Selama beberapa minggu berikutnya, keduanya saling mengenal dengan baik.
Pada satu waktu, O’Neill bahkan menemani keluarga Hanssen pergi ke gereja.
O’Neill menjabarkan targetnya sebagai seorang narsis dengan ego yang besar.
“Dia ingin menjadi mentor. Dia ingin mencurahkan semua yang dia tahu pada orang lain,” katanya.
Selama penyelidikan, Garcia membawa Robert Hanssen (yang dia sebut “gila senjata”) ke lapangan tembak sementara agen-agen menggeledah barang-barang pribadinya, termasuk mobilnya, tempat mereka menemukan beberapa dokumen rahasia.
Pada suatu hari, Garcia mengajak Hanssen ke luar dari kantor ke lapangan tembak sementara O’Neill dengan panik menyalin isi Palm Pilot-nya 'gawai elektronik sebelum ada BlackBerry dan smartphone.
O’Neill bercerita, dia mengganti perangkat itu tepat pada waktunya sebelum Hanssen kembali.
Kalau ini kedengaran seperti adegan dalam film Hollywood, itu karena memang demikian.
Kisah O’Neill diadaptasi menjadi film thriller spionase tahun 2007 berjudul Breach, dibintangi Ryan Phillippe, Chris Cooper, dan Laura Linney.
Ditangkap dan dihukum Pada Februari 2001, ada 300 agen yang bekerja dalam kasus ini, menurut FBI.
Mereka menunggu Hanssen untuk mencoba melakukan ‘dead drop’ lagi dan akhirnya dia melakukannya.
Hanssen ditangkap pada Februari 2001 di Foxstone Park di Virginia dan dijerat dengan dakwaan spionase.
Dia mengaku bersalah atas 15 dakwaan dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat.
Direktur FBI Louis Freeh menyebut pengkhianatan Hanssen sebagai tindakan paling khianat yang bisa dibayangkan terhadap negara yang diatur oleh hukum.
Kasus ini mengacaukan hubungan AS dengan rivalnya di Perang Dingin dan Presiden George W Bush mendepak banyak diplomat Rusia dari Amerika.
Hanssen dikirim ke penjara di Florence, Colorado, tempat dia tinggal selama lebih dari dua dekade sampai kematiannya pekan ini.
Kasus bersejarah ini mengubah kehidupan semua orang yang terlibat.
O’Neill kemudian menulis sebuah buku tentang kasus ini berjudul Gray Day, dan sekarang menjadi “pembicara utama/penangkap mata-mata”, menurut situs webnya.
Dia telah berusaha selama bertahun-tahun, tanpa hasil, untuk mewawancarai Hanssen demi buku itu.
Ketika dia mendengar kabar kematian Hanssen, O’Neill menyesal dia tidak berusaha lebih keras untuk mewawancarainya.
“Saya akan bertanya kepadanya, kenapa kamu melakukannya?” ucapnya.
Garcia punya teori mengapa Hanssen mengkhianati negaranya, yakni ego.
“Dia merasa dia adalah Tuhan, dan dia akan bisa mengendalikan Amerika Serikat dan Rusia,” kata Garcia.
Dia menobatkan Hanssen sebagai mata-mata paling berbahaya dalam sejarah AS.
“Karena kerusakan yang dia sebabkan untuk AS dan Rusia, karena orang-orang yang meninggal akibat informasi yang dia berikan.
Karena dia berhasil melakukannya begitu lama. Sungguh menakjubkan bisa terjadi seperti itu,” ulasnya.
(Kompas. com)
Baca juga: Pemilik 1 Kg Sabu Tewas Tergantung di Sel Polres Asahan
Baca juga: Tujuh Tahanan Kasus Curanmor dan Narkoba Kabur dari Sel Polsek Jatiasih, Lima Sudah Tertangkap
Baca juga: Terima Suap, Hakim Agung Nonaktif Sudrajad Dimyati Divonis 8 Tahun Penjara