Potensi Obat Covid-19 Ternyata Ditemukan pada Obat Cacing Pita

Studi baru yang dipublikasikan secara daring di jurnal ACS Infectious Disease menemukan potensi obat Covid-19 di antara obat cacing pita...

Editor: Muliadi Gani
FOTO: SHUTTERSTOCK
POTENSI obat Covid-19 ditemukan justru pada senyawa obat cacing pita. Senyawa salisinilida No. 11 yang dimodifikasi di laboratorium memiliki sifat antivirus yang bisa menghambat replikasi virus corona SARS-CoV-2 di dalam sel yang terinfeksi. 

PROHABA.CO - Studi baru yang dipublikasikan secara daring di jurnal ACS Infectious Disease menemukan potensi obat Covid-19 di antara obat cacing pita.

Menurut para peneliti dalam jurnal tersebut, sekelompok obat lama yang diresepkan untuk mengobati cacing pita menunjukkan efektivitas dua arah dalam melawan Covid-19 dalam studi laboratorium.

Dilansir dari Medical Xpress, Senin (9/8/2021), senyawa yang merupakan bagian dari molekul salicylanilides atau salisilanilida, dirancang di laboratorium Profesor Kim Janda PhD, Ely R. Callaway, Jr.

Profesor Kimia dan Direktur Worm Institute for Research and Medicine di Scripps Research, La Jolla, California.

“Telah diketahui selama 10 atau 15 tahun bahwa salisilanilida bekerja melawan virus tertentu.

Namun, molekul ini cenderung terbatas pada usus dan dapat memiliki masalah toksisitas,” kata Janda.

Senyawa yang diteliti oleh Janda ini dapat mengatasi kedua masalah tersebut, dalam tes terhadap tikus dan sel, bertindak sebagai senyawa antivirus dan antiinfl amasi seperti obat dengan sifat baik untuk digunakan dalam bentuk pil.

Salisilanilida, senyawa pada obat cacing pita yang memiliki potensi sebagai obat Covid-19 ini, pertama kali ditemukan di Jerman pada tahun 1950-an, dan digunakan untuk mengatasi infeksi cacing pada sapi.

Baca juga: Ditemukan, Alat Tes Covid  Hanya Menggunakan Sampel Air Liur

Versi lain termasuk obat niclosamide yang digunakan pada hewan dan manusia saat ini, untuk mengobati infeksi cacing pita.

Senyawa ini juga telah dipelajari untuk sifat antikanker dan antimikroba.

Senyawa salicylanilide yang dimodifi kasi yang dikembangkan oleh Janda adalah salah satu dari sekitar 60 senyawa yang dia buat pada tahun lalu untuk proyek lain.

Ketika virus SARS-CoV-2 menjadi pandemi di awal tahun 2020, ia pun mengetahui bahwa senyawa salisilanilida ini mungkin memiliki sifat antivirus. Janda kemudian mulai menyaring riset-riset lamanya tentang senyawa tersebut.

Pertama di sel dengan kolaborator dari Sorrento Therapeutics dan The University of Texas Medical Branch.

Selanjutnya, setelah melihat hasil yang menjanjikan, ia pun bekerja sama dengan ahli imunologi Scripps Research John Teijaro PhD yang melakukan penelitian pada hewan pengerat.

Dalam riset tersebut, menunjukkan satu senyawa yang menonjol, yang kemudian dijuluki ‘No. 11’.

Senyawa salisilanilida No. 11 ini, tidak terdapat di kebanyakan obat cacing pita dan disebut memiliki potensi untuk digunakan sebagai obat Covid-19.

WHO, FDA, dan badan otoritas obat di sejumlah negara masih belum izinkan atau rekomendasikan ivermectin sebagai obat Covid-19, karena obat ini bukan obat antivirus.

Baca juga: Suntik Vaksin Kosong ke Anak, Perawat EO Minta Maaf dan Ngaku Menyesal

Senyawa ini berbeda dari kebanyakan komponen utama obat cacing pita komersial, termasuk kemampuan obat ini untuk melewati usus dan diserap ke dalam aliran darah, tanpa toksisitas yang mengkhawatirkan.

“Niclosamide pada dasarnya membatasi jalur pencernaan, dan itu masuk akal, karena di situlah parasit berada,” kata Janda.

Untuk penjelasan ini, lanjut Janda, penggunaan kembali obat sederhana untuk pengobatan Covid-19 akan berlawanan dengan intuisi.

Sebab, menurutnya, Anda menginginkan sesuatu yang tersedia secara hayati, tetapi tidak memiliki toksisitas sistemik yang dimiliki niklosamida.

Janda mengungkapkan bahwa sekitar 80 persen salicylanilide 11 masuk ke aliran darah, dibandingkan dengan sekitar 10 persen obat antiparasit niclosamide, yang baru-baru ini memasuki uji klinis sebagai pengobatan Covid-19.

Dalam eksperimen yang dilakukannya, menunjukkan bahwa dari banyak jenis salisilanilida yang dimodifi kasi yang dia buat di laboratorium, No. 11 dapat memengaruhi infeksi yang disebabkan oleh virus corona penyebab pandemi Covid-19, dalam dua cara.

Senyawa salisilanilida No. 11 ini, pertama dapat mengganggu virus saat menyimpan materi genetiknya ke dalam sel yang diinfeksi, sebuah proses yang disebut endositosis.

Baca juga: Setelah Varian Delta, Beta dan Alpha, WHO Akan Gunakan Rasi Bintang Untuk Namai Varian Covid-19

Proses endositosis membutuhkan virus untuk membentuk paket berbasis lipid di sekitar gen virus.

Paket akan memasuki sel yang terinfeksi dan larut, sehingga mesin pembuat protein sel yang terinfeksi dapat membacanya dan menghasilkan salinan virus baru.

Senyawa salicylanilide No. 11 ini akan muncul untuk mencegah pembauran paket tersebut, sehingga virus tidak bisa bereplikasi.

“Mekanisme antivirus senyawa adalah kuncinya.

Ini akan menghalangi materi virus keluar dari endosom, dan itu hanya akan terdegradasi.

Proses ini tidak memungkinkan partikel virus baru dibuat dengan mudah,” jelas Janda.

Senyawa salisilanilida pada obat cacing pita yang telah dimodifi kasi untuk obat Covid-19 ini bekerja di dalam sel daripada pada protein spike virus.

“Mekanisme (salisilanilida No.11) ini tidak bergantung pada protein spike virus, jadi varian baru yang muncul (varian Delta dan Lambda) ini tidak akan membuat kita kehilangan molekul baru seperti halnya vaksin atau antibodi,” kata Janda.

Baca juga: Corona Varian Lambda Lebih Menular dan Kebal Vaksin Covid

Selain itu, salisilanilida No. 11, kata Janda, dapat membantu meredakan peradangan yang berpotensi beracun pada hewan penelitian, yang mungkin penting untuk mengobati gangguan pernapasan akut yang terkait dengan infeksi Covid-19 yang mengancam jiwa.

Senaywa ini dapat mengurangi kadar interleukin 6, penyebab badai sitokin, yakni protein pensinyalan yang merupakan kontributor utama peradangan yang biasanya ditemukan pada stadium lanjut Covid-19, atau orang dengan Covid-19 yang parah.

Saat ini, obat yang lebih baik untuk melawan Covid-19 sangat dibutuhkan, karena varian baru virus corona yang sangat menular mendorong lonjakan baru penyakit dan kematian secara global.

Akan tetapi, Janda mengatakan bahwa salicylanilide No. 11 telah dibuat jauh sebelum pandemi.

Setelah melawan infeksi bakteri yang tidak menyenangkan yang disebut Clostridioides diffi cile sekitar 10 tahun lalu, dia melihat kebutuhan yang jelas untuk pilihan pengobatan yang lebih baik. (kompas.com)

Baca juga: Huni Sel Bersamaan, Sebanyak 9.000 Napi Positif Covid-19

Baca juga: Akan Muncul Varian Virus Corona yang Bisa Kalahkan Vaksin Saat Ini

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved