Tahukah Anda

Apa yang Membuat Seseorang Menjadi Narsisistik? Ilmuwan Temukan Petunjuk Penting

rang dengan gangguan kepribadian narsistik biasanya digambarkan sebagai orang yang kondisi kesehatan mental yang memengaruhi cara Anda memandang diri

Editor: Muliadi Gani
Foto Unsplash
INGIN SELALU DIPERHATIKAN - Ilustrasi orang yang ingin mendapatkan perhatian dan pujian. Memiliki pemikiran dan perilaku yang selalu ingin diperhatikan dan dipuji merupakan salah satu tanda-tanda gangguan kepribadian narsistik. 

PROHABA.CO -  Tahukah anda, Apa itu narsistik? Orang dengan gangguan kepribadian narsistik biasanya digambarkan sebagai orang yang kondisi kesehatan mental yang memengaruhi cara Anda memandang diri sendiri dan berhubungan dengan orang lain. 

Karena mereka membayangkan diri mereka lebih unggul dari orang lain, mereka sering bersikeras untuk memiliki barang-barang yang mencerminkan gaya hidup yang sukses.

Gangguan kepribadian narsistik adalah gangguan mental yang membuat pengidapnya merasa kalau dirinya penting, serta membutuhkan perhatian dan kekaguman yang berlebihan dari orang lain.

Namun, di balik gangguan tersebut terdapat harga diri yang rapuh dan rentan terhadap kritik sekecil apa pun.

Belakangan ini, kata “narsistik” atau narsis sering muncul di mana-mana. 

Di media sosial, orang dengan mudah melabeli mantan pacarnya, orang tua, bahkan rekan kerjanya sebagai narsistik. 

Rasanya semua orang punya cerita tentang “si narsis” dalam hidup mereka.

Akan teapi, benarkah kita tahu apa itu narsisisme?

Meski istilah ini sering disalahgunakan, narsisisme memang nyata.

Dalam bentuk paling parah, ia bisa menjadi gangguan mental yang disebut narcissistic personality disorder (gangguan kepribadian narsistik).

Namun, narsisisme juga bisa merujuk pada sifat-sifat kepribadian yang sebenarnya ada pada semua orang. 

Hanya saja kadarnya berbeda-beda. Lalu, dari mana asal sifat ini?

Apakah orang jadi narsistik karena pengalaman masa kecilnya?

Inilah pertanyaan besar yang coba dijawab para ilmuwan.

Baca juga: Ilmuan Cina Ciptakan AI yang Mampu Mengambil Keputusan Sendiri

Ada dua jenis Ada dua jenis utama narsisisme.

Pertama, narsisisme grandiose yang sering kita bayangkan saat mendengar kata “narsistik”. 

Orang dengan tipe ini terlihat percaya diri, suka menonjolkan diri, bahkan bisa agresif dan dominan.

Sebaliknya, narsisisme vulnerable lebih tersembunyi.

Orang dengan tipe ini biasanya pendiam, mudah tersinggung, dan di balik tampilan sombongnya, mereka sebenarnya menyimpan rasa percaya diri yang rapuh.

Meski berbeda, kedua tipe ini punya satu kesamaan: sifat manipulatif, merasa paling berhak, dan minim empati.

Inilah yang membuat mereka sering bermasalah dalam hubungan dengan orang lain.

Khusus pada tipe vulnerable, banyak perilaku merugikan muncul dalam hubungan cinta.

Misalnya, mereka bisa melakukan ‘love bombing’ (membanjiri pasangan dengan cinta di awal), ‘ghosting’ (menghilang tanpa penjelasan), atau ‘breadcrumbing’ (memberi harapan palsu).

Mereka juga lebih sering merasa tidak puas dalam hubungan, lebih permisif terhadap selingkuh, dan bahkan lebih rentan melakukan kekerasan pada pasangan.

Sejak kecil Untuk memahami kenapa orang narsistik bersikap seperti itu dalam hubungan, para peneliti melihat dari sisi “gaya kelekatan”, yaitu pola hubungan emosional yang terbentuk sejak kecil.

Teori kelekatan menyebutkan bahwa pengalaman kita bersama orang tua atau pengasuh utama saat kecil membentuk cara kita memandang diri sendiri dan orang lain.

Kalau sejak kecil kita merasa dicintai dan aman, besar kemungkinan kita tumbuh jadi orang yang percaya diri dan bisa membangun hubungan yang sehat.

Baca juga: Temuan Baru, Ilmuwan Ciptakan Baterai yang Bertahan 5.700 Tahun Sekali Isi

Namun, jika masa kecil kita penuh dengan pengabaian, kekerasan, atau ketidakpastian, maka kita bisa mengembangkan gaya kelekatan yang tidak aman.

Ada tiga jenis kelekatan tidak aman:

- preoccupied: merasa diri tidak layak dicintai dan selalu butuh kepastian dari orang lain;

- dismissive: merasa diri kuat dan mandiri, tapi tidak percaya pada orang lain;

- fearful: ingin dekat dengan orang lain, tapi juga takut disakiti, sehingga sering menarik-ulur hubungan. 

Temuan besar

Dalam sebuah studi besar, para peneliti menganalisis 33 penelitian sebelumnya dengan total lebih dari 10.000 peserta.

Mereka ingin tahu hubungan antara narsisisme dan gaya kelekatan orang dewasa. 

Hasilnya menarik: secara umum, narsisisme memang berhubungan dengan gaya kelekatan yang tidak aman.

Namun, saat diteliti lebih dalam, terlihat perbedaan mencolok antara dua jenis narsisisme tadi.

Narsisisme ‘vulnerable’ ternyata punya hubungan kuat dengan gaya kelekatan ‘preoccupied’ dan ‘fearful’.

Artinya, orang dengan narsisisme jenis ini kemungkinan besar punya pola hubungan yang rumit sejak kecil.

Sebaliknya, narsisisme ‘grandiose’ tidak terlalu terkait dengan gaya kelekatan.

Apakah ini berarti gaya kelekatan yang tidak aman menyebabkan seseorang jadi narsistik?

Belum tentu. 

Penelitian ini hanya menunjukkan hubungan, bukan sebab-akibat.

Untuk membuktikannya, diperlukan penelitian jangka panjang.

Namun demikian, para peneliti menyimpulkan bahwa pengalaman masa kecil yang penuh ketidakpastian, pengabaian, atau kekerasan bisa menjadi faktor risiko berkembangnya narsisisme ‘vulnerable’.

Sifat narsistik bisa jadi cara bertahan hidup secara emosional.

Meskipun gaya kelekatan biasanya terbentuk sejak kecil, bukan berarti tidak bisa berubah.

Terapi yang fokus pada perbaikan hubungan emosional "seperti ‘schema therapy’ atau ‘emotionally focused therapy’" bisa membantu seseorang memahami luka masa lalunya dan membangun hubungan yang lebih sehat.

Namun, mencegah lebih baik daripada mengobati.

Salah satu kunci penting adalah membantu para orang tua dan pengasuh agar bisa membangun hubungan emosional yang aman dengan anak.

Sayangnya, di banyak tempat, angka kekerasan dan pengabaian anak masih tinggi.

Ini menjadi perhatian serius karena trauma masa kecil inilah yang bisa memicu munculnya narsisisme ‘vulnerable’ di kemudian hari.

Seperti yang dikatakan oleh Megan Willis, Associate Professor di Australian Catholic University, “Kita tidak perlu melihat terlalu jauh untuk menyaksikan dampak dari membiarkan masalah ini berlarut-larut.” 

Baca juga: Ditemukan Planet Mirip Bumi, Berpotensi Layak Huni, Begini Penjelasan Ilmuan

Baca juga: Suara Misterius Terdengar dari Titik Paling Terpencil di Bumi, Ini Kata Ilmuan

Baca juga: Dampak Perubahan Iklim, Kasus Penyakit Menular Bisa Melonjak, Begini Penjelasan Para Ilmuan

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Seseorang Jadi Narsistik? Ilmuwan Temukan Petunjuk Penting", 

 

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved