Opini
Kerajinan Anyaman Daun Pandan Berduri Jadi Mata Pencaharian Warga di Desa Pea Bumbung Aceh Singkil
Kerajinan daun pandan berduri adalah kerajian anyaman yang berbahan dari daun pandan berduri yang diolah dengan cara membuang durinya
Oleh: Dedek Sumarnim
PROHABA.CO - Kerajinan daun pandan berduri adalah kerajian anyaman yang berbahan dari daun pandan berduri yang diolah dengan cara membuang durinya dengan menggunakan besi kecil atau benang dan dibagi dengan satu lembarnya itu dengan lebar berukuran 1 inci dan panjang 80 cm jika tahap sampai 1 meter.
Selanjutnya merebusnya dengan menggunakan sangku (dandang) dengan suhu api 60-80 c, sehingga sampai berubah warna seperti kekuning-kuningan.
Kemudian di jemur seperti menjemur kain pada umumnya.
Kerajinan ini dilakukan sejak dari nenek moyang hingga sampai sekarang menjadi turun temurun.
Daun pandan berduri ini yang dirangkai menjadi lapik atau tikar, lazim digunakan sebagai alas sejak raga manusia datang hingga meninggalkan dunia.
Kerajinan anyaman daun pandan berduri adalah salah satu penopang ekonomi masyarakat di desa Pea Bumbung yang dapat memenuhi kebutuhan ekonomi mereka sehari-hari.
Seiring dengan berjalannya jaman, masyarakat mulai terbuka dengan menjual hasil kerajian mereka ke berbagai daerah salah satunya ke Sumatra Utara.
Namun hal ini tidak berselang lama Indonesia dilanda pandemi.
Waktu demi waktu 3 tahun dijalani, setelah pasca pendemi Covid-19 aktivitas masyarakat mulai kembali normal untuk mencukupi kebutuhan hidup, sebagian masyarakat beraktivitas seperti biasa untuk mencari kebutuhan sehari-hari.
Daerah desa Pea Bumbung yang letaknya di bagian pesisir, populasi tumbuhan daun panda berduri yang sangat mudah di dapatkan sehingga masyarakat mulai mengembangkan produk lokal kerajinan dengan berbagai anyaman seperti tas, dompet, tilam dan lain-lain sebagainya.
Baca juga: Tiga Orang Meninggal dalam Kecelakaan Maut di Aceh Singkil
Mengayam kerajian daun panda juga salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh kalangan emak-emak dan nenek-nenek, kegiatan tersebut dilakukan setiap harinya.
Namun bukan kalangan ibu-ibu dan nenek-nenek saja, akan tetapi anak muda-mudi mereka juga ikut serta sehingga anyaman ini terus berkembang dan tidak akan pudar.
Para anak-anak mereka sangat berperan penting untuk keberlangsungannya kerajinan ini supaya ekonomi lebih meningkat.
Pertumbuhan dan peningkatan ekonomi yang lebih baik akan menghidupkan masyarakat terpencil lebih maju dan sejahtera.
Hal ini adalah harapan dan cita-cita masyarakat sejak puluhan tahun.
Harapan dan cita-cita tesebut lah yang digenggam dengan rasa penuh kegigihan dan semangat yang tidak pernah pudar, sehingga masyakat berlomba-lomba dan tanpa kenal lelah.
Selain itu, dalam mewujudkan peningkatan ekonomi yang lebih meningkat perlu adanya dukungan dan suport dari pemerintah dengan cara membina dan membimbing secara terus-menurus.
Selanjutnya juga pemerintah dapat memberikan sosialisasi secara berskala tujuannya agar generasi milenial dan generasi x dapat lebih maju dan berkembang.
Membina dan sosialisasi adalah salah satu bentuk upaya yang dapat memberdayakan sumber daya manusia (SDM) yang lebih baik supaya pemikirian masyarakat lebih terbuka.
Baca juga: HEBOH, Rumah Warga Aceh Singkil Diserbu Laron

Bukan itu saja, Pemerintah juga harus mampu dan dapat menerima ide-ide atau gagasan dari masyarakat baik itu kapan dan dimana saja tujuannya agar masyarakat lebih semangat untuk berlomba-lomba membuat kerajinan.
Dengan demikian kreativitasan dan inovasi masyarakat yang terus berkembang dan kemandirian masyrakat terus berjalan dengan baik dan aman sehingga kesejahtera dan kemakmuran terjaga dengan baik.
Dengan demikian masyarakat di desa Peabumbung mampu bersaing keberbagai daerah bahkan ke luar negara sehingga masyarakat Aceh Singkil tidak ketertinggalan lagi seperti orang bayangkan selama ini.
Penulis berharap masyarakat di desa Suka Peabumbung dapat lebih terbuka ke pemerintah agar pihak pemerintah dapat membuka kegiatan bimbingan dan kegiatan sosialisasi dan berharap pemerintah juga dapat memberikan ruang dan waktu sebulan 1 kali untuk kegiatan bimbingan dan kegiatan sosialisasi ini masyarakat lebih giat dan semangat untuk berlomba-lomba untuk mensejahterakan kehidupan ekonomi yang bersifat kemandirian dan berkemakmuran. (*)
*) PENULIS Dedek Sumarnim adalah Penulis adalah mahasiswa internship dari Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat
Ini merupakan rubrik opini pembaca Prohaba.co. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca juga: Tiga Desa di Aceh Singkil Terendam Banjir Akibat Luapan Sungai Lae Cinendang
Baca juga: Penembakan Massal Terjadi di Maine, 22 Orang Meninggal Dunia
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.