Tahukah Anda

Mengapa Perang Saudara di Suriah Berkobar Lagi dan Apa Dampaknya? Berikut Uraiannya

Perang saudara yang sudah berlangsung 13 tahun di Suriah kembali menjadi sorotan setelah sebuah koalisi baru para pemberontak atau oposisi melancarkan

Editor: Muliadi Gani
AFP/OMAR HAJ KADOUR
Foto udara ini menunjukkan sebagian pemandangan Aleppo dengan asap mengepul di latar belakang setelah para pejuang jihad dan sekutunya memasuki kota Suriah utara pada Sabtu (30/11/2024). Para pemberontak memasuki kota kedua Suriah, Aleppo, pada 29 November, ketika mereka melancarkan serangan kilat terhadap pasukan pemerintah yang didukung Iran dan Rusia. 

Di medan perang, Garda Revolusi Iran serta proksinya di Lebanon, yaitu Hizbullah, membantu rezim Assad dalam melawan kelompok opisisi bersenjata.

Di angkasa, Angkatan Udara Suriah didukung pesawat tempur Rusia.

Kelompok-kelompok ekstremis, termasuk Al Qaeda, tertarik pada Suriah dan bergabung dalam perjuangan bersama kaum oposisi moderat Suriah, meskipun kelompok oposisi moderat tidak menyetujui keterlibatan kelompok ekstremis tersebut.  

Namun, tahun 2014, kaum ekstremis mendominasi, dan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) mulai menyapu wilayah Suriah.

Khawatir Suriah akan menjadi sarang teror permanen, sebuah koalisi internasional yang dipimpin AS turun tangan dengan fokus mengeliminasi ISIS, tanpa menghadapi rezim Suriah.

Syrian Democratic Forces (SDF), mitra AS yang terdiri dari para pejuang Kurdi, berperang melawan ISIS dan secara efektif mengakhiri keberadaan secara teritorial kelompok teror tersebut.

Tahun 2020, Rusia dan Turki menyetujui gencatan senjata di provinsi terakhir yang dikuasai oposisi, yaitu Idlib, dan sepakat untuk membangun sebuah koridor keamanan dengan patroli bersama.

Sejak saat itu, tidak ada konflik besar yang terjadi, tetapi pemerintah Suriah tidak pernah berhasil merebut kembali seluruh wilayahnya. 

Peristiwa di Aleppo saat ini menunjukkan bahwa perlawanan bersenjata masih tetap ada. 

Mengapa Konflik Itu Berkobar Lagi Sekarang?

Serangan dimulai pada Rabu (17/11/2024) setelah para pemberontak membentuk koalisi baru yang disebut “Komando Operasi Militer”.

Mereka dengan cepat menyapu desa-desa di luar Aleppo

Penduduk setempat mengatakan, kelompok para pemberontak telah menguasai sebagian besar kota itu.

Mereka hampir tidak mendapat perlawanan di sepanjang jalur yang mereka lalui.

Para kombatan oposisi mengatakan, mereka berusaha untuk membebaskan wilayah yang diduduki dan sedang menghadapi serangan dari pasukan pemerintah dan kelompok milisi pro-Iran.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved