Berita Banda Aceh
Hampir 100 Kg Tembaga di ‘Tugu Pena’ Dijarah Maling, Lokasinya di Simpang Mesra
Sekitar 100 kilogram (kg) lempeng tembaga yang berada di bagian “leher” Tugu Pena di Simpang Mesra, Kota Banda Aceh, ludes dicuri.
Laporan Yarmen Dinamika | Banda Aceh
PROHABA.CO, BANDA ACEH – Sekitar 100 kilogram (kg) lempeng tembaga yang berada di bagian “leher” Tugu Pena di Simpang Mesra, Kota Banda Aceh, ludes dicuri.
Pemerintah Kota dan warga Banda Aceh sepertinya tak ada yang menyadari kapan maling tembaga itu beraksi dan berapa lama waktu mereka habiskan untuk “mengutil” sampai habis seluruh tembaga yang beratnya sekitar 100 kg itu.
Selama ini, bagian atas Tugu Tentara Pelajar Aceh yang populer dengan julu-kan “Tugu Pena” itu terdiri atas pena yang menghadap ke langit, terbuat dari stainless stell aau baja tahan karat.
Di bawahnya terdapat batang pena yang terbuat dari beton.
Di leher batang pena itulah selama ini terdapat lempengan tembaga dalam formasi melingkar membentuk ornamen kobaran api atau api yang menyala-nyala.
Ornamen ini menjadi simbol dari semangat juang para pelajar Aceh yang mara (maju berjuang) ke Medan Area untuk mengadang Belanda di Sumatera Utara supaya jangan sampai lagi masuk ke Aceh pada agresi I tahun 1947.
Akan tetapi, ornamen api menyala yang terbuat dari lempengan tembaga itu kini ludes dijarah maling.
Hanya tersisa rangka besinya saja dalam formasi melingkar sesuai dengan bentuk tugu.
Baca juga: Polres Sabang Tangkap 5 Pencuri Kabel, Beraksi Tak Berjejak
Sosok yang menyadari bahwa seluruh lempengan baja itu sudah lenyap dari tempat dudukannya adalah Dr Ir Kamal Arif MEng yang baru-baru ini berkunjung ek Banda Aceh dari Bandung, Jawa Barat, tempat domisilinya.
Putra Abdullah Arif (wartawan dan sastrawan Aceh di awal kemerdekaan) itu adalah arsitek yang merancang Tugu Pena tersebut sebelum tsunami melanda Aceh tahun 2004.
Kamal mendapat order untuk mendesain Tugu Pena itu dari H Amran Zamzami SE, Ketua Yayasan Tentara Pelajar Aceh, dan tugu itu pun resminya dinamakan Tugu Tentara Pelajar Aceh (TPA).
Hilangnya lempengan tembaga berkualitas super itu membuat Kamal Arif sangat sedih sekaigus heran.
“Sangat memprihatinkan.
Tugu itu kini kehilangan spirit, tak ada lagi ornamen kobaran apinya.
Tapi, kok bisa ya, maling beraksi di tengah kota, di bundaran yang selalu ramai, tanpa ada yang mengetahuinya,” kata Kamal Arif kepada Prohaba.co, Jumat (28/2/2025) sore.
Ia perkirakan, total lempeng tembaga di bagian atas tugu yang dijarah itu mencapai 100 kg.
Soalnya, dibuat bertingkat tiga lapis dan bergerigi.
Semua bahannya dibawa dari Bandung dan dikerjakan oleh Irwan Abu (sudah almarhum).
Kamal yakin, maling mencuri semua lempeng tembaga yang sudah dicat sesuai warna api menyala itu untuk dijual kepada penampung barang rongsokan (barang bekas).
Baca juga: Pencuri 12 Mayam Emas Pakai Pistol Mainan Divonis 5 Tahun
“Sedih sekali kita, gara- gara ulah pencuri, Tugu Pena yang gagah itu kehilangan semangatnya yang menyala-nyala,” kata Kamal bertamsil.
Berdasarkan penelusuran Prohaba, tembaga bekas dan kuningan bekas saat ini memang laku dijual di Banda Aceh.
Banyak pengusaha barang bekas yang menampungnya.
Sebagai gambaran, tembaga super dibeli Rp 120.000 hingga 125.000 per kg oleh Bank Sampah Universits Syiah Kuala (BSU).
Kalau tembaga biasa dihargai Rp 115.000 per kg. Jika dikalikan Rp 120.000 saja per kg, berarti maling bisa mendapat untung tak kurang dari Rp 12.000.000 dari hasil jarahannya itu.
Kamal Arif juga yang barumenceriakan bahwa Tugu Pena itu sudah diserahkan secara resmi penjagaan dan perawatannya kepada Wali Kota Banda Aceh oleh Amran Zamzami cs sebelum terjadi tsunami tahun 2004.
Sehubungan dengan hal itu, Kamal berharap mumpung Wali Kota dan Wakil Wali Kota Banda Aceh definitif baru dilantik, lempeng tembaga yang hilang itu hendaknya dapat diganti tahun ini.
“Kita ingin ornamen api yang menyala-nyala itu bisa hadir kembali di Tugu Pena, karena ornament itu adalah bagian yang tak terpisahkan dari struktur tugu,” kata arsitek senior ini.
Kamal Arif adalah mantan dosen di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
Gelar S-1 dan S-3 ia raih di kampus tersebut, sedangkan S2-nya di Thailand.
Selain Tugu Pena, Kamal juga merancang ‘mockup’ 53 plakat perahu untuk “Aceh Thanks the World” yang dipasang di sekeliling Blang Padang, Banda Aceh, pada tahun 2009.
Jumlah ‘mockup’ plakat yang berbentuk perahu itu mencerminkan 53 negara yang ikut ambil bagian membantu Aceh dalam fase rehab rekon akibat bencana tsunami tahun 2004.
Setiap plakat bersisi bendera serta ucapan “terima kasih” dan “damai” dalam berbagai bahasa, sesuai dengan bahasa negara bersangkutan.
Misalnya ‘thank you” and “peace”, ucapan dari United Kingdom (Inggris).
Di setiap plakat itu, gamabr bendera serta ucapan terima kasih dan damainya juga dinukilkan di atas lempeng tembaga.
“Alhamdulillah, semua tembaga di Blang Padang ini masih selamat.
Mungkin karena yang mengawal Blang Padang ini tentara,” kata Kamal Atif. (*)
Baca juga: Tiga Komplotan Pencuri Gasak Toko Pakaian di Sigli, Ditangkap di Sabang, Aksinya Terekam CCTV
Baca juga: Vadel Badjideh Ungkap Keinginan untuk Buka Puasa Bareng Keluarga di Penjara
Baca juga: Sosok Sirajuddin, Wakapolres Taliabu Diduga Selingkuh dengan Anggota DPRD Malut
Update berita lainnya di PROHABA.co dan Google News
Mualem Ajak Semua Elemen Bersatu Saat Jadi Irup HUT Ke-80 RI, Wagub Pimpin Renungan Suci |
![]() |
---|
Pemerintah Aceh Serahkan Penghargaan kepada Keluarga Pahlawan di HUT ke-80 RI |
![]() |
---|
MPU Aceh Keluarkan Taushiyah HUT RI ke-80: Peringatan Harus Khidmat dan Sesuai Syariat |
![]() |
---|
Lagi, Dua Terpidana Korupsi Wastafel Disdik Aceh Dieksekusi ke LP Banda Aceh |
![]() |
---|
DWP Aceh Gelar Semarak HUT ke-80 RI, Perkuat Solidaritas dan Semangat Berkarya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.