Kasus Penganiayaan
Bocah SD di Timor Tengah Selatan Tewas Usai Diduga Dipukul Guru dengan Batu
Bocah kelas IV SD Inpres One itu meninggal dunia secara tragis setelah diduga mengalami penganiayaan oleh guru penjaskesnya sendiri, Yafet Nokas,
PROHABA.CO, BETUN – Suasana duka menyelimuti rumah sederhana milik keluarga Rafi To (10) di Desa Poli, Kecamatan Santian, Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Bocah kelas IV SD Inpres One itu meninggal dunia secara tragis setelah diduga mengalami penganiayaan oleh guru penjaskesnya sendiri, Yafet Nokas, pada Jumat (26/9/2025) siang, saat apel pulang sekolah.
Peristiwa memilukan ini baru diketahui keluarga pada Senin (29/9/2025), setelah Rafi mengeluh sakit kepala hebat dan demam tinggi.
Sebelumnya, Rafi memilih diam dan tidak bercerita kepada siapa pun tentang apa yang menimpanya.
Ia tinggal bersama bainya (kakek), Marten Toh, neneknya Termutis Tahun, serta mama besarnya, Sarlisa Toh.
Sementara ibunya merantau di Surabaya setelah berpisah dari sang ayah.
Saat ditemui media, Sarlisa menceritakan bagaimana keluarga baru mengetahui Rafi menjadi korban kekerasan di sekolah.
“Kami baru tahu hari Senin. Waktu itu Rafi minta saya urut kepalanya karena panas tinggi dan sakit sekali.
Begitu saya pijit, dia langsung menjerit kesakitan.
Di situ saya curiga dan tanya kenapa, baru dia cerita semuanya,” tutur Sarlisa dengan suara bergetar, Rabu (15/10/2025).
Baca juga: Guru Honorer di Pijay Diduga Aniaya Pelajar hingga Masuk RS
Rafi mengaku kepada mama besarnya bahwa ia dipukul menggunakan batu sebanyak empat kali di bagian depan dan belakang kepala.
Alasan sang guru, Rafi dan sembilan temannya tidak ikut latihan upacara bendera dan sekolah minggu.
“Saya tanya, kenapa pakai batu, bukan rotan? Rafi bilang waktu itu tidak ada kayu, jadi guru langsung ambil batu.
Saya cuma bisa terdiam dengar itu,” ujar Sarlisa menahan tangis.
Setelah menceritakan kejadian itu, kondisi Rafi memburuk.
Ia terus mengeluh sakit kepala disertai demam tinggi.
Keluarga sempat mengira hanya benjol biasa sehingga tidak segera membawanya ke fasilitas kesehatan.
Namun pada Selasa sore, Rafi mulai menunjukkan gejala aneh: tidak tahan cahaya, ingin suasana gelap, dan terus mengeluh sakit di kepala.
Keesokan paginya, Rabu (1/10/2025), keluarga memutuskan membawa Rafi ke Puskesmas menggunakan sepeda motor.
Namun di tengah perjalanan, tepat di daerah Naifatu, Rafi tiba-tiba melompat turun dan menolak melanjutkan perjalanan.
Karena tidak ada transportasi dan ambulans, keluarga terpaksa menginap di rumah warga.
Kamis pagi (2/10/2025), mereka berjalan kaki pulang sejauh satu kilometer.
Rafi tampak tenang, tetapi sesampainya di rumah ia kembali menjerit kesakitan.
“Dia sempat bilang takut, terus teriak kesakitan.
Kami tidak tahu harus buat apa.
Baca juga: Andre Taulany dan Erin Sepakat Bercerai dengan Damai Tanpa Saling Sindir
Tidak lama kemudian, sekitar pukul enam sore, dia mengembuskan napas terakhirnya,” kenang Sarlisa lirih.
Rafi dikenal sebagai anak pendiam dan penurut.
Rumah tempat ia tinggal bersama kakek dan neneknya adalah bangunan sederhana dari bebak dan papan, dengan atap seng berkarat dan halaman berdebu khas pedesaan.
Kini, rumah itu menjadi saksi bisu kepergian bocah kecil yang dikenal manis dan rajin itu.
Pihak keluarga mengaku sangat menyesal tidak segera membawa Rafi ke rumah sakit.
“Kami tidak sangka lukanya seberat itu.
Kami pikir nanti juga sembuh sendiri. Tapi Tuhan berkehendak lain,” kata Sarlisa.
Keluarga kini berharap agar pihak berwenang mengusut tuntas kasus dugaan penganiayaan yang menimpa Rafi dan memberikan keadilan bagi korban.
“Kami tidak mau ada anak lain yang alami hal sama.
Cukup sudah Rafi. Kami hanya minta keadilan untuk dia,” tegas Sarlisa.
Kasus dugaan penganiayaan yang berujung kematian terhadap Rafi To kini menjadi perhatian luas masyarakat Timor Tengah Selatan.
Banyak pihak mengecam keras tindakan kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah sebagau tempat yang seharusnya menjadi ruang aman dan nyaman bagi peserta didik untuk tumbuh dan belajar.
Baca juga: Dua Pria Ditangkap di Toilet Musala Guhang Saat Hendak Gunakan Sabu, Diamankan di Mapolres Abdya
Baca juga: Oknum TNI AL Aniaya 2 Warga Pekanbaru, 1 Meninggal, Dipukul dengan Cangkul
Artikel ini telah tayang di Pos-Kupang.com dengan judul Keluarga Ungkap Kronologi Lengkap Penganiayaan Tragis yang Dialami Siswa SD Inpres One,
Update berita lainnya di PROHABA.co dan Google News
Kasus Penganiayaan
Pemukulan
kekerasan anak
Bocah
Guru Aniaya Siswa
SD Inpres One
Timor Tengah Selatan
Prohaba.co
| Gara-Gara Gadai iPhone, Pasutri Pemilik Toko HP di Medan Dianiaya OTK hingga Babak Belur |
|
|---|
| Suami Dianiaya Istri Pakai Linggis di Karangasem, BPJS Tak Tanggung Biaya Operasi |
|
|---|
| Pemuda di Bekasi Aniaya Ibu Kandung karena Permintaan Tak Dituruti, Ini Faktanya |
|
|---|
| TikToker Lumajang Emosi saat Ajakan Balap Motor Ditolak Lalu Lukai Korban Pakai Celurit |
|
|---|
| Tragis, Bocah Kelas SD di Inhu Muntah Darah hingga Tewas Akibat Dibully Kakak Kelas |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/prohaba/foto/bank/originals/Keluarga-korban-penganiayaan-hingga-meninggal.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.