Internasional

Kudeta Sudan, 7 Tewas dan 140 Orang Terluka

Setidaknya 7 orang tewas dan 140 orang terluka setelah militer menembaki massa yang berunjuk rasa menentang kudeta Sudan. Para pengunjuk rasa ...

Editor: Muliadi Gani
AFP
Para demonstran mengibarkan bendera nasional saat berkumpul di 60th Street di ibu kota Khartoum, untuk mengecam kudeta militer pada Senin (25/10/2021). 

PROHABA.CO, KHARTOUM - Setidaknya 7 orang tewas dan 140 orang terluka setelah militer menembaki massa yang berunjuk rasa menentang kudeta Sudan.

Para pengunjuk rasa turun ke jalan setelah militer membubarkan pemerintahan sipil, menangkap para pemimpin politik dan menyerukan keadaan darurat pada Senin (25/10).

Pasukan militer dilaporkan pergi dari rumah ke rumah di ibu kota Khartoum untuk menangkap para provokator lokal yang menggerakkan unjuk rasa.

Saat ini negara-negara di dunia telah memprotes aksi militer untuk kudeta Sudan.

Menurut laporan BBC pada Selasa (26/10), AS menahan dana bantuan sebesar 700 juta dollar AS (Rp ) sebagai bentuk protes kudeta Sudan.

Pemimpin kudeta Sudan, Gen Abdel Fattah Burhan, membenarkan tindakan militer dengan menyalahkan konflik politik pemerintahan sipil yang dinggap sudah merugikan negara.

Para pemimpin sipil dan pihak militer telah berselisih sejak penguasa lama Omar al-Bashir digulingkan pada 2 tahun lalu.

Saat malam tiba pada Senin (25/10), sejumlah besar pengunjuk rasa berada di jalan-jalan Khartoum dan kota-kota lain, menuntut kembalinya pemerintahan sipil, kata reporter BBC Arab Mohamed Osman melaporkan dari ibu kota.

Salah satu demonstran yang terluka mengatakan kepada BBC bahwa kakinya tertembak oleh tentara di luar markas besar militer.

Baca juga: Terbukti Membunuh Demonstran pada 2019, Pengadilan Sudan Hukum Mati Seorang Perwira

Demonstran lainnya mengatakan bahwa militer menembakkan granat kejut, kemudian menghujani massa dengan peluru tajam.

"Dua orang meninggal, saya melihat mereka dengan mata kepala sendiri," kata Al-Tayeb Mohamed Ahmed, salah satu pengunjuk rasa.

Serikat dokter Sudan dan kementerian informasi juga menulis di Facebook bahwa penembakan fatal terjadi di luar kompleks militer.

Sejumlah gambar beredar menunjukkan keadaan rumah sakit di ibu kota Khartoum Sudan yang menunjukkan orang-orang terluka dan pakaiannya berlumuran darah.

Sejauh ini BBC melaporkan bahwa aksi protes belum akan mereda, meski sudah banyak korban dari aksi kekerasan karena bentrokan antara pihak sipil dan militer Sudan.

Kudeta Sudan telah memicu pengunjuk rasa memblokir jalan dengan tumpukan batu bata dan membakar ban.
Banyak wanita juga ambil bagian dalam unjuk rasa dan meneriakkan "tolak aturan militer".

Bandara kota ditutup dan penerbangan internasional ditangguhkan.

Internet dan sebagian besar saluran telepon juga mati.

Staf Bank Sentral Sudan dilaporkan melakukan pemogokan kerja, dan para dokter di seluruh negeri menolak bekerja di rumah sakit yang dikelola militer, kecuali dalam keadaan darurat.

Jenderal tertinggi Abdel Fattah Al-Burhan mengumumkan keadaan darurat dan membubarkan pemerintahan transisi demokrasi negara itu.

Ia juga mengumumkan pembentukan pemerintahan baru setelah tentara menahan para pemimpin sipil pada Senin (25/10).

Baca juga: Liput Unjuk Rasa Perempuan, Taliban Tahan dan Aniaya Dua Jurnalis Afghanistan

Pengumuman Jenderal Burhan dalam pidato yang disiarkan televisi muncul setelah militer menahan tokoh-tokoh pemerintah, yang memimpin transisi menuju demokrasi sejak penggulingan presiden otokratis Omar Al Bashir pada April 2019.

"Untuk memperbaiki arah revolusi, kami memutuskan untuk menyatakan keadaan darurat nasional ... membubarkan dewan kedaulatan transisi, dan membubarkan kabinet," kata Burhan.

Pernyataannya muncul saat bentrokan meletus di ibu kota Khartoum.

Tentara menembakkan peluru tajam ke arah orang-orang yang turun ke jalan untuk memprotes kudeta Sudan.

Kerusuhan sebagian besar berpusat di luar markas tentara di ibu kota, beberapa jam setelah tentara menahan Perdana Menteri Abdalla Hamdok, para menteri dalam kabinetnya, dan anggota sipil dewan penguasa Sudan, kata Kementerian Informasi yang dikutip AFP.

Mereka dibawa pergi setelah menolak mendukung kudeta, katanya di Facebook.

Layanan internet terputus di seluruh Sudan sekitar fajar, dan jalan-jalan utama serta jembatan ke Khartoum ditutup, lalu tentara menyerbu markas besar lembaga penyiaran negara di kota kembar ibu kota Omdurman, kata kementerian itu.

Orang-orang turun ke jalan tak lama setelahnya, membakar ban dan menumpuk deretan batu bata di seberang jalan untuk memblokir mereka sebagai protes terhadap langkah militer, seorang koresponden AFP melaporkan.

"Pasukan militer menembakkan peluru tajam ke pengunjuk rasa yang menolak kudeta militer di luar markas tentara," lanjut kementerian informasi.

Sekitar belasan orang sejauh ini terluka dalam bentrokan itu, menurut Komite Sentral Dokter Sudan, serikat medis independen.(kompas.com)

Baca juga: Wali Kota Wanita Pertama Afghanistan Menunggu Taliban untuk Membunuhnya

Baca juga: Pakistan Beri Dukungan Udara Kepada Taliban di Panjshir

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved