Tahukah Anda

Tidur dengan Memakai Selimut Tebal Meningkatkan Hormon Melatonin

Hasil penelitian itu kemudian menunjukkan penggunaan selimut tebal pada waktu tidur ternyata dapat meningkatkan produksi hormon melatonin ...

Editor: Muliadi Gani
FOTO: SHUTTERSTOCK
Ilustrasi tidur dengan memakai selimut tebal dapat meningkatkan hormon melatonin. 

PROHABA.CO - Selimutnya yang berat Popularitasnya melonjak Dalam beberapa tahun terakhir, produsen dan pengguna telah menggembar-gemborkan manfaatnya, termasuk membantu mengatasi masalah tidur dan kecemasan.

Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan mekanisme yang dapat menjelaskan mengapa selimut tebal tampaknya membantu beberapa orang tidur lebih nyenyak.

Sebuah studi kecil menunjukkan tidur dengan memakai selimut tebal berkaitan dengan peningkatan produksi hormon melatonin.

Hasil penelitian itu kemudian menunjukkan penggunaan selimut tebal pada waktu tidur ternyata dapat meningkatkan produksi hormon melatonin.

Namun, pada titik ini, tidak jelas mengapa selimut tebal dapat meningkatkan kadar melatonin dan apakah mampu meningkatkan kualitas tidur seseorang secara signifikan.

"Ini adalah studi yang sangat menarik, tetapi akan lebih baik untuk melihat studi direplikasi dalam kelompok pembanding untuk melihat peningkatan melatonin," kata Hakan Olausson, seorang ahli saraf di Linkoping University di Swedia.

Baca juga: Berikut Waktu Tidur Yang Baik Untuk Kesehatan, Terapkan Sekarang! Tips dr Zaidul Akbar

Hormon melatonin sendiri membantu transisi tubuh ke mode tidur, di mana suhu tubuh turun, metabolisme melambat, dan kadar hormon stres kortisol menurun.

Melatonin juga meningkatkan rasa kantuk pada jam-jam sebelum tidur.

Tingkat melatonin umumnya meningkat pada malam hari dan menurun saat pagi menjelang.

Itu karena, bagian otak yang disebut nukleus suprachiasmatic (SCN) menyinkronkan produksi melatonin dengan waktu.

Dikutip dari Live Science, Rabu (14/12/2022), dalam studi yang menunjukkan hubungan selimut tebal dan produksi melatonin saat tidur menunjukkan: SCN melakukan sinkronisasi dengan memantau sinyal terkait cahaya dari retina.

Cahaya terang mendorong SCN untuk menembakkan sinyal listrik ke struktur otak lain yang kemudian menyampaikan pesan tersebut melalui sumsum tulang belakang dan ke organ.

Pesan berantai ini akhirnya mencapai kelenjar pineal seukuran kacang polong yang kemudian menghentikan produksi melatonin.

Baca juga: 5 Cara Hentikan Kebiasaan Mendengkur, Tidur dengan Posisi Berikut dan Hindari Makan Berat saat Malam

Sebaliknya, cahaya redup dan kegelapan mengerem kelenjar pineal dan memicu produksi malatonin.

Selain cahaya, faktor lingkungan seperti waktu makan, aktivitas fisik, dan interaksi sosial juga dapat berpengaruh pada produksi melatonin.

Dalam studi ini peneliti pun bertanya-tanya apakah isyarat sensorik yang berbeda, misalnya tekanan dari selimut tebal, juga dapat memengaruhi produksi hormon melatonin?

Untuk menyelidiki pertanyaan ini, peneliti pun meminta sebelas wanita dan 15 pria berusia 20-an untuk menghabiskan beberapa malam untuk tidur di laboratorium.

Mereka kemudian membiasakan diri dengan lingkungan, baik itu saat memakai selimut tipis maupun selimut tebal.

Tak satu pun dari peserta penelitian mengalami insomnia atau sebelumnya menggunakan selimut tebal.

Selama sesi, setiap peserta akan makan malam, duduk dalam cahaya terang selama dua jam dan kemudian duduk dalam cahaya redup hingga lampu padam pada pukul 23.00.

Satu jam sebelum lampu padam, mereka meringkuk di bawah selimut ringan atau selimut tebal.

Baca juga: Tak Hanya Kopi, 4 Makanan dan Minuman ini Juga Perlu Dihindari Sebelum Tidur.

Pada jam tersebut, para peneliti mengambil sampel air liur setiap 20 menit untuk memantau kadar melatonin masing-masing subjek.

Sebagai informasi, konsentrasi melatonin air liur umumnya sekitar 30 persen dari apa yang ada dalam aliran darah seseorang.

Hasilnya, rata-rata peserta ketika berada di bawah selimut yang tebal tingkat melatoninnya naik sekitar 32 persen lebih tinggi daripada saat berada di bawah selimut ringan.

Namun peneliti belum dapat menunjukkan hubungan mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Terlebih lagi, menggunakan selimut tampaknya tidak memengaruhi tidur para peserta.

Mereka sama mengantuknya sebelum tidur dan setelah bangun di kedua skenario (memakai selimut tipis dan tebal).

Total waktu tidur mereka juga sama di kedua skenario.

"Studi di masa depan harus menyelidiki apakah efek stimulasi pada sekresi melatonin terjadi juga ketika sering menggunakan selimut berbobot selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan," tulis peneliti.

Selain itu, juga masih harus dicari tahu apakah peningkatan melatonin yang diamati relevan pada orang yang mengalami insomnia dan kecemasan.

Termasuk bagaimana efeknya pada orang tua, mengingat ritme sirkadian orang sering terganggu seiring bertambahnya usia.

Studi tentang hubungan tidur dengan memakai selimut tebal tingkatkan melatonin ini telah dipublikasikan di Journal of Sleep Research.

(Kompas.com)

Baca juga: Agar Terhindar Dari Penyakit Serangan Jantung,Begini Cara Tidur Yang Benar, Tips dr Zaidul Akbar

Baca juga: Kismis Dapat Dapat Mencerdaskan Otak, Benarkah? Simak Tips Sehat dr Zaidul Akbar

Baca juga: Taj Mahal dan Masjid Hunto Sultan Amay: Bangunan Berfilosofi Cinta

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved