Tahukah Anda

Ada Jamur yang Harganya Lebih Mahal daripada Emas, Benarkah?

Dataran Tinggi Tibet di Himalaya adalah rumah bagi jamur Ophiocordyceps sinensis, yang dapat mengubah ulat menjadi zombie.

Editor: Muliadi Gani
SHUTTERSTOCK
Jamur ulat himalaya. 

Ini adalah saat spora O. sinensis di udara menyerang tubuh mereka, memaksa mereka untuk naik ke permukaan tanah, dan kemudian jamur membunuh dan memakannya.

Jamur memanipulasi kimia otak ulat, memaksanya naik ke ketinggian yang mengoptimalkan kondisi pertumbuhan jamur dan distribusi spora.

Begitu berada di atas tanah, ulat tersebut mati dan tampak menjadi mumi karena kerangka luarnya menjadi pucat.

Dengan datangnya musim semi, jamur mulai keluar dari kepala ulat yang mati berbentuk tangkai yang panjang.

Pengendalian pikiran ini memastikan siklus hidup jamur terus berlanjut.

Namun, bagi penduduk Dataran Tinggi Tibet, inilah musim panen.

Begitu batangnya terlihat di tanah, jamur termahal di dunia ini pun siap dipanen.

Baca juga: Kasus Pertama, Jamur Tumbuhan Terdeteksi Menginfeksi Manusia

Baca juga: Panjangnya Hampir 8 Meter, Ular Terbesar di Dunia Ditemukan di Hutan Amazon

Banyak pendapatan rumah tangga di Dataran Tinggi Tibet bergantung pada jamur ini, yang kadangkadang dikenal sebagai ‘Viagra dari Himalaya’.

Geoff Childs dan Namgyal Choedup, dua peneliti dari Universitas Washington di St. Louis (WUSTL), menerbitkan sebuah penelitian pada tahun 2014 yang menyoroti peran besar yartsa dalam perekonomian Tibet.

Penelitian mereka menunjukkan sisi baik dan buruknya pemanenan yartsa gunbu.

Sisi gelap jamur ulat

Sayangnya, tingginya nilai ekonomi yartsa juga menyebabkan konflik kekerasan di Dataran Tinggi Tibet.

Misalnya, pada tahun 2014, bentrokan antara dua kelompok di Tibet terkait akses pemanenan yartsa gunbu mengakibatkan dua orang tewas.

Ini hanyalah salah satu dari sekian banyak perselisihan yang berkisar seputar jamur ulat bulu.

Selain itu, masyarakat mengeksploitasi padang rumput Himalaya secara berlebihan untuk dijadikan yartsa sehingga mempercepat hilangnya satu-satunya habitat tempat jamur itu tumbuh.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved