konflik Palestina vs Israel

DK PBB Keluarkan Resolusi untuk Jeda Kemanusiaan Mendesak di Gaza, Rumah Sakit Terbesar Diserang

Resolusi yang diajukan Malta itu juga meminta koridor di seluruh Jalur Gaza selama beberapa hari untuk melindungi warga sipil terutama anak-anak.

Editor: Muliadi Gani
Bashar TALEB /AFP
Orang-orang yang terluka menerima perawatan medis di bangsal darurat rumah sakit Al-Shifa menyusul serangan Israel, di Kota Gaza pada 5 November 2023. Ribuan warga sipil, baik warga Palestina maupun Israel, tewas sejak 7 Oktober 2023, setelah militan Hamas Palestina yang berbasis di Jalur Gaza memasuki Israel selatan dalam serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang memicu perang yang diumumkan oleh Israel terhadap Hamas dengan pemboman balasan di Gaza. 

PROHABA.CP, GAZA - Dewan Keamanan PBB pada Rabu (15/11/2023) mengeluarkan resolusi yang meminta jeda dan koridor kemanusiaan mendesak di seluruh Jalur Gaza, lokasi perang Hamas vs Israel terbaru.

Resolusi yang diajukan Malta itu juga meminta koridor di seluruh Jalur Gaza selama beberapa hari untuk melindungi warga sipil terutama anak-anak.

Resolusi tersebut yang diperkenalkan oleh Malta pada hari Rabu, juga menyerukan “koridor di seluruh Jalur Gaza selama beberapa hari” untuk melindungi warga sipil, terutama anak-anak, kata Duta Besar Malta,Vanessa Frazier, dikutip dari Reuters.

DK PBB turut meminta pembebasan tanpa syarat terhadap tawanan yang ditahan di Gaza.

Keputusan ini diadopsi dengan 12 suara mendukung, nol menentang, dan tiga abstain yaoitu Rusia, Amerika Serikat (AS), dan Inggris.

“Ini adalah hukum internasional yang mengikat, tetapi kita tahu ada banyak resolusi Dewan Keamanan yang mengikat hukum internasional, tetapi tidak dipatuhi oleh Israel,” kata editor diplomatik Al Jazeera, James Bays.

“Namun, saya pikir ini akan menambah tekanan terhadap Israel, terutama karena AS membiarkan resolusi ini dilaksanakan.

Israel bisa saja menggunakan hak vetonya,” katanya.

“Dari empat resolusi sebelumnya yang gagal, mungkin yang terdekat untuk disetujui adalah resolusi pada 18 Oktober, saat itulah semua negara memilih atau abstain, dan satu-satunya negara yang memberikan suara menentang adalah AS, mereka menggunakan hak vetonya,” imbuh Bays.

Baca juga: Pringatan Rumah Sakit Al-Aqsa Gaza, Banyak Bayi dan Pasien Bisa Berakhir di Kuburan Massal

Resolusi DK PBB ini tidak menyebutkan gencatan senjata, tidak mengacu ke serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 yang menewaskan sekitar 1.200 korban dan sekitar 240 orang ditawan.

Adapun menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, serangan balasan Israel merenggut lebih dari 11.000 nyawa di Gaza, dua pertiganya adalah perempuan dan anak-anak.

Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan langsung menyebut resolusi ini tidak ada artinya dan tidak sesuai kenyataan.

Dia menegaskan bahwa Israel bertindak sesuai hukum internasional di Gaza, tetapi klaim tersebut ditolak beberapa ahli.

Selama dua minggu pada Oktober 2023, empat resolusi sebelumnya gagal di Dewan Keamanan PBB.

Resolusi yang diajukan Rusia dua kali gagal mendapatkan suara minimal, kemudian satu resolusi rancangan Brasil diveto AS, lalu Rusia dan Cina memveto resolusi “Negeri Paman Sam”.

AS, Rusia, Cina, Prancis, dan Inggris memegang hak veto sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB.

RS terbesar Gaza diserang

Sementara itu, tiga jam sebelum fajar, para saksi dan dokter di dalam rumah sakit terbesar di Gaza melaporkan bahwa tanktank Israel telah memasuki kompleks medis yang luas di tepi barat Kota Gaza, Rabu (15/11/2023).

“Kami dapat melihat mereka mengarahkan senjata tank ke arah rumah sakit … mereka berada di dalam kompleks bersama tank tersebut,” Khader Al Za’anoun, reporter kantor berita Palestina Wafa, mengatakan kepada CNN.

Munir al-Boursh, seorang dokter di rumah sakit Dar al-Shifa dan Wakil Menteri Kesehatan Palestina, sebelumnya telah mengimbau agar pasukan Israel melakukan pendekatan dengan hati-hati.

Baca juga: Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau Desak Israel Untuk Mengakhiri Genosida Bayi di Gaza

Baca juga: Pemboman Tanpa Henti di Gaza, Dua Rumah Sakit Terbesar di Gaza Terpaksa Berhenti Beroperasi

“Berada di dalam rumah sakit akan menciptakan ketakutan dan histeria di antara pasien di sini,” katanya kepada Pasukan Pertahanan Israel melalui panggilan telepon yang diperoleh Al Jazeera.

“Semua lantai rumah sakit penuh dengan orang dari lantai satu hingga enam.”

Laporan Guardian menyebut, selama lima hari, militer Israel semakin mendekati rumah sakit tersebut, di mana ratusan pasien, termasuk bayi yang baru lahir, tidak mendapatkan aliran listrik dan makanan yang sedikit ketika pertempuran berkecamuk di sekitar mereka.

Saksi mata mengatakan kepada Reuters bahwa tank memasuki kompleks pada pukul 3 pagi dan salah satunya diparkir di depan unit gawat darurat.

Mohammed Zaqout, direktur rumah sakit di wilayah tersebut, mengatakan tentara Israel memasuki unit gawat darurat dan gedung operasi, yang juga berisi unit perawatan intensif.

Seorang pejabat di kementerian kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan kepada AFP bahwa dia melihat lusinan tentara dan pasukan komando di dalam gedung darurat dan resepsi.

Saksi mata yang berbicara kepada BBC dan AFP mengatakan tentara Israel menggunakan pengeras suara untuk meminta semua pria berusia antara 16 dan 40 tahun meninggalkan setiap bagian kompleks rumah sakit selain bagian bedah dan darurat dan memasuki halaman rumah sakit.

“Semua pria berusia 16 tahun ke atas, angkat tangan,” teriak seorang tentara dengan aksen Arab, menurut seorang jurnalis yang berbicara kepada AFP.

“Keluar dari gedung menuju halaman dan menyerah,” perintah prajurit itu. Sekitar 1.000 pria Palestina, dengan tangan di atas kepala, segera dibawa ke halaman rumah sakit yang luas, beberapa dari mereka ditelanjangi oleh tentara Israel yang memeriksa senjata atau bahan peledak, kata jurnalis tersebut.

Israel mengatakan pasukannya telah membunuh militan dalam bentrokan di luar, tetapi setelah masuk tidak terjadi pertempuran.

Tentara Israel merilis video yang menunjukkan tentara membawa kotak berlabel “makanan bayi” dan “perbekalan medis”.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, Ashraf al-Qudra, mengatakan kepada Al Jazeera Arab bahwa hanya dokter, pasien, dan pengungsi yang hadir ketika pasukan Israel memasuki unit gawat darurat rumah sakit.

“Kami tidak perlu takut atau menyembunyikan apa pun,” katanya.

Omar Zaqout, yang bekerja di ruang gawat darurat di al-Shifa, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa tentara Israel telah menahan dan menyerang beberapa pria yang mengungsi di sana.

“Mereka tidak membawa bantuan atau perbekalan apa pun, mereka hanya membawa teror dan kematian,” ujarnya.

(Kompas. com)

Baca juga: Ribuan Karyawan USAID Telah Menandatangani Surat Gencatan Senjata di Gaza

Baca juga: Menteri AS, Blinken Desak Israel Hentikan Kekerasan di Tepi Barat

Baca juga: Sejumlah Organisasi Lakukan Aksi Galang Dana untuk Rakyat Palestina

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "DK PBB Keluarkan Resolusi untuk Jeda dan Koridor Kemanusiaan Mendesak di Gaza", 

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved