Tahukah Anda

Mengapa Perang Saudara di Suriah Berkobar Lagi dan Apa Dampaknya? Berikut Uraiannya

Editor: Muliadi Gani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto udara ini menunjukkan sebagian pemandangan Aleppo dengan asap mengepul di latar belakang setelah para pejuang jihad dan sekutunya memasuki kota Suriah utara pada Sabtu (30/11/2024). Para pemberontak memasuki kota kedua Suriah, Aleppo, pada 29 November, ketika mereka melancarkan serangan kilat terhadap pasukan pemerintah yang didukung Iran dan Rusia.

Gelombang pengungsi itu turut mengubah peta politik di Eropa dengan memicu gerakan sayap kanan anti-imigran.

Sekitar 30 persen wilayah Suriah yang tidak berada di bawah Assad dikendalikan oleh sejumlah kekuatan oposisi dan pasukan asing. AS memiliki sekitar 900 tentara di timur laut Suriah, jauh dari Aleppo, untuk berjaga-jaga terhadap kebangkitan ISIS.

Baik AS maupun Israel sesekali melakukan serangan di Suriah terhadap pasukan pemerintah dan milisi sekutu Iran.

Turki juga memiliki pasukan di Suriah, dan memiliki pengaruh dalam aliansi luas pasukan oposisi yang menyerbu Aleppo.

Setelah bertahun-tahun tanpa banyak perubahan besar dalam penguasaan wilayah oleh pihak-pihak yang bertikai di Suriah, pertempuran ini "berpotensi menjadi sangat penting dan mungkin mengubah situasi," terutama jika pasukan pemerintah Suriah gagal mempertahankan wilayah mereka, kata Charles Lister, analis untuk isu Suriah dari Middle East Institute di AS.

Risiko lain, kata Lister kepada AFP, adalah jika kelompok ISIS melihat ini sebagai peluang untuk kembali memperkuat posisi mereka.

Ini berarti bahwa pertempuran baru ini tidak hanya berdampak pada pihak-pihak yang berkonflik saat ini, tetapi juga bisa membuka peluang bagi kelompok ekstremis untuk mengambil keuntungan dari kekacauan.

Ford mengatakan, pertempuran di Aleppo akan menjadi semakin mengganggu stabilitas jika hal itu menarik Rusia dan Turki — masing-masing dengan kepentingan yang harus dilindungi di Suriah – terlibat dalam pertempuran secara langsung. 

Baca juga: Israel Serang Suriah Lagi hingga Tewaskan 12 Petempur Pro-Iran

Siapakah Para Pemberontak?

Aliansi baru para pemberontak itu terdiri dari berbagai kekuatan oposisi, mulai dari faksi-faksi berhaluan ekstrem hingga moderat.

CNN melaporkan, kelompok yang kini memimpin koalisi baru itu adalah Hayat Tahrir al-Sham (HTS), mantan afiliasi Al Qaeda di Suriah yang dulu bernama Front Al-Nusra.

Kelompok tersebut secara resmi memutuskan hubungan dengan Al Qaeda dan telah menjadi penguasa de facto di Idlib.

Mereka bergabung dengan kelompok-kelompok yang didukung Turki dan kelompok lain yang sebelumnya didukung AS. 

Hal yang memperumit situasi adalah beberapa kelompok pemberontak itu juga memerangi Syrian Democratic Forces (SDF) atau Pasukan Demokratik Suriah.

Free Syrian Army (FSA) atau Tentara Pembebasan Suriah yang didukung Turki, yang merupakan bagian dari koalisi pemberontak yang menguasai sebagian besar kota Aleppo, mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka telah menguasai kota Tal Rifaat dan kota Ain Daqna dan Sheikh Issa di bagian utara provinsi Aleppo.

Mereka juga mengklaim telah menguasai desa Shaaleh dan Nairabiyyeh di pedesaan utara Aleppo.

Wilayah-wilayah tersebut sebelumnya dikuasai SDF, bukan oleh pemerintah Bashar al-Assad. SDF sebagian besar terdiri dari para pejuang Kurdi dari kelompok yang dikenal sebagai Unit Perlindungan Rakyat (YPG), yang dianggap Turki sebagai organisasi teroris. 

Reaksi Suriah

Pesawat tempur Suriah dan Rusia telah menyerang para pemberontak di Aleppo dan Idlib, sebuah taktik yang sangat penting dalam merebut kembali wilayah selama perang saudara.

Assad telah bersumpah bahwa Suriah akan terus “mempertahankan stabilitas dan integritas wilayahnya dalam menghadapi semua teroris dan pendukung mereka” dan kementerian pertahanan mengatakan pihaknya bersiap untuk melancarkan serangan balasan.

Namun sejauh mana kemampuan atau kesediaan pemerintah untuk merespons, masih belum jelas dan sebagian besar akan bergantung pada dukungan yang dapat diberikan para pendukung utama pemerintah.

Ada tanda-tanda para sekutu Suriah mendukung pemerintah.

 Diplomat top Iran, Abbas Araghchi, melakukan perjalanan ke Damaskus dari Teheran pada hari Minggu kemarin.

Ketika para pemberontak menguasai Aleppo, termasuk situs-situs militer utama dan bandara, serangan balik apapun akan sulit dilakukan tentara Suriah.

Kota ini bertahan selama hampir dua tahun di bawah pengepungan terus menerus dari pasukan pemerintah sebelum direbut tahun 2016.

Baca juga: Setelah Putus Hubungan sejak Tahun 2012, Arab Saudi Kembali Tunjuk Duta Besar untuk Suriah

Baca juga: Dapatkan Sertifikat HAKI, Kupi Khop Resmi Jadi Ikon Khas Aceh Barat, Begini Kata Pj Bupati Azwardi

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Perang Saudara di Suriah Berkobar Lagi dan Apa Dampaknya?", 

Update berita lainnya di PROHABA.co dan Google News