Luar Negeri
PBB Kecam Serangan Terhadap Warga Sipil di Sudan
"Kedua pihak yang bertikai telah berperang dengan mengabaikan hukum dan norma perang,menyerang daerah padat penduduk,dengan sedikit perhatian terhadap
PROHABA.CO, KHARTOUM - Kepala misi PBB untuk Sudan, Volker Perthes, pada Selasa (25/4/2023) mengecam pengabaian terhadap hukum dan norma perang ketika warga sipil dan rumah sakit diserang.
"Kedua pihak yang bertikai telah berperang dengan mengabaikan hukum dan norma perang, menyerang daerah padat penduduk, dengan sedikit perhatian terhadap warga sipil, rumah sakit, atau bahkan kendaraan untuk memindahkan siapa saja yang terluka dan sakit," kata Volker Perthes.
Kesepakatan gencatan senjata 72 jam antara dua jenderal yang bertikai di Sudan, yang diumumkan Amerika Serikat pada Senin (24/4/2023), pun tidak sepenuhnya dipatuhi pada Selasa.
Sebab, kata Pertehes, sejumlah pertempuran masih terjadi di sekitar lokasi strategis di ibu kota, termasuk bandara internasional.
Di beberapa lokasi, intensitas pertempuran bahkan meningkat.
"Belum ada tanda tegas bahwa keduanya siap untuk bernegosiasi secara serius, yang menunjukkan bahwa keduanya berpikir bahwa mengamankan kemenangan militer atas yang lain adalah mungkin," ucapnya,dikutip dari Kantor berita AFP.
Baca juga: Taliban Bunuh Dalang Pengeboman Bandara Kabul, Tewaskan 170 Warga Afghanistan pada 2021
Baca juga: Konflik di Sudan Mulai Memburuk, Sejumlah Negara Mulai Evakuasi Warganya
Baca juga: Venna Melinda Ingin Semua Wanita Korban KDRT Berani Speak Up ke Publik
Perthes menjelaskan hal demikian ketika berada di Port Sudan yang menjadi tempat PBB dan sejumlah negara asing berupaya merelokasi beberapa warga mereka.
Dia memperingatkan, bahwa pertempuran di Sudan telah menciptakan bencana kemanusiaan dengan warga sipil yang menanggung bebannya.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengulangi kekhawatirannya bahwa konflik di Sudan dapat menyebar ke negara lain di kawasan tersebut.
"Sudan berbatasan dengan tujuh negara, semuanya terlibat dalam konflik atau melihat kerusuhan sipil yang serius selama dekade terakhir," katanya.
Guterres menegaskan, perebutan kekuasaan di Sudan tidak hanya mempertaruhkan masa depan negara itu.
"Ini juga menyalakan sekering yang dapat meledak melintasi perbatasan, menyebabkan penderitaan luar biasa selama bertahun-tahun, dan membuat pembangunan mundur beberapa dekade," jelas dia.
(kompas.com)
Baca juga: MENCEKAM, 180 Orang Tewas Dalam Pertempuran di Sudan
Baca juga: UPDATE: Korban Tewas Gempa Turki dan Suriah Capai 7.926 Orang, Korban Gempa Butuh Bantuan
Baca juga: Taliban Mulai Terapkan Hukuman Potong Tangan terhadap Pencuri
Membunuh ART asal Indonesia, Finalis MasterChef Malaysia Dipenjara 34 Tahun |
![]() |
---|
Katy Perry Tur Luar Angkasa Hanya dalam Durasi 11 Menit |
![]() |
---|
6 Imigran Meninggal, 40 Lainnya Hilang Setelah Kapal Mereka Tumpang Terbalik di Laut Mediterania |
![]() |
---|
Melalui Investigasi, PBB Telah Menetapkan Israel Melakukan Genosida selama Konflik di Gaza |
![]() |
---|
Kelompok Separatis Membajak Kereta Api di Pakistan, 27 Tentara Tewas dan 346 Sandera Bebas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.