Menurut Joe Herbert, profesor ilmu saraf di University of Cambrigde, Inggris mengirimkan emosi adalah mekanisme bertahan hidup yang penting.
"Ini mengaktifkan tanggapan pada orang lain yang dapat membantu menyelesaikan tidak hanya masalah pribadi tetapi masalah yang lebih umum," katanya.
Contohnya saja, jika seseorang mendeteksi situasi berbahaya dan merespons secara emosional, maka itu merupakan sinyal dan mengingatkan orang lain.
Baca juga: Kecewa pada Abang, Tangis Tamara Bleszynski Pecah
"Jika seseorang panik mereka dalam keadaan stres. Kepanikan dapat menyebar ke seluruh orang seperti ketakutan atau kecemasan terlepas dari apa penyebabnya sebenarnya," terang Herbert.
Namun, pada manusia modern, respons stres sering dipicu oleh stresor psikologis yang membuat hormon stres muncul terlalu lama.
"Ada banyak kerepotan sehari-hari yang akhirnya dianggap sebagai stres dan respons dapat terjadi terlalu sering sehingga dapat merusak tubuh dan otak," ungkap Perrot.
Jadi, jika stres menular adakah cara untuk mencegahnya?
Perrot sendiri menyarankan untuk mencari aktivitas di luar ruangan, melakukan latihan pernapasan, dan berolahraga untuk membantu mengatasi atau setidaknya mengurangi dampak dari stres akibat orang lain.
Sementara itu, Herbert mengungkapkan respons stres bersifat adapatif sehingga belajar mengendalikannya bisa menjadi kunci untuk melindungi diri terpapar dari stres orang lain.
(Kompas.com)
Baca juga: Ternyata Buah Enak Ini Bisa Bikin Stres Tikus Jantan, Bagaimana Bisa?
Baca juga: Lagi, 63 WNI Ilegal Ditangkap di Bintulu Malaysia
Baca juga: Ledakan di Ponggok Blitar, 4 Orang Tewas, 25 Rumah Rusak