Tahukah Anda
Daging Sapi dan Kambing Bikin Hipertensi, Mitoskah atau Fakta?
Perayaan ini dilakukan dengan menyembelih hewan kurban. Momen ini pun kemudian dimanfaatkan untuk mengolah daging kurban, baik daging sapi maupun ...
PROHABA.CO - Sejak Sabtu dan sebagiannya hari Minggu (9-10/7/2022), umat muslim Indonesia merayakan Hari Raya Iduladha 1443 Hijriah.
Perayaan ini dilakukan dengan menyembelih hewan kurban.
Momen ini pun kemudian dimanfaatkan untuk mengolah daging kurban, baik daging sapi maupun kambing untuk disantap bersama.
Sementara itu, berbagai macam olahan dari daging sapi dan kambing tentunya akan tersaji, dari satai, kari, tengkleng, rendang, dan lainnya.
Daging sapi maupun daging kambing yang dimasak beraneka ragam tersebut memang menggiurkan selera makan, tapi ada ketakutan tertentu bagi masyarakat yang dikaitkan dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Nah, benarkah daging kambing atau sapi membuat darah tinggi?
Terkait daging kurban, baik daging sapi maupun kambing di momen Iduladha 2022 ini, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal-Hipertensi dr Tunggul Situmorang, SpPD-KGH menegaskan, tidak ada satu daging pun yang menyebabkan hipertensi.
Baca juga: Resep Bagar Kambing, Kreasi Olahan Daging Kambing untuk Hidangan Idul Adha
Asumsi bahwa daging sapi dan kambing menyebabkan hipertensi hal itu lebih kepada mitos daripada fakta.
Menurutnya, lebih dari 90 persen penyebab utama hipertensi adalah faktor genetik atau keturunan.
Kondisi ini dikategorikan sebagai hipertensi primer atau essential hypertension.
“Di semua buku hipertensi yang pernah saya baca, tidak ada satu statement pun yang menyatakan daging (daging sapi atau kambing) sebagai penyebab hipertensi,” kata Tunggul seperti dikutip Kompas.com, Sabtu (9/7/2022).
Tunggul menambahkan bahwa terkait dengan asupan makanan, hipertensi dikaitkan dengan jumlah asupan garam yang masuk dalam tubuh.
“Konsumsi garam meningkat, hipertensi meningkat,” tutur dia.
Sehingga, kemungkinan persepsi yang salah terkait daging dan kaitannya dengan hipertensi adalah mengenai kandungan garam dan/atau risiko kandungan lemak atau kolesterolnya.
Baca juga: Siapkan Kurban untuk Iduladha, Ria Ricis Beli Sapi Limited Edition Seharga Rp120 Juta
Naiknya kolesterol, lanjut dia, menjadi risiko tambahan yang nilainya berlipat bisa meningkatkan risiko serangan kardiovaskular seperti serangan jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan, dan lain-lain.
Seperti diberitakan Kompas.com, 18 Februari 2020, tak sepenuhnya daging kambing menyebabkan hipertensi.
Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Memahami Gejala, Tanda, dan Mitos (2019) yang ditulis Dr. dr. Umar Zein, DTM&H., Sp.PD., KPTI., FINASIM dan dr. Emir El Newi, Sp.M, dijelaskan bahwa daging kambing tetap lebih baik dibandingkan daging sapi maupun daging ayam sehingga aman dikonsumsi penderita hipertensi.
Hal itu dikarenakan, kadar kolesterol daging kambing lebih rendah dibandingkan daging sapi atau ayam.
Untuk diketahui, kadar kolesterol daging kambing hanya sekitar 57 mg per 100 gram, sedangkan kadar kolesterol daging sapi sekitar 89 mg per 100 gram dan daging ayam 83 mg per 100 gram.
Kandungan lemak daging kambing lebih rendah dibandingkan daging sapi atau ayam.
Jika ditotal, kandungan lemak pada 100 gram daging kambing hanya 2,3 gram, sedangkan per 100 gram daging sapi mencapai 15 gram dan daging ayam kurang dari 7,5 gram.
Baca juga: Bolehkah Orang yang Bernazar Kurban Memakan Daging Hasil Kurbannya?
Selain lemak dan kolesterol, kandungan kalori daging kambing terhitung lebih rendah dibandingkan daging sapi maupun daging ayam, dengan setiap 100 gramnya, daging kambing mengandung 109 kalori, daging sapi sebesar 250 kalori, dan daging ayam 196 kalori.
Meski begitu, mengonsumsi daging kambing bisa membahayakan kesehatan lebih dikarenakan cara memasaknya, seperti digoreng terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut, dipanggang, maupun dibakar.
Memasak dengan digoreng, dibakar, atau dipanggang dapat meningkatkan kalori makanan dibandingkan versi mentahnya.
Di sisi lain, minyak, mentega, atau margarin yang digunakan juga dapat berubah menjadi lemak yang kemudian terserap oleh daging.
Suhu panas saat menggoreng dan memanggang juga membuat kandungan air dalam daging menguap hilang dan digantikan oleh lemak dari minyak.
Lemak yang terserap menyebabkan makanan yang sebelumnya rendah kalori menjadi tinggi kalori.
Peningkatan daging kambing setelah dimasak bahkan mencapai 64 persen dari kalori sebelumnya.
Sementara itu, asupan tinggi kalori dalam tubuh akan diubah menjadi lemak, yang dalam waktu tertentu menumpuk di pembuluh darah sehingga menyebabkan pembuluh darah menyempit dan meningkatkan hipertensi.
Penggunaan beragam bumbu penyedap selama memasak daging kambing secara tidak langsung dapat menjadi faktor pemicu datangnya masalah tekanan darah tinggi.
Bumbu atau bahan penyedap seperti kecap, garam, atau micin cenderung mengandung sodium tinggi dan pengawet yang bisa menyebabkan tekanan darah tinggi apabila dikonsumsi berlebihan.
Daging kambing juga sering diolah menjadi makanan bersantan, yang secara alami tidak mengandung kolesterol tapi perlu diwaspadai karena kandungan lemak jenuhnya cukup tinggi.
(Kompas.com)
Baca juga: Enam Tips Makan Daging agar Kolesterol Tidak Naik
Baca juga: Cara Mudah Menghilangkan Bau Prengus Daging Kambing, Bisa Gunakan Rempah Ini
Baca juga: Menu Buat Makan Siang, Simak Resep Dendeng Daging Cabai Hijau Dijamin Bikin Nambah Terus