Cabuli Siswi, Kepsek Ajak Damai dengan Bayaran Rp 300 Juta

Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (Sumut) diterpa isu tak sedap terkait kasus pencabulan yang dilakukan seorang oknum kepala.

Editor: Muliadi Gani
Kompas.com/ Ericssen
Ilustrasi pencabulan. 

PROHABA, SIANTAR - Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (Sumut) diterpa isu tak sedap terkait kasus pencabulan yang dilakukan seorang oknum kepala sekolah dasar negeri berinisial A.

Kasus ini menjadi buah bibir di kalangan masyarakat lantaran tak berproses di kepolisian.

Tribun Medan pun mengunjungi SD Negeri Pardamean Nauli, Nagori Marubun Bayu, Kecamatan Tanah Jawa, Jumat (29/1/2021) siang.

Saat dikunjungi, sekolah tersebut sedang tidak melakukan kegiatan belajar-mengajar tatap muka.

Ada beberapa rumah dinas di kompleks sekolah yang berbatasan langsung dengan perkebunan kelapa sawit.

Pada kesempatan itu, Tribun Medan bertemu dengan seorang guru kelas 4 SD yang tinggal di salah satu rumah tersebut.

"Saya baru dengar informasi itu dari warga, media dan LSM di sini.

Memang benar kepsek dan siswi itu di sini. Setelah kabar (pencabulan) itu, Pak Kepsek pun nomornya sudah ganti," ujar guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia itu.

Baca juga: Berhubungan Intim di Tengah Jalan, Satu Pasangan Tergancet 

Guru perempuan itu menyatakan, sejak informasi tersebut tersiar, baik kepsek maupun siswi yang menjadi korbannya sudah tak terlihat lagi.

Belakangan diketahui, siswi kelas 6 tersebut sudah tak pernah lagi ke sekolah mengambil soal-soal untuk belajar di rumah. Ia menyampaikan, siswi itu kini merupakan orang luar kampung.

Namun, sebelumnya sempat tinggal di Nagori (sekitar sekolah) bersama dengan kakek dan neneknya.

Saat ini siswi tersebut tinggal dengan ibunya, pascasang ibu menikah lagi.

Disinggung soal informasi kasus pencabulan itu, guru tersebut mengaku telah terjadi perdamaian.

"Kalau dari cerita-cerita orang sini, sudah ada perdamaian.

Di media yang saya baca juga ada perdamaian.

Katanya sempat mau berdamai Rp 300 juta, terus turun entah berapa angkanya," ujar guru.

Ia menyatakan sangat terkejut sekolahnya mendapat kabar tak sedap tersebut.

Bahkan rumah kepala sekolah yang ditempati saat ini dilempari batu oleh warga yang menolak kehadiran kepala sekolah 'cabul' di kampungnya.

"Saya nggak nyangka juga, kepsek kami ini sarjana agama.

Baca juga: Cabuli Gadis di Mobil, Pemuda Ganteng Dipenjara 175 Bulan

Dia ini orangnya superbaik. Rajin ke masjid dan memberi ceramah. Sering bilang ke kami 'Hidup ini, apa yang dibuat itu yang dituai' untuk jadi nasihat," katanya.

Sesuai pengetahuannya, Kanit PPA dari Polres Simalungun akan melakukan pemeriksaan Selasa (2/2/2021) pekan depan.

Kanit PPA Polres Simalungun Ipda Fritsel Sitohang menyampaikan, pihaknya masih mendengar dugaan kasus pencabulan ini dari luar.

Ia mengaku masih membutuhkan keterangan dari kepsek dan yang mengalami dugaan kasus ini.

"Pada awalnya kita menerima informasi ini dari luar.

Tapi dari yang mengalami masih belum, makanya akan kita lakukan pemanggilan pada keluarga dan korban," ujar Fritsel.

Fritsel meyakini, meski nantinya benar telah terjadi perdamaian, proses hukum terhadap pelaku akan dilaksanakan.

Namun, ia tak ingin berspekulasi lantaran masih melakukan pemanggilan.

Baca juga: Kakek 78 Tahun Rudapaksa 4 Bocah di Aceh Besar

Minta dipindah

Kepala Dusun (Gamot) IV, Nagori Marubun Bayu, Swasih yang ditemui wartawan menyampaikan tak tahu-menahu tentang kasus pencabulan dan perdamaian antara kepsek yang berinisial A itu dengan orang tua murid atas kasus pencabulan itu.

Swasih menyampaikan, akibat kabar ini sebagian masyarakat menolak kepsek itu mengajar.

Warga malah meminta kepsek tersebut pindah dari kampung mereka.

"Ada penolakan, Ya, adalah kekhawatiran mereka yang punya anak di situ.

Tapi itu urusan sekolah dengan warga. Pemerintahan nggak ada disangkutkan," ujar Swasih.

Ia tambahkan, sepengetahuannya, kasus ini memang udah sepakat untuk lanjut berdamai.

Keluarga korban pun sudah pindah ke Tanjung Pasir.

"Coba ke tanya ke sekolah, kepsek dan keluarga murid aja, Bang.

Saya di sini nggak dilibatkan dalam perdamaian," ujar Swasih. (tribun-medan.com)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved