Berita Aceh Singkil

Tembikar Bertuliskan Amsterdam Ditemukan di Singkil Lama yang Kini Jadi Sarang Buaya

Jejak peradaban kuno kembali mencuat di kawasan Singkil Lama, Kabupaten Aceh Singkil, setelah ditemukannya tembikar bertuliskan Amsterdam

Editor: Muliadi Gani
for serambinews.com
TEMBIKAR AMSTERDAM - Tembikar bertuliskan Amsterdam yang ditemukan di Singkil Lama. Benda itu disimpan Admi, penduduk Ujung, Singkil, Kabupaten Aceh Singkil. 

Laporan Dede Rosadi I Aceh Singkil

PROHABA.CO, SINGKIL - Jejak peradaban kuno kembali mencuat di kawasan Singkil Lama, Kabupaten Aceh Singkil, setelah ditemukannya tembikar bertuliskan “Amsterdam” oleh seorang warga setempat.

Temuan ini menjadi bukti keterhubungan Singkil Lama dengan bangsa Eropa, khususnya Belanda, pada masa silam.

Amsterdam merupakan nama Ibu Kota Negara Belanda, sekaligus sebagai kota terbesar di Belanda. 

Keberadaan tembikar menjadi bukti bahwa Bangsa Belanda sampai ke Singkil Lama. 

Singkil Lama merupakan bekas permukiman penduduk di sebelah Barat, Singkil yang menjadi Ibu Kota Kabupaten Aceh Singkil

Tembikar tersebut kini disimpan oleh Admi, warga Desa Ujung, Kecamatan Singkil, yang menemukannya sebelum peristiwa tsunami Aceh tahun 2004.

Tak hanya tembikar, Admi juga mengoleksi benda-benda bersejarah lainnya seperti Al-Qur’an mini bersampul tinta emas, guci, piring anti basi, pot bunga, botol Eropa, serta pecahan-pecahan tembikar yang tersebar di lokasi.

“Al-Qur’an mini adalah benda pertama yang saya temukan.

Al-Qur’an mini ukuran sekitar dua centimeter, menggunakan sampul tinta emas. 

Setelah itu, saya semakin tertarik menelusuri sisa-sisa kota yang hilang,” ujar Admi.

Baca juga: Tiga Harimau Liar Teror Warga Aceh Singkil saat Hari Gelap, Warga Dihantui Ketakutan

Baca juga: Teror Buaya di Aceh Singkil Masih Meresahkan Warga, Kerap Muncul Dekat Permukiman Penduduk

Singkil Lama merupakan bekas permukiman padat yang ditinggalkan pada akhir abad ke-18 akibat ‘geloro’—istilah lokal untuk gempa dan tsunami besar. Lokasinya berada di sebelah barat Kota Singkil, yang kini menjadi ibu kota kabupaten.

Kondisi kawasan semakin memburuk pasca gempa dan tsunami Aceh-Nias pada 28 Maret 2005.

Guncangan berkekuatan 8,7 SR menyebabkan permukaan tanah di Singkil Lama turun, membuat wilayah tersebut terendam air laut saat pasang.

Kini, kawasan itu berubah menjadi hutan rawa lebat dan menjadi habitat ideal bagi buaya berkembang biak.

“Puluhan buaya sering terlihat berjemur di antara bakau.

Tempat ini jarang dijamah manusia,” tutur Andang, warga lainnya.

Ironisnya, meski menyimpan nilai sejarah dan potensi wisata tinggi, akses ke Singkil Lama kian sulit karena tertutupnya alur sungai.

Padahal, lokasi ini sempat menjadi favorit wisatawan Eropa yang ingin melihat buaya di habitat liar dan menelusuri jejak sejarah kuno.

“Akses sungai sudah tertutup. Padahal Singkil Lama bisa ditawarkan ke wisatawan Eropa,” tambah Andang.

Dulu, muara Singkil Lama menjadi jalur keluar-masuk kapal para saudagar dari berbagai belahan dunia.

Kini, ia menjadi kota yang terlupakan, tertelan rawa dan waktu—namun menyimpan kisah besar tentang lintas budaya dan perdagangan masa lalu.

Baca juga: Lima Warga Negara Iran Dideportasi dari Sabang karena Overstay

Baca juga: Capaian KIA di Banda Aceh Tembus 86 Persen, Melebihi Target Nasional

Baca juga: Satpol PP dan Bea Cukai Sita 102.440 Batang Rokok Ilegal di Subulussalam dan Aceh Singkil

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Tembikar “Amsterdam” Sisa Peradaban Singkil Lama,  Kini Jadi Sarang Buaya, 

Update berita lainnya di PROHABA.co dan Google News

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved