Tahukah Anda

Ketika Mahasiswa Tanding Menulis dengan AI, Siapa yang Lebih Bagus? Hasilnya Mengejutkan

Tahukah anda di era digital ini, perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) semakin pesat, termasuk dalam dunia akademik. 

Editor: Muliadi Gani
Shutterstock
ILUSTRASI kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Ketika Mahasiswa Tanding Menulis dengan AI, Siapa yang Lebih Bagus? Hasilnya Mengejutkan 

Esai-esai dari ChatGPT jarang menggunakan pertanyaan, minim komentar pribadi, dan tidak menunjukkan sikap yang jelas terhadap topik yang dibahas.

“AI hanya meniru gaya akademis tanpa bisa menyuntikkan sentuhan manusia yang personal,” tambah Hyland.

“Ia tidak bisa mengambil sikap atau membangun kedekatan dengan pembaca,” simpulnya.

Fenomena ini mencerminkan bagaimana AI bekerja: berdasarkan pola statistik dari data pelatihan, bukan hasil refl eksi pribadi.

Mengenal Generative AI Generative AI adalah teknologi yang mampu menciptakan konten baru "baik teks, gambar, musik, maupun video" berdasarkan data yang telah dilatih sebelumnya.

Alat seperti ChatGPT, Claude, dan Midjourney menggunakan input dari pengguna untuk menghasilkan sesuatu yang segar dan orisinal.

Banyak orang kini menggunakan generative AI untuk berbagai keperluan: menulis artikel, membuat kode, mendesain, bahkan sekadar mencari ide awal. 

Dalam dunia pendidikan, hal ini menjadi berkah sekaligus tantangan. Menurut Prof Hyland, kekhawatiran terbesar guru dan dosen saat ini adalah potensi penyalahgunaan AI untuk mencontek atau menyelesaikan tugas secara instan.

Bahkan lebih jauh lagi, ia memperingatkan, “ChatGPT bisa melemahkan keterampilan literasi dan berpikir kritis jika digunakan secara salah.

Apalagi, kita belum punya alat pendeteksi AI yang benar-benar akurat.”  Meski demikian, para peneliti tidak menyarankan untuk melarang AI sepenuhnya.

Baca juga: Jawaban AI Tidak Selalu Benar dan Netral, Berikut Penjelasan Ahli

Sebaliknya, mereka melihat potensi AI sebagai tutor digital bila digunakan secara terbuka dan bertanggung jawab.

Oleh karenanya, para peneliti mendorong guru untuk merancang tugas yang menekankan proses: membuat draf, melakukan refleksi, dan menyempurnakan tulisan.

Proses-proses ini tidak bisa dilakukan oleh chatbot.

Dengan cara ini, siswa dilatih tidak hanya menulis, tapi juga berpikir—sesuatu yang tidak bisa diajarkan oleh algoritma.

Deteksi teks buatan AI saat ini masih belum sempurna, terutama untuk teks hibrida yang ditulis sebagian oleh manusia dan sebagian oleh mesin.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved