Luar Negeri

WHO: Lonjakan Infeksi Virus Covid di Cina Bisa Picu Kembali Darurat Global

Terlalu dini untuk mengumumkan akhir global dari darurat pandemi Covid-19 karena potensi gelombang dahsyat yang akan datang dari Cina ...

Editor: Muliadi Gani
AP PHOTO/NG HAN GUAN
Pekerja berbaris untuk tes COVID di luar gedung kantor pada Senin, 14 Maret 2022, di Beijing. 

PROHABA.CO, BEIJING - Di tengah kekhawatiran akan infeksi virus yang merajalela, kota-kota di Cina pada Selasa (20/12) melanjutkan rencana untuk memperluas kapasitas tempat tidur di rumah sakit dan membangun klinik-klinik baru.

Kota-kota termasuk Beijing, Shanghai, Chengdu, dan Wenzhou bahkan telah melaporkan penambahan ratusan klinik pemeriksaan demam dalam seminggu terakhir, yang beberapa di antaranya diubah dari fasilitas olahraga.

Cina baru-baru ini telah memutuskan beralih dari penguncian dan pengujian massal, setelah protes terhadap kebijakan nol-COVID yang ketat, meluas di negara itu.

Beberapa pemerintah daerah bahkan telah mendorong warga dengan infeksi virus corona ringan untuk pergi bekerja.

Terlalu dini untuk mengumumkan akhir global dari darurat pandemi Covid-19 karena potensi gelombang dahsyat yang akan datang dari Cina.

Hal ini disampaikan beberapa ilmuwan terkemuka dan penasihat WHO.

Dilansir dari Guardian, pandangan mereka mewakili perubahan sejak Cina mulai membongkar kebijakan nol-Covid minggu lalu setelah lonjakan infeksi dan protes publik yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca juga: Infeksi Covid-19 di Cina Melonjak, Sekolah Kembali ke Kelas Daring

Baca juga: Wartawan di Ancam, Kini Korban di Panggil Ke Polda

Proyeksi menunjukkan negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia itu dapat menghadapi lebih dari satu juta kematianpada tahun 2023 setelah perubahan arah yang tiba-tiba.

Pendekatan nol-Covid Cina membuat infeksi dan kematian relatif rendah di antara populasi 1,4 miliar, tetapi pelonggaran aturan telah mengubah gambaran global, kata para ahli.

“Pertanyaannya adalah apakah Anda dapat menyebutnya pascapandemi ketika bagian dunia yang begitu signifikan sebenarnya baru saja memasuki gelombang kedua?” kata ahli virologi Belanda Marion Koopmans, yang duduk di komite WHO.

Dia bertugas memberi nasihat tentang status keadaan darurat.

“Jelas bahwa kita berada dalam fase pandemi yang sangat berbeda, tetapi dalam pikiran saya, gelombang yang tertunda di Cina adalah kartu liar pandemi,” tambahnya.

Baru-baru ini pada bulan September, Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan pandemi akhirnya sudah di depan mata.

Pekan lalu, dia mengatakan kepada wartawan di Jenewa bahwa dia berharap akan berakhirnya keadaan darurat pada tahun 2023.

Baca juga: Kasus Covid-19 Naik, Menkes Ingatkan Pakai Masker dan Vaksinasi Booster

Baca juga: Nelayan Tua di Sabang Lecehkan Gadis Disabilitas, Korban Trauma Psikis

Sebagian besar negara menghapus pembatasan Covid karena ancaman varian baru virus yang berbahaya atau kebangkitan infeksi berkurang pada paruh kedua tahun 2022.

Komentar Tedros sebelumnya memicu harapan bahwa badan PBB tersebut dapat segera menghapus penetapan tingkat kewaspadaan tertinggi untuk Covid, yang telah berlaku sejak Januari 2020.

Koopmans dan anggota Komite Penasihat WHO lainnya akan membuat rekomendasi mereka pada tingkat kewaspadaan pada akhir Januari.

Tedros membuat keputusan akhir dan tidak wajib mengikuti rekomendasi komite.

Pada hari Selasa (20/12/2022), kota-kota di seluruh Cina bergegas untuk memasang tempat tidur rumah sakit dan membangun klinik pemeriksaan demam.

Pihak berwenang melaporkan lima kematian lagi dan kekhawatiran internasional tumbuh tentang keputusan mengejutkan Beijing untuk membiarkan virus itu bebas.

Selain risiko bagi Cina, beberapa tokoh kesehatan global telah memperingatkan bahwa membiarkan virus menyebar di dalam negeri juga dapat memberikan peluang untuk bermutasi, yang berpotensi menciptakan varian baru yang berbahaya.

Saat ini, data dari Cina yang dibagikan dengan WHO dan database virus GISAID menunjukkan varian yang beredar di sana adalah Omicron yang dominan secara global dan turunannya, meskipun gambarannya tidak lengkap karena kurangnya data yang lengkap.

(Kompas.com)

Baca juga: India dan Cina Berikan Vaksin Covid-19 Tanpa Suntikan

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi China Melambat, Imbas dari Kebijakan Covid yang Menyeret Penjualan dan Industri

Baca juga: Infeksi Covid-19 di Cina Melonjak, Sekolah Kembali ke Kelas Daring

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved