Luar Negeri

KEOS, 15 Orang Tewas Dalam Kerusuhan dan Penjarahan di Papua Nugini

Kerusuhan bermula pada Rabu (10/1) ketika ratusan polisi, tentara, sipir, dan aparatur sipil negara mogok kerja usai gaji mereka dipotong.

Penulis: Redaksi | Editor: Fadil Mufty
AFP/ANDREW KUTAN
Massa yang terlibat rusuh menjarah pertokoan di Port Moresby, Papua Nugini pada Rabu (10/1) waktu setempat. 

PROHABA.CO -- Kerusuhan pecah di dua kota terbesar Papua Nugini dan dilaporkan menewaskan setidaknya 15 orang per Kamis (11/1/2024). Kerusuhan yang terjadi di ibu kota Port Moresby dan kota Lae pun diwarnai aksi-aksi penjarahan.

Kerusuhan bermula pada Rabu (10/1) ketika ratusan polisi, tentara, sipir, dan aparatur sipil negara mogok kerja usai gaji mereka dipotong.

Pemerintah Papua Nugini menyebut pemotongan gaji terjadi karena kesalahan administrasi.

 Pemerintah Papua Nugini pun berusaha mengembalikan ketertiban usai kerusuhan menjalar di dua kota. 

Perdana Menteri Papua Nugini James Marape menyebut Port Moresby dalam kondisi tegang tetapi aksi-aksi kekerasan telah berkurang.

"Polisi tidak bekerja kemarin di kota (Port Moresby) dan orang-orang memanfaatkan ketiadaan hukum itu, tidak semua orang, hanya segmen tertentu di kota ini," kata Marape, Kamis, dikutip Associated Press.

"Laporan situasi per pagi ini menunjukkan ketegangan di kota telah berkurang," lanjutnya.

Banyak pertokoan dan bank dilaporkan masih tutup di Port Moresby dan Lae per Kamis. 

Pemerintah pun menerjunkan tambahan 180 personel keamanan ke Port Moresby untuk mengendalikan situasi.

Aksi kekerasan di Papua Nugini dilaporkan cenderung meningkat di tengah tingginya angka pengangguran dan naiknya harga-harga kebutuhan pokok.

Papua Nugini juga menghadapi aksi kekerasan antarsuku di daerah-daerah pedalaman. 

Negara tetangga Indonesia itu berupaya meningkatkan jumlah polisi dari 6.000 personel menjadi 26.000 personel.

Dari Perdana Menteri (PM) Papua Nugini James Marape mengumumkan keadaan darurat selama 14 hari di ibu kota Port Moresby. 

Penetapan keadaan darurat ini diumumkan setelah sedikitnya 15 orang tewas dalam kerusuhan yang diwarnai aksi penjarahan dan pembakaran.

Seperti dilansir AFP, Kamis (11/1/2024), Marape mengumumkan bahwa lebih dari 1.000 tentara bersiaga untuk "turun tangan jika diperlukan" berdasarkan keputusan pemberlakuan keadaan darurat tersebut.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved