Tahukah Anda

Mengapa Naluri Kita Menyukai Anak Hewan yang Imut-Imut, Menggemaskan?

kuda nil mungil bernama Moo Deng hingga penguin Pesto dan bayi sloth Molé, internet dipenuhi dengan gambar dan video bayi hewan yang menggemaskan. 

Editor: Muliadi Gani
FOTO: X/KHAO KHEOW OPEN ZOO VIA BBC INDONESIA
BAYI KUDA NIL - Kebun Binatang Terbuka Khao Kheow di Thailand mengatakan, telah terjadi dua kali peningkatan pengunjung sejak bayi kuda nil Moo Deng lahir pada Juli 2024. 

Kamilla Knutsen Steinnes, seorang kandidat PhD dalam analisis perilaku di Oslo Metropolitan University, mengungkapkan bahwa ada lebih dari sekadar naluri mengasuh yang terlibat dalam respons kita terhadap kelucuan.

Ia menjelaskan bahwa saat kita melihat sesuatu yang lucu, hal itu membangkitkan berbagai emosi kuat yang sebagian besar bersifat positif.

Otak kita bereaksi dengan cepat dan unik, mengaktifkan area yang terkait dengan emosi, penghargaan, motivasi, dan kesenangan.

Lebih jauh lagi, respons terhadap kelucuan mendorong perilaku prososial, keterlibatan sosial, dan kecenderungan untuk memanusiakan sesuatu.

Sama seperti manusia, hewan juga mengalami fase remaja dalam hidupnya.

Baca juga: Apakah Kuda Laut Termasuk Ikan?

Sulitnya mendefinisikan perasaan yang muncul saat melihat sesuatu yang lucu bisa jadi disebabkan oleh keterbatasan bahasa.

Steinnes menulis dalam sebuah penelitian tahun 2019 bahwa “respons emosional yang muncul dari kelucuan masih jarang diteliti, mungkin karena emosi ini tidak memiliki nama spesifik dalam bahasa Inggris, Norwegia, atau Jerman.”

“Kelucuan dapat membangkitkan kama muta (perasaan terharu), kasih sayang, kelembutan, kepedulian empatik, cinta pengasuhan, kawaii, atau bahkan gemas alias cute aggression,” kata Steinnes.

Kama muta adalah istilah dari bahasa Sanskerta yang dapat dipicu oleh rasa kebersamaan.

“Secara sederhana, seseorang yang melihat anak kucing yang lucu bisa merasa hatinya tersentuh dan penuh kasih sayang.”

Sementara itu, kawaii adalah konsep populer dari Jepang yang sering diterjemahkan sebagai “imut,” tetapi sebenarnya mencakup makna kepolosan, kesederhanaan, daya tarik kecil yang menggemaskan, serta cinta, dan kasih sayang.

Dale setuju bahwa respons kita terhadap kelucuan lebih dari sekadar naluri mengasuh.

Dalam bukunya, ia menulis bahwa “perasaan kawaii mendorong keterikatan sosial, lebih dari sekadar dorongan untuk merawat.

Inilah sebabnya mengapa melihat sesuatu yang lucu membuat kita ingin mendekatinya, meskipun kita tidak memiliki keinginan khusus untuk melindungi atau mengasuhnya.”

Media sosial dipenuhi dengan foto kucing yang tidur nyenyak dengan ‘caption’ tentang bagaimana pemiliknya bekerja keras agar kucing tersebut bisa hidup santai. 

Baca juga: Tahukah Anda Mengapa Kucing Menggoyangkan Bokongnya Sebelum Melompat? Ini Penjelasannya

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved