Tahukah Anda
Kangkung sebagai Fitoremediator, Amankah untuk Dikonsumsi?
Kangkung memiliki nama lain yang berbeda-beda di setiap daerah, tergantung pada bahasa yang digunakan dan tradisi lokal di daerah tersebut, ...
PROHABA.CO - Istilah “fitoremediator” berasal dari kata “phyto” yang berarti tanaman dan “remediator” yang berarti agen pemulihan.
Maka, dapat dikatakan fitoremediator adalah tanaman yang menjadi agen pemulihan kualitas lingkungan yang terkontaminasi oleh polutan, baik melalui udara, tanah, maupun air.
Tanaman memiliki kemampuan untuk menyerap, memetabolisme, bahkan memecah berbagai jenis polutan organik dan anorganik seperti logam berat, pestisida, pelarut, dan produk petroleum dari lingkungan.
Ada banyak tanaman yang dapat digunakan sebagai fitoremediator.
Satu di antaranya adalah kangkung.
Dalam bahasa Latin, kangkung memilik nama Ipomea aquatica dan termasuk dalam famili tumbuhan Convolvulaceae.
Kangkung memiliki nama lain yang berbeda-beda di setiap daerah, tergantung pada bahasa yang digunakan dan tradisi lokal di daerah tersebut, seperti Water spinach (Inggris), Eng Cai (Mandarin), Ong Choy (Kantonis), Pak boong (Thailand), dan sebagainya.
Kangkung digunakan sebagai fitoremediator karena memiliki kemampuan dalam mengakumulasi logam berat dari tanah dan air yang telah terkontaminasi.
Kangkung dapat menyerap logam berat seperti merkuri, timbal, arsenik, dan kadmium dari air dan tanah.
Selain itu, kangkung juga dapat membantu menghilangkan zat organik seperti pestisida dan herbisida dari tanah dan air.
Kontaminan tersebut dapat diambil melalui akar tanaman dan kemudian dimetabolisme oleh enzim Glutation Stransferase (GST), yakni enzim yang berperan dalam detoksifikasi senyawa-senyawa berbahaya seperti logam berat dan pestisida.
Baca juga: Resep Sayur Kuah Putih, Cocok Jadi Hidangan Makan Malam Bersama Keluarga
Mekanisme enzim GST dalam fi toremediasi dengan kangkung adalah sebagai berikut:
* Pengikatan logam berat atau senyawa organik.
Kangkung mampu menyerap logam berat atau senyawa organik dari lingkungan melalui akar dan daunnya.
Setelah senyawa berbahaya terikat pada tanaman, enzim GST akan aktif di daerah yang terkena senyawa tersebut.
* Konjugasi: Enzim GST akan menambahkan gugus glutathione (GSH) pada senyawa berbahaya yang terikat pada tanaman kangkung.
Hal ini akan membentuk senyawa yang lebih mudah dipecah atau dikeluarkan dari tanaman kangkung.
* Pembentukan senyawa yang kurang berbahaya.
Setelah substrat terikat pada GSH, enzim GST akan mengubah struktur kimia senyawa berbahaya menjadi bentuk yang lebih mudah untuk dikeluarkan dari tanaman kangkung tersebut.
* Reaksi berulang. Setelah proses detoksifikasi selesai, enzim GST akan berfungsi kembali untuk mengikat senyawa berbahaya yang baru dan mengulangi proses konjugasi dan pembentukan senyawa yang kurang berbahaya.
Selain enzim GST, kangkung juga mengandung enzim lain seperti Peroksidase dan Katalase yang juga berperan dalam fitoremediasi.
Enzim Peroksidase berfungsi untuk membantu melindungi tanaman dari stres oksidatif dan mengoksidasi senyawa-senyawa berbahaya seperti fenol dan logam berat menjadi bentuk yang lebih aman.
Sedangkan enzim Katalase mempunyai peran dalam membersihkan radikal bebas dan mengoksidasi senyawa-senyawa berbahaya seperti formaldehida dan metanol.

Baca juga: Berikut Ini Adalah Resep Untuk Membuat Kue Tradisional Nagasari Jagung Manis
Harus dibuang Kangkung telah digunakan sebagai tanaman fitoremediator di berbagai negara, termasuk Indonesia, untuk membersihkan air dan tanah dari limbah pertanian dan industri.
Namun, penting untuk diingat bahwa kangkung yang digunakan sebagai fitoremediator harus dibuang dengan benar dan tidak digunakan untuk konsumsi manusia atau hewan, karena dapat mengandung polutan dan zat kimia berbahaya.
Selama ini kangkung dikonsumsi oleh manusia disebabkan kandungan zat gizinya yang penting bagi kesehatan tubuh, di antaranya adalah kaya akan vitamin A, C, dan K yang berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit, rambut, mata, dan tulang.
Kangkung juga mengandung zat besi yang dibutuhkan tubuh untuk membantu memproduksi sel darah mera
Selain itu, kangkung juga mengandung kalsium yang baik untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi.
Serat yang terdapat pada kangkong juga penting untuk menjaga kesehatan pencernaan dan mencegah sembelit.
Kangkung juga mengandung protein yang dibutuhkan tubuh untuk membangun jaringan tubuh dan menjaga kesehatan otot dan kandungan asam folatnya penting untuk kesehatan ibu hamil dan perkembangan janin.
Selain itu, kangkung mengandung kalium, magnesium, fosfor, dan zat antioksidan yang dapat membantu melindungi selsel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas.
Oleh karena itu, kangkung sangat baik dikonsumsi sebagai bagian dari pola makan yang sehat dan seimbang.
Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengonsumsi kangkung, di antaranya adalah kandungan logam berat seperti timbal, kadmium, dan merkuri dari lingkungan tempat tumbuhnya.
Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa kangkung yang dikonsumsi berasal dari sumber yang aman dan tidak terkontaminasi.
Baca juga: Resep Tumis Tongkol Suwir, Hidangan Makan Siang yang Enak dan Lezat
Selain kandungan logam berat, kangkung juga dapat terkontaminasi dari bahan kimia atau pupuk yang berlebihan, yaitu nitrat.
Nitrat dianggap sebagai zat gizi yang penting bagi tumbuhan karena membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Namun, terlalu banyak nitrat dalam makanan dapat menjadi masalah bagi kesehatan manusia.
Nitrat dapat diubah menjadi nitrit dalam tubuh manusia yang dapat membentuk senyawa nitrosamin yang beracun.
Senyawa ini dapat menimbulkan risiko kanker, terutama kanker perut dan usus.
Memanaskan kangkung secara berulang juga dapat meningkatkan risiko terbentuknya senyawa nitrosamin beracun.
Untuk menghindari risiko terpapar oleh senyawa nitrosamin beracun, sebaiknya memasak kangkung dengan cara yang sehat dan tepat seperti direbus atau ditumis, juga tidak memanaskannya secara berulang.
Selain itu, disarankan untuk membeli kangkung dari sumber yang terpercaya dan terhindar dari bahan kimia atau pupuk yang berlebihan.
Selain itu, kandungan oksalat di dalam kangkung dapat menyebabkan batu ginjal pada orang yang rentan.
Oleh karena itu, sebaiknya kangkung dikonsumsi dengan jumlah yang seimbang dan tidak berlebihan.
Kangkung juga dapat terkontaminasi oleh parasit yang dapat menyebabkan penyakit seperti fascioliasis dan opisthorchiasis.
Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa kangkung yang dikonsumsi sudah dicuci bersih dan dimasak dengan benar sebelum dikonsumsi.
Fascioliasis dan opisthorchiasis adalah dua jenis infeksi parasitik yang disebabkan oleh cacing hati.
Fascioliasis disebabkan oleh cacing hati Fasciola hepatica dan Fasciola gigantica.
Sedangkan opisthorchiasis, disebabkan oleh cacing hati Opisthorchis viverrini dan Opisthorchis feline.
Parasit- parasit ini menyebabkan kerusakan hati dan saluran empedu pada hewan ternak dan manusia.
Pencegahan terpaparnya oleh parasit-parasit ini adalah dengan memperhatikan pengolahan kangkung sebelum dikonsumsi yaitu mencucinya hingga bersih dan memasaknya sampai matang.
Kangkung secara umum tidak berbahaya untuk dikonsumsi asalkan dikonsumsi dalam jumlah yang wajar dan tidak tercemar oleh logam berat, bahan kimia atau kotoran lainnya.
Sebagai fitoremediator, meskipun kangkung dapat membantu membersihkan air dan tanah dari polutan, ini bukanlah solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah lingkungan.
Hal penting untuk mencegah pencemaran lingkungan adalah dengan mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya dan memperhatikan pengelolaan limbah yang baik.
(Artikel ini ditulis oleh Rina Andriyani, Nurfi tri Abdul Gafur, dan Hanies Ambarsari, hasil kerja sama BRIN dan Harian Kompas)
Baca juga: Bingung Mau Masak Apa Saat Weekend? Yuk Intip Resep Masakan Daging Kuah Tomat
Baca juga: Ampuh Atasi Kolestrol Dengan Resep Jitu Ini ! Tips dr Zaidul Akbar
Baca juga: Cara Meredakan Flu, Demam, Batuk, dan Pilek: Makan Pecel Sayur
Pertama di Dunia, Walker S2 Robot Bisa Berfungsi Sendiri 24 Jam |
![]() |
---|
Berkat Fermentasi Stevia Bantu Bunuh Sel Kanker Pankreas |
![]() |
---|
Gunung Berapi yang Sudah Padam Bisakah Aktif Kembali? Ini Penjelasannya |
![]() |
---|
Temuan Terbaru: Tanaman Ternyata Bisa Bersuara, Berikut Penjelasannya |
![]() |
---|
Gelombang Panas Meningkat Akibat Berkurangnya Polusi, Ini Penjelasannya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.