Apa Risiko Orang yang Tak Divaksin Covid-19?
Telah masuk tahun kedua, tapi pandemi Covid-19 belum juga usai. Sebagian negara lain sudah mulai merayakan ‘kebebasannya’ di tengah masih banyak ...
Selain angka kasus infeksi yang tinggi, beberapa negara bagian yang cakupan vaksinasinya masih rendah, bahkan masih memiliki angka kematian yang relatif tinggi.
Sebut saja Michigan, Pennsylvania, New Jersey, Maine, Florida, dan Illinois, semuanya memiliki angka kematian akibat Covid-19 sekitar 50% lebih tinggi daripada angka rata-rata nasional.
Menurut ahli, vaksin Covid-19 hampir sempurna dalam mencegah kematian, sehingga penurunan kematian secara nasional menyembunyikan tingkat kematian akibat Covid-19 di antara orang yang tidak divaksinasi.
Hal ini berarti, tingkat kematian menunjukkan bahwa orang yang tidak divaksinasi tidak dalam kondisi aman.
Sementara itu, para ahli juga sering menunjuk tingkat rawat inap sebagai ukuran kritis pandemi, karena mereka mencerminkan jumlah orang yang menjadi sangat sakit.
Di AS sangat jelas, rawat inap akibat Covid-19 saat ini hanya tersebar di populasi yang tidak divaksinasi, beberapa distrik dan Michigan memiliki tingkat rawat inap sekitar dua kali lebih tinggi dari rata-rata nasional.
Pennsylvania, Maryland, Florida dan Rhode Island juga memiliki tingkat rawat inap sekitar 50% lebih tinggi dari tingkat rawat inap nasional.
Baca juga: Tiga Vaksin Covid-19 Efektif Lawan Varian Baru Virus Corona
Selain risiko kematian dan rawat inap yang lebih tinggi, orang-orang yang belum divaksin Covid-19 juga berisiko lebih tinggi mengalami ‘long covid’.
Menurut CDC, kasus ‘long covid’ dapat terjadi pada orang-orang yang terinfeksi Covid-19 dengan gejala ringan dan bahkan mereka yang benar-benar tanpa gejala.
Namun, beberapa ahli berpendapat, ada bukti yang lebih meyakinkan bahwa ‘long covid’ cenderung terjadi setelah infeksi Covid-19 yang parah atau bergejala.
Yang penting menjadi catatan adalah, Dr Monica Gandhi, pakar penyakit menular dari Universitas California, San Francisco mengatakan, ‘long covid’ tidak mungkin terjadi pada seseorang yang divaksinasi lengkap.
“Jika tubuh terpapar virus corona setelah vaksinasi, sistem kekebalan--alih-alih menghasilkan respons inflamasi yang tidak terorganisasi--justru siap untuk menghasilkan respons yang sangat terorganisir terhadap virus, sehingga membuat long covid tidak mungkin terjadi,” kata Gandhi.
Pascavaksinasi, sistem kekebalan pada dasarnya mengatakan, “Oke, saya akan beradaptasi untuk melawan virus khusus ini.”
Respons terorganisasi seperti itu yang akan menyelesaikan gejala Covid-19 dengan cepat.
Dr David Cutler, seorang dokter kedokteran keluarga di Pusat Kesehatan Providence Saint John di Santa Monica, California mengatakan bahwa sebelum vaksin tersedia, seseorang di Amerika Serikat memiliki sekitar 1 dari 10 kemungkinan mengembangkan penyakit Covid-19 selama setahun, tetapi risiko itu dapat berubah, karena tindakan pencegahan dilonggarkan.
"Untuk sebagian besar tahun lalu, semua orang diharuskan memakai masker, menjaga jarak sosial, dan bahkan lockdown.
Tapi sekarang, masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin lengkap mulai melepas masker, dan secara teoritis ini meningkatkan risiko infeksi orang yang tidak divaksinasi," katanya. (kompas.com)