Luar Negeri

Covid-19 di Cina, 5.000 Orang Tewas Setiap Hari, Rumah Sakit Mulai Penuh

Covid-19 di Cina memprihatinkan setelah muncul perkiraan yang menyebutkan lebih dari 5.000 orang kemungkinan meninggal setiap harinya ...

Editor: Muliadi Gani
FOTO: AP
Petugas medis berbaju pelindung saling mengobrol saat warga menunggu masuk ke klinik demam sebuah rumah sakit di Beijing, Selasa, 13 Desember 2022. 

PROHABA.CO, BEIJING – Covid-19 di Cina memprihatinkan setelah muncul perkiraan yang menyebutkan lebih dari 5.000 orang kemungkinan meninggal setiap harinya.

Perkiraan tersebut disampaikan perusahaan data kesehatan yang berbasis di Inggris Airfinity, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (22/12/2022).

Perkiraan yang diungkapkan Airfinity itu sangat berbeda dengan data resmi yang dirilis oleh Pemerintah Cina dalam wabah Covid-19 terbaru saat ini.

Airfinity menggunakan pemodelan berdasarkan data regional Cina.

Hasilnya adalah perkiraan kematian yang melampaui 5.000 jiwa dalam sehari akibat Covid-19.

Perusahaan tersebut juga memperkirakan bahwa kasus Covid-19 di Cina di atas 1 juta kasus.

Perkiraan Airfinity sangat kontras dengan data resmi Pemerintah Cina yang melaporkan 1.800 kasus Covid-19 dan hanya tujuh kematian selama seminggu terakhir.

Komisi Kesehatan Nasional Cina (NHC) tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters mengenai perkiraan Airfinity.

Pada Kamis, Pemerintah Cina menyampaikan ada 2.966 kasus bergejala baru dan tidak melaporkan adanya kematian terbaru akibat Covid-19.

Baca juga: WHO: Lonjakan Infeksi Virus Covid di Cina Bisa Picu Kembali Darurat Global

Baca juga: Seorang Buruh Sayat Leher Anak Majikan demi Ponsel

Pada Rabu (21/12/2022), seorang pejabat senior Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa Cina kemungkinan kesulitan mempertahankan penghitungan infeksi Covid-19 karena mengalami lonjakan kasus yang besar.

Lonjakan Covid-19 di Cina terjadi setelah pemerintah mencabut aturan ketat “nol Covid” beberapa waktu lalu.

Cina menghentikan pengetesan massal dan tidak lagi melaporkan kasus tanpa gejala.

Pencabutan aturan nol Covid yang ketat tak lepas dari demonstrasi berskala besar yang menuntut pelonggaran.

Kini, dunia khawatir situasi Covid-19 di Cina meluas di antara populasi yang rentan dan kurang divaksinasi

Airfinity mengatakan, analisis risiko kematian yang dilakukannya memperkirakan antara 1,3 hingga 2,1 juta orang bisa meninggal dalam wabah Covid-19 di Cina saat ini.

Airfinity memperkirakan, gelombang Covid-19 di Cina dapat mencapai dua puncak awal tahun depan.

Puncak pertama terjadi pada pertengahan Januari di wilayah episentrum saat ini.

Sedangkan puncak kedua diprediksi terjadi pada Maret di provinsi-provinsi lain.

Kasus-kasus Covid-19 di Cina saat ini meningkat paling cepat di Beijing dan provinsi selatan Guangdong, kata Airfinity.

Baca juga: Infeksi Covid-19 di Cina Melonjak, Sekolah Kembali ke Kelas Daring

Baca juga: 155 Gen Baru Ditemukan, Tanda Manusia Masih Berevolusi

RS mulai penuh

Sementara itu, banyak rumah sakit (RS) di Cina penuh di tengah kekhawatiran tentang gelombang baru Covid-19 yang melanda negara itu, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Kepala Kedaruratan WHO Michael Ryan mengatakan, unit perawatan intensif (ICU) sibuk meskipun pejabat pemerintah mengatakan angka kasus relatif rendah.

Data Cina menunjukkan tidak ada yang meninggal karena Covid pada Rabu (21/12/2022), tetapi ada keraguan tentang dampak sebenarnya dari penyakit tersebut.

Dalam beberapa hari terakhir banyak rumah sakit di Beijing dan kota-kota lain mulai penuh seiring gelombang Covid terbaru melanda Cina.

Sejak 2020, Cina memberlakukan pembatasan kesehatan yang ketat sebagai bagian dari kebijakan nol Covid.

Namun, pemerintah mengakhiri sebagian besar tindakan tersebut dua pekan lalu setelah muncul aksi protes yang tidak pernah terjadi sebelumnya terhadap kontrol ketat terkait pandemi.

Sejak itu angka kasus melonjak, menimbulkan kekhawatiran akan tingginya angka kematian di kalangan orang tua yang sangat rentan.

Meski ada peningkatan kasus, data resmi menunjukkan hanya ada lima orang yang meninggal akibat Covid pada Selasa (20/12/2022) dan dua orang pada Senin (19/12/2022).

Hal ini telah menyebabkan Kepala Kedaruratan WHO, Ryan mendesak Cina untuk memberikan lebih banyak informasi tentang penyebaran virus terbaru.

Dia berkata, "di China, yang dilaporkan adalah jumlah kasus relatif rendah di ICU, tetapi secara anekdot ICU sedang penuh."

Baca juga: Hepatitis Akut Misterius Apakah Berpotensi Jadi Pandemi Berikutnya?

Baca juga: Kasus Covid-19 Naik, Menkes Ingatkan Pakai Masker dan Vaksinasi Booster

"Kami sudah mengatakan ini berminggu-minggu bahwa virus yang sangat menular ini akan sangat sulit untuk dihentikan sepenuhnya, hanya dengan langkah-langkah kesehatan masyarakat dan sosial," sambung Ryan.

Berbicara selama konferensi pers mingguan di Jenewa, Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, dia sangat prihatin dengan situasi yang berkembang di Cina saat ini.

Dia meminta data spesifik tentang tingkat keparahan penyakit, penerimaan rumah sakit, dan persyaratan perawatan intensif.

Ryan menambahkan bahwa vaksinasi adalah strategi keluar untuk wabah virus corona.

Cina telah mengembangkan dan memproduksi vaksinnya sendiri yang terbukti kurang efektif dalam melindungi orang-orang dari penyakit Covid yang serius dan kematian, dibandingkan vaksin mRNA yang digunakan di sebagian besar negara di dunia.

Komentar Ryan muncul seiring Pemerintah Jerman mengumumkan pada hari Rabu bahwa mereka telah mengirimkan gelombang pertama vaksin BioNTech Covid-19 ke Cina.

Vaksin Jerman awalnya akan diberikan kepada para ekspatriat di Cina yang jumlahnya diperkirakan sekitar 20.000 orang.

Ini adalah vaksin Covid-19 asing pertama yang dikirim ke Cina, meskipun tidak ada detail yang dirilis tentang waktu atau ukuran pengiriman.

Bulan lalu saat berkunjung ke Beijing, Kanselir Jerman Olaf Scholz mendesak agar vaksin tersebut juga tersedia secara cuma-cuma untuk warga Cina.

(Kompas.com)

Baca juga: India dan Cina Berikan Vaksin Covid-19 Tanpa Suntikan

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak Lagi, Ikan dan Kepiting pun Wajib PCR

Baca juga: Batik Air Resmi Layani Penerbangan Banda Aceh-Penang, Ini yang Dilakukan Disbudpar Aceh

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved