Gemar Main Game Bakal Hadapi Risiko Kesehatan Burnout, Apa Itu?
MAIN game semakin disukai untuk rileks, untuk bersosialisasi, dan beralih dari kesibukan sehari-hari. Tapi tidak semua orang bisa berlaga melawan ...
Itu jadi hasrat terbesar saya tapi juga pelarian," kata Olofmeister.
"Orang bisa menghilang ke dunia lain.
Tidak perlu memikirkan hal lain. Saya benar-benar menikmatinya.
" Namun pada 2016, dia mengalami cedera di bagian pergelangan tangan.
Tekanan hidup dan pertandingan yang meletihkan jadi beban tak tertahankan.
Baca juga: Polisi Borgol Pria yang Sedang Asyik Main Game Higgs Domino
Tuntutan atlet tambah besar Olofmeister mengatakan, tuntutan para pemain game semakin besar.
Pertandingan tambah banyak, tekanannya juga.
“Sebelum ada corona, kami selalu dalam perjalanan ke berbagai tempat lebih dari 200 hari setahun.
“ Hal itu tentu sangat meletihkan jiwa, selain tuntutan meraih prestasi.
2017 akhirnya ia mengambil cuti singkat karena masalah pribadi. Hampir setiap hari ia merasa stres.
"Saya tidak bisa tidur lagi. 24 jam saya hanya memikirkan permainan itu,” kata dia.
Setelah ambil cuti sejenak, dia sembuh dan kembali berlaga.
Tapi Mei 2020, Olofmeister mengejutkan semua penggemarnya lewat sebuah tweet.
Ia mengungkap akan berhenti sebagai pemain profesional. Alasannya: keletihan, beban mental dan hilangnya motivasi.
"Berat rasanya, jika melihat sebuah tim yang berlaga delapan jam sehari, dan lebih jago daripada kita,“kata Olofmister.
Baca juga: Gara-gara Kecanduan Main Game Online, Remaja 16 Tahun Ditangkap Mencuri