Gemar Main Game Bakal Hadapi Risiko Kesehatan Burnout, Apa Itu?

MAIN game semakin disukai untuk rileks, untuk bersosialisasi, dan beralih dari kesibukan sehari-hari. Tapi tidak semua orang bisa berlaga melawan ...

Editor: Muliadi Gani
Shutterstock/Gorodenkoff
Ilustrasi e-sport, pemain game profesional e-sport 

PROHABA.CO - MAIN game semakin disukai untuk rileks, untuk bersosialisasi, dan beralih dari kesibukan sehari-hari.

Tapi tidak semua orang bisa berlaga melawan pemain profesional.

Saat ini, semakin banyak pemain game melihat "video game" sebagai jalan menuju ketenaran, kekayaan, dan untuk memiliki banyak penggemar.

Permainan elektronik ini sudah jadi bisnis miliaran dollar dan menarik minat banyak pemain muda yang bermimpi untuk jadi tenar.

Tapi apa konsekuensinya? Jika kita melihat statistik para pemain profesional, rata-rata sudah pensiun di usia antara 23 dan 25 tahun.

Keletihan berlebihan karena main game Burnout atau keletihan berlebihan yang membebani tenaga, adalah masalah yang semakin besar di antara pemain game profesional.

Awalnya, masalah kesehatan burnout ini jarang dibicarakan para pemain e-sport.

Namun belakangan para pemain profesional mulai membicarakannya dan menuntut perubahan.

Olof Kajbjer Gustafsson, atau lebih dikenal sebagai Olofmeister, terkenal di antara pemain game.

Baca juga: Menghina Umat Islam, Game Fortnite Dikecam Dunia Lantaran Tampilkan Mode Penghancuran Kabah

Pria Swedia itu jadi pemain game profesional sejak berumur 20.

Sekarang ia sudah jadi legenda.

Ia dianggap salah satu pemain terbaik game bernama "Counter Strike: Global Offensive".

2015 ia membantu timnya, yang bernama Team Fnatic untuk jadi juara dunia.

Ia mendapat penghargaaan sebagai pemain paling hebat.

"Seumur hidup saya selalu bermain game.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved