Dengan bantuan kamera beresolusi tinggi, mereka mengamati bagaimana air berinteraksi dengan partikel tersebut.
Setelah itu, eksperimen dilanjutkan dengan kopi sungguhan.
Mereka menguji berbagai kecepatan dan ketinggian saat menuang air. Hasilnya?
Teknik menuang secara perlahan dan stabil dari ketinggian tertentu memberikan hasil ekstraksi kopi terbaik.
Cara menuang ideal Berdasarkan eksperimen, menuang air terlalu rendah menghasilkan aliran yang terlalu lambat dan tidak mampu menembus lapisan bubuk kopi dengan baik.
Sebaliknya, menuang dari jarak yang lebih tinggi memberikan cukup energi untuk menciptakan efek “longsoran” 'di mana air tidak hanya menembus lapisan kopi tetapi juga mengaduk dan meratakan bubuk kopi di dasar penyaring.
Baca juga: Kapan Waktu Terbaik untuk Minum Kopi di Pagi Hari, Berikut penjelasannya
“Menambah ketinggian menuang akan mengimbangi lambatnya aliran air.
Artinya kita hanya akan mendapatkan efek longsoran jika ada cukup energi,” jelas Mathijssen.
Efisien dan hemat Keunggulan dari teknik ini adalah efisiensinya.
Tim peneliti memperkirakan bahwa kita bisa menghemat sekitar 10 persen penggunaan bubuk kopi tanpa mengorbankan rasa.
Untuk membuktikannya, mereka mengukur total zat padat terlarut dalam berbagai cangkir kopi yang diseduh dengan metode berbeda. Kita tidak perlu alat canggih.
Cukup gunakan ketel ‘goose-neck’ dan tuang air secara perlahan dan stabil dari ketinggian sekitar 28 cm (11 inci).
Namun, ada satu hal penting: jangan sampai aliran air terpecah menjadi tetesan kecil.
“Jika kita menuang terlalu lambat atau terlalu tinggi, aliran air akan pecah menjadi tetesan-tetesan kecil, dan itu yang harus dihindari,” terang Mathijssen.
Jika aliran air tidak stabil, maka ia tidak bisa mencampur bubuk kopi secara efektif.