Haba MPG Nagan Raya

Dari Luka ke Cahaya, Kisah Junaidi, Teknisi Aceh di PLTU 3-4 Nagan Raya

Berbekal pengalaman panjangnya, Junaidi melamar ke PT Meulaboh Power Generation (PT MPG) dan langsung diterima

Editor: Misran Asri
Foto RA Karamullah
MELAKUKAN PENGECEKAN - Junaidi saat melakukan pengecekan belt conveyor di PLTU 3-4 Nagan Raya, Senin, (3/11/2025). 

Berbekal pengalaman panjangnya, Junaidi melamar ke PT Meulaboh Power Generation (PT MPG) dan langsung diterima

PROHABA.CO, SUKAMAKMUE - Tidak banyak orang yang tumbuh dari keterbatasan, lalu bangkit membangun hidup hingga menjadi salah satu teknisi andalan di sektor ketenagalistrikan Aceh. 

Namun itulah perjalanan panjang Muhammad Junaidi (38), sosok lokal yang ikut mendorong kemajuan industri energi di pantai barat Aceh.

Lahir di Padang Sakti Lhokseumawe, Junaidi menghabiskan masa kecilnya di kawasan industri gas PT Arun wilayah yang pada masa itu penuh dinamika sosial dan ekonomi pada tahun 90-an. 

Kedua orang tuanya selalu berusaha menjaga anak-anak tetap fokus pada pendidikan dan masa depan.

Memasuki usia remaja, keluarga memberi keputusan penting, dimana setelah lulus SMP, ia diminta melanjutkan pendidikan di Bireuen agar memperoleh lingkungan belajar yang lebih terarah dan penuh peluang.

Di Matang Bireuen, Junaidi memilih melanjutkan sekolah di SMK Negeri 1 Jeumpa, jurusan Teknik Mesin Perkakas

Hidup seadanya di bengkel las milik paman, ia membantu membuat mesin perontok padi, menambal ban, hingga mengelas rangka besi.

“Itulah tempat saya belajar dasar-dasar teknik. Cukup untuk makan, yang penting selamat,” katanya.

Baca juga: PT MPG Kirim Engineer ke Tiongkok untuk Pelatihan Operasi PLTU Berskala Global

Baca juga: Kisah Inspiratif Delegasi PT MPG ke China, Takjub Lihat Padang Pasir Jadi Pusat Pembangkit Listrik

Tahun 2005, Aceh diguncang tsunami dahsyat. Junaidi lulus SMK pada masa ketika ekonomi keluarga sedang terpuruk.

“Saya sebenarnya ingin kuliah di Politeknik Lhokseumawe. Tapi orang tua tidak mampu. Enam bersaudara, kondisi pas-pasan,” tuturnya.

Impian kuliah terkubur. Demi hidup, Junaidi mengambil pekerjaan apa saja. 

“Yang penting ada makan. Namanya juga perantau,” katanya pelan.

Masuk ke dunia pembangkit: modal keberanian ke Pantai Barat Selatan

Tahun 2009, Aceh mulai rehabilitasi pasca-tsunami. 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved