“Baguslah,” katanya.
Pengkhianatan yang mematikan Hanssen belajar bahasa Rusia di perguruan tinggi dan mulai bekerja untuk FBI pada tahun 1976.
Dalam satu dekade pertamanya di FBI, dia sudah dua kali berkhianat.
Mulai tahun 1985, Hanssen beroperasi sebagai mata-mata dalam Pemerintah AS, menjual dokumen rahasia ke Uni Soviet dan Rusia, serta mengungkap identitas agen-agen yang menyamar.
Menurut pernyataan tertulis setebal 100 halaman yang menguraikan kejahatannya, spionase Hanssen mengakibatkan penangkapan dan pemenjaraan tiga orang yang menjadi sumber AS dan eksekusi dua orang lainnya.
Dokumen rahasia yang dicuri Hanssen, antara lain, asesmen intelijen AS terhadap upaya Soviet untuk mengumpulkan intelijen tentang program nuklir Amerika.
Hanssen memberikan informasi itu kepada KGB, dan kemudian versi pasca-Sovietnya, SVR.
Sebagai imbalan atas jasanya, Rusia membayar Hanssen 1,4 juta dolar AS (Rp20 miliar)-600.000 dollar AS (Rp8,8 miliar) dalam bentuk uang tunai dan berlian, dan sisanya disimpan di rekening bank.
Robert Hanssen dapat beroperasi begitu lama tanpa terdeteksi karena menggunakan metode spionase kuno.
Andalannya adalah “dead drop”, yaitu meninggalkan bahan-bahan secara fisik untuk ditemukan oleh kontaknya.
Baca juga: FBI Tangkap dan Ungkap Pembocor Dokumen Rahasia AS, Tersangka Cowok 21 Tahun
Dia memilih tempat-tempat tidak mencolok di daerah suburban Virginia di sekeliling Washington untuk menyerahkan data intelijen yang telah dia curi.
Kontaknya di Moskow tidak tahu identitasnya.
Dia menggunakan nama alias “Ramon Garcia”, tidak ada hubungannya dengan Robert Garcia yang berpikir kebetulan itu mungkin membuat Hanssen kesal begitu mereka bertemu.
Kegiatannya berlanjut lama setelah Tembok Berlin runtuh dan Uni Soviet bubar.
Dia masih berusaha berkomunikasi dengan Rusia sampai saat penangkapannya.