Gebyar PKA ke 8 2023

Kuliner Tradisional Memek asal Simeulue Dipamerkan pada PKA

Diketahui, makanan memek ini berbahan dasar dari beras ketan putih, pisang kepok, dan santan kelapa.

Penulis: TM Farizi | Editor: Jamaluddin
pekankebudayaanaceh.com
Kuliner tradisional memek asal Simeulue dapat dinikmati di anjungan kabupaten itu pada arena utama PKA Ke-8, Taman Sultanah Shafiatuddin, Banda Aceh. 

Seiring berjalannya waktu, makanan ini mulai dikenal khalayak dari luar Pulau Simeulue. Tak hanya itu, memek kini ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia pada 2019 lalu.

PROHABA.CO, BANDA ACEH - Kuliner satu ini merupakan warisan nenek moyang Simeulue zaman dulu.

Kuliner dari kepulauan di Aceh ini sudah melekat di lidah rakyat jelata, bahkan sampai ke meja para raja.

Bagi sejumlah orang, nama kuliner satu ini memang  terdengar sedikit aneh.

Namun, tidak bagi masyarakat Simeulue.

Mereka tetap bangga menyebut kuliner nyentrik dengan sebutan memek itu.

Sebab, kuliner ini memiliki nilai sejarah yang besar.

Di mana jauh sebelum Indonesia merdeka, pada pertengahan 1940-an, kuliner memek sudah mulai diperkenalkan masyarakat Simeulue dari mulut ke mulut.

Baca juga: Selain Mengunjungi PKA, Ini Tiga Rekomendasi Tempat Wisata di Banda Aceh

Sebutan memek sebenarnya memiliki arti mengunyah atau menggigit.

Zaman dulu, nama tersebut diangkat dari kebiasaan nenek moyang masyarakat Simeulue yang sering mengunyah beras ketan dicampur pisang.

Sehingga muncul istilah mamemek, penyebutan huruf 'e' dalam kata memek mirip seperti mengucap

Penyebutan huruf 'e' dalam kata memek sama seperti mengucapkan 'e' pada kata angka ena.

Pada awalnya, makanan sederhana berbahan dasar beras ketan putih dan pisang kepok ini hanya dapat ditemukan pada perayaan adat warga Simeulue, atau hanya disajikan sebagai menu penghormatan saat tamu datang ke rumah.

Baca juga: Begini Suasana Museum Aceh Jelang Gebyar PKA

Selain itu, kuliner memek juga sering dijadikan cemilan bagi para nelayan untuk mengganjal perut kala mengais rezeki di laut.

Seiring berjalannya waktu, makanan ini mulai dikenal khalayak dari luar Pulau Simeulue.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved