, Ginjal, dan Mata Hilang

Apakah Gencatan Senjata Cukup?

Selasa pagi (28/11/2023), perjanjian gencatan senjata anatara pasukan perjuangan Hamas dengan Israel diperpanjang selama dua hari kedepan.

Meskipun diperpanjang, tetap saja bahan bakar sulit masuk.

Pasokan bahan bakar tersebut sebenarnya diperlukan untuk menghidupkan generator listrik pada rumah sakit di wilayah utara Gaza yang terkepung, kata Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas.

Pejabat PBB Tor Wennesland memperingatkan situasi kemanusiaan “masih merupakan bencana besar”.

Hal ini “membutuhkan masuknya bantuan dan pasokan tambahan secara mendesak dengan cara yang lancar, dapat diprediksi, dan berkelanjutan untuk meringankan penderitaan warga Palestina yang tak tertahankan di Gaza,” kata koordinator khusus PBB untuk proses perdamaian Timur Tengah.

Megitup dari Aljazeera, Walikota Kota Gaza Yahya al-Siraj mengatakan bahwa tanpa bahan bakar, wilayah tersebut tidak dapat memompa air bersih atau membersihkan sampah yang menumpuk di jalan-jalan, dan memperingatkan potensi “bencana” kesehatan masyarakat.

Pembersihan sedang dilakukan di RS al-Shifa, yang merupakan rumah sakit terbesar di Gaza.

“Kami berharap mereka dapat segera melanjutkan aktivitasnya,” kata juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Mahmud Hammad.

Pemboman Israel telah menewaskan lebih dari 14.800 warga Palestina, termasuk 6.150 anak-anak dan lebih dari 4.000 wanita, menurut otoritas kesehatan di wilayah tersebut.

(Penulis adalah mahasiswa internship Universitas Teuku Umar, Meulaboh)

 

Baca juga: Wabah Kudis dan Cacar Jadi Rintangan Baru Bagi Pengungsi Palestina di Sekolah-Sekolah UNRWA

Baca juga: Titik Nol Kesultanan Aceh Gampong Pande Penuhi Syarat Didaftarkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO

 

Update berita lainnya di PROHABA.CO dan Google News.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved