BUMN Merugi

Ini Daftar 7 BUMN yang Masih Merugi, Ada yang Bisa Diselamatkan dan Ada yang Tak Punya Harapan Lagi

Hingga saat ini, ada tujuh badan usaha milik negara (BUMN) yang masih merugi.

Editor: Jamaluddin
TRIBUNNEWS.COM/JEPRIMA
Menteri BUMN Erick Thohir. 

Karena itu, Kementerian BUMN pun harus bekerja keras untuk mengurusi perusahaan pelat merah tersebut.

PROHABA.CO, JAKARTA - Hingga saat ini, ada tujuh badan usaha milik negara (BUMN) yang masih merugi.

Karena itu, Kementerian BUMN pun harus bekerja keras untuk mengurusi perusahaan pelat merah tersebut.

“Ada tujuh BUMN yang memang kita harus benar-benar kerja keras untuk beberapa tahun ke depan,” ujar Menteri BUMN, Erick Thohir, dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI pada Senin (4/11/2024), dikutip dari Kontan.co.id.

Tujuh BUMN itu, sebut Erick, cashflownya masih negatif. 

Sedangkan 40 BUMN lainnya, menurut Erick, sudah untung.

Lantas akan diapakah ketujuh BUMN yang merugi itu oleh Menteri BUMN

Erick menyatakan, ada yang bisa diselamatkan dan ada pula yang tak punya harapan lagi.

Berikut tujuh BUMN yang hingga kini masih merugi seperti dikutip dari Tribunnews.com:

1. PT Krakatau Steel Tbk (KRAS)

Produsen baja nasional tersebut sebenarnya sudah melakukan restrukturisasi pada 2019 lalu. 

Namun, terjadinya kebakaran pada Mei 2023 lalu membuat operasional perusahaan itu terganggu secara menyeluruh.

“Kita sedang mencari jalan apakah dengan menghasilkan Krakatau Steel EBITDA yang positif, yang kebakar ini apa perlu dikerjasamakan juga. 

Ini sedang coba mencari jalan,” kata Erick.  

2. PT Bio Farma 

Kinerja Bio Farma masih lunglai karena impairment dari vaksin Covid-19. 

Saat itu, Bio Farma ditugaskan membeli vaksin sebanyak-banyaknya untuk ketersediaan vaksin. 

Namun, ketika Covid-19 sudah tidak ada, sisa vaksinnya mesti dilakukan impairment karena sudah melebihi tanggal kedaluwarsa (lewat expired date).  

“Jadi itu saya rasa bukan sesuatu yang dilihat sebagai kerugian negara karena memang kita harus reserve karena pada saat itu kita perang melawan Covid-19,” ucap Erick.  

Erick menambahkan, Bio Farma sudah mendapatkan komitmen baru dari internasional senilai Rp 1,4 triliun untuk distribusi vaksin polio. 

Hal ini karena Bio Farma menjadi bagian yang terpenting untuk vaksin polio di dunia. 

“Hampir 85 persen produksi dalam negeri yang didistribusikan ke 150 negara. 

Ini salah satu sebenarnya the real global company yang kita punya,” terang dia.  

Selain Bio Farma,  PT Indofarma saat ini sedang menyelesaikan proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan PT Kimia Farma sedang melakukan restrukturisasi.

“Di sini termasuk Indofarma kita perbaiki terlepas dari isu-isunya, kita akan selesaikan dengan tentu kepegawaiannya. 

Namun, kita mesti scale up sedikit untuk menjadi supply chain itu,” kata Erick.  

3. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)

Erick menerangkan, sudah ada jalan Wijaya Karya untuk restrukturisasi. 

Termasuk dari Wika Realty yang ekspansi berlebihan atau over-expansion di tahun-tahun sebelumnya. 

Saat ini, Kementerian BUMN sedang melakukan penelitian lebih dalam terkait hal tersebut.

4. PT Waskita Karya Tbk (WSKT) 

Kementerian BUMN mencatat kerugian PT Waskita Karya disebabkan oleh penurunan jumlah kontrak yang tidak dapat menanggung biaya operasional dan beban keuangan yang tinggi. 

Sebagai langkah perbaikan, sudah dilakukan implementasi tata kelola dan manajemen risiko, efisiensi biaya operasional, dan restrukturisasi perbankan pada Maret 2024.    

“Waskita Karya kemarin sudah tanda tangan restrukturisasi senilai Rp 26 triliun dengan 21 kreditur.

Kita terus Wijaya Karya dan Waskita Karya ini kita sedang menunggu surat persetujuan dari Menteri PU bagaimana kita bisa konsolidasi dari 7 (BUMN) karya menjadi 3 (BUMN) karya, sehingga lebih sehat lagi tentu kondisi karya-karya ini,” jelas Erick.  

5. PT Jiwasraya 

Erick mengungkapkan progres Jiwasraya sudah baik dan tinggal proses likuidasi. 

6. PT Perumnas 

Erick mengatakan, model bisnis Perumnas ke depan tidak lagi membangun rumah tapak (landed house), tapi juga mesti rumah bertingkat atau rumah susun/apartemen. 

Hal ini terkait ketersediaan lahan mengingat jumlah penduduk Indonesia yang diperkirakan mencapai 315 juta jiwa. 

Di sisi lain, pembangunan sektor lain juga memerlukan lahan seperti sektor perindustrian, perkebunan, dan lainnya.     

Kementerian BUMN juga mendorong Perumnas agar tidak lagi melakukan penugasan dari pemerintah daerah tanpa komitmen pemerintah daerah tersebut. 

“Di mana kadang-kadang kita sudah membangun rumahnya, tapi akses jalan masuknya tidak ada, akses fasilitas tidak ada, Listrik, dan air tidak tersambung. 

Ini beberapa kita lihat kondisi Perumnas seperti itu,” ungkap Erick. 

7. Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) 

PNRI sebenarnya BUMN percetakan. 

Dulu, semua surat negara diwajibkan dicetak di PNRI. 

Namun, saat ini tidak ada lagi kewajiban/mandatory tersebut. 

“Sekarang, dengan terbukanya market tentu mulai kalah bersaing. 

Ini yang salah satu nanti kita akan restrukturisasi seperti apa mengenai PNRI,” pungkas Erick Thohir. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Tujuh BUMN Masih Merugi Mau Diapakan? Erick Thohir: Ada yang Dilikuidasi, 

Update berita lainnya di PROHABA.co dan Google News

 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved