Berita Aceh Utara

Transaksi Tanpa Uang Warga Pegunungan dengan Pesisir, Cerita Mahasantri Aceh Utara dari NTT

Masyarakat di pedalaman NTT tersebut masih transaksi barter (tukar-menukar barang tanpa menggunakan uang) di pasar

Editor: Jafaruddin
For Prohaba.co
Hafiz Almansuri mahasantri Ma’had Aly Dayah Babussalam Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara mengikuti kegiatan pengabdian di NTT dari 27 Juni sampai 6 Juli 2022. 

Warga yang tinggal di kawasan pegunungan membawa turun sayur dan rempah-rempah ke pasar.

Di antaranya, cengkeh, lengkuas, kunyit, ubi, jahe, sirih, buah pisang, jeruk nipis dan sayur.

Kemudian rempah-rempah dan sayur tersebut ditukar dengan ikan yang dibawa masyarakat pesisir.

“Kalau sayur sama beras ditukar dengan ikan, itu sudah pasti ada tiap hari,” ujar Hafiz.

Kemudian jenis sayur dan rempah-rempah yang dibawa turun ke pasar juga berbeda sesuai dengan musimnya.

“Mereka sudah memiliki cara hitungnya sendiri, pasti sudah saling mengetahui” ungkap Hafiz.

Baca juga: Cuma Modal Jepit Rambut, Wanita AS Barter Online sampai Dapat Rumah

Misalnya satu ikat ikan ditukar dengan beras atau ikan dibarter dengan rempah lainnya.

Mereka sudah memahami takaran jumlah ikan dan beras.

“Masyarakat di tempat kami tinggal penghasilannya hanya ikan dari hasil melaut,” kata Mahasantri Aceh Utara.

Jadi untuk mendapat kebutuhan lain seperti sayur dan rempah-rempah, mereka menyiapkan ikan dari hasil melaut.

“Jadi masyarakat di pegunungan dengan pesisir setiap hari saling berinteraksi, karena saling membutuhkan,” ungkap Hafiz.

Gambaran lainnya kondisi Desa Waloka, kata Hafiz, kondisi alam yang indah belum dibarengi dengan sarana dan prasarana transportasi yang memadai.

Begitu juga dengan komunikasi, masyarakat masih kesulitan untuk dapat untuk berkomunikasi dengan ponsel.

Baca juga: Persiapan Karier Mahasiswa Perlu Dilakukan Sejak Dini

“Masyarakat lebih memilih menggunakan perahu untuk transportasi, dibandingkan jalan darat,” katanya.

Karena kondisi jalan yang sangat sulit dilintasi dengan kendaraan.

Kemudian belum adanya listrik yang merata.

Sehingga masyarakat di kawasan itu masih menggunakan genset untuk penerangan malam hari dan kebutuhan sehari-hari.

Bukan hanya di rumah saja, lembaga pendidikan seperti sekolah juga menggunakan genset.(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved