Tahukah Anda

Bahaya Vape dan Kaitannya dengan Kanker Paru-Paru, Berikut Penjelasan Ahli

Vape atau rokok elektrik telah menjadi fenomena yang meluas di berbagai kalangan masyarakat, bahkan kaum hawa. 

Editor: Muliadi Gani
Unsplash
Ilustrasi kanker paru, ilustrasi kanker paru-paru stadium 4, cara mendiagnosis kanker paru-paru stadium 4 

Untuk memastikan diagnosis kanker paru-paru dan menentukan lokasi utama tumor, dokter umumnya akan melakukan rontgen, CT scan, dan biopsy.

Dari situ, dokter dapat menentukan stadium kanker untuk menentukan apakah penyakit tersebut terlokalisasi atau telah menyebar ke bagian tubuh lain. 

Bagaimana tata laksana penanganan kanker paru?

Pengobatan utama untuk kanker paru-paru adalah pembedahan, terapi radiasi, dan pengobatan sistemik, seperti kemoterapi, imunoterapi, atau terapi target.

Adapun pasien dengan kanker yang terlokalisasi dapat ditawarkan pembedahan kuratif.

Terdapat tiga jenis pembedahan kuratif, yakni pengangkatan potongan kecil jaringan paru-paru yang berbentuk baji (reseksi baji), pengangkatan salah satu lobus paru-paru (lobektomi), dan pengangkatan salah satu paru-paru (pneumonektomi).

Ada pula pembedahan lubang kunci (keyhole surgery), yakni pembedahan minimal invasif dengan sayatan kecil untuk mengakses tumor.

Dengan pendekatan ini, pasien bisa pulih lebih cepat.

Pasien dengan penyakit terlokalisasi juga bisa memilih pengobatan radiasi untuk tujuan kuratif atau paliatif.

Sementara, pasien dengan penyakit metastasis bisa mendapatkan kemoterapi untuk mengendalikan kanker.

Kemoterapi kerap menjadi momok bagi penderita kanker paru. 

Ilustrasi Kanker Paru-paru
Ilustrasi Kanker Paru-paru (Via alodokter.com)

Baca juga: Tanpa Vape, Hanya Ada Dua Cara untuk Berhenti Merokok

Bagaimana Anda menanggapi hal itu? 

Banyak pasien cenderung khawatir dengan efek samping kemoterapi, seperti rambut rontok, mual, dan muntah.

Untungnya, metode pengobatan telah berkembang dengan agen kemoterapi baru dan pengobatan suportif yang baik untuk membantu pasien mengelola efek samping tersebut. 

Tak dapat dimungkiri bahwa kemoterapi juga dapat menyebabkan gangguan kekebalan tubuh dan infeksi lantaran terapi ini bekerja pada sel-sel yang membelah secara aktif.

Walau demikian, manfaat kemoterapi lebih besar ketimbang risikonya.

Untuk mengatasi kemungkinan infeksi, pasien juga akan diberikan antibiotik.

Sumber: Kompas.com
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved